Ketum PPP: NU Harus Diatas dan untuk Semua Golongan

Minggu, 02 Agustus 2015 - 10:25:56


Pandangan kaum Nahdliyin pada 1 sampai 5 Agustus mendatang akan tertuju ke Jombang, Jawa Timur.
Pandangan kaum Nahdliyin pada 1 sampai 5 Agustus mendatang akan tertuju ke Jombang, Jawa Timur. /

RADARJAMBI.CO.ID, JOMBANG- Ketua Umum (Ketum) DPP PPP, M Romahurmuziy tegaskan Nahdlatul Ulama (NU) harus diatas dan untuk semua golongan.

Pandangan kaum Nahdliyin pada 1 sampai 5 Agustus mendatang akan tertuju ke Jombang, Jawa Timur. Di kota santri ini selama lima hari mulai hari ini, Pengurus Besar Nahdlatul Ulama akan menggelar muktamar ke-33. Ribuan santri dan ratusan ulama akan bermusyawarah memilih Rais Aam, Ketua Umum, dan garis organisasi NU selama lima tahun ke-depan.

Romahurmuziy menjelaskan sebagai partai politik yang dilahirkan oleh, antara lain,  NU, pada 1 Januari 1973, PPP menyerukan agar dapat tercipta pelaksanaan musyawarah yang aspiratif, sejuk dan tertib. Kemudian, konsep pemilihan pimpinan PBNU, baik Rais aam maupun ketua umum Tanfidziyah, hendaknya didasarkan atas aspirasi mayoritas muktamirin, mengingat muktamar sesuai AD/ART NU, adalah forum tertinggi kedaulatan anggota. Pemaksaan konsep tertentu, apakah Ahlul halli wal aqdi (Ahwa) atau lainnya, hanya akan menjauhkan muktamar dari semangat kedaulatan muktamirin.

" Pimpinan PBNU ke depan, hendaknya adalah figur yang mampu berdiri di atas dan untuk semua golongan. Khittah NU 1926 yang ditegaskan dalam Muktamar NU di Situbondo (1984) dan Lirboyo (2009) harus teguh dijadikan pedoman, untuk tidak  membuat NU turun pangkat menjadi milik golongan atau kekuatan politik tertentu," jelasnya saat dikonfirimasi (1/8).

" Dengan besaran jumlah pengikut dan moderasinya, NU tidak sepatutnya direduksi menjadi hanya alat, bahkan "onderbouw" kekuatan politik atau golongan tertentu," sebutnya.

Menurutnya, pemimpin NU ke depan harus mampu meletakkan dirinya imparsial dalam menjawab tantangan global, bukan mereduksi diri pada kepentingan primordial, taktis, bahkan, partisan.  Jargon "Islam Nusantara" yang diniatkan mewadahi moderasi dan kesemestaan hadirnya Islam, hendaknya merupakan cerminan ideal Islam yg merupakan salah satu pilar peradaban. Jangan sampai menjadi jargon yang justru ditumpangi kepentingan liberalisme, pluralisme (bukan pluralitas), dan relativisme, agama.

" NU ke depan, adalah NU yang mengayomi seluruh agama, seluruh ormas Islam, seluruh partai politik, seluruh lembaga negara, seluruh lapisan sosial masyarakat, seluruh bangsa Indonesia, dan seluruh dunia," pungkasnya.

Editor: Gustav Wiranata