Sungai Tercemar, Budidaya Ikan Tawar Merosot

Minggu, 16 Juni 2019 - 20:28:58


Ilustrasi
Ilustrasi /

radarjambi.co.id-BATANGHARI-Budidaya ikan air tawar di Kabupaten Batanghari atau yang biasa dikenal dengan Keramba Jaring Apung (KJA) terus mengalami penurunan, berkurangnya jumlah petani budidaya ikan air tawar ini di sepanjang daerah aliran sungai Batanghari.


Hal ini diungkapkan oleh Kepala Bidang Produksi Perikanan Dinas Perikanan dan Ketahanan Pangan Kabupaten Batanghari Syofyan, dikatakannya budidaya KJA sangat jarang ditemui sepanjang Daerah Aliran Sungai (DAS) Batanghari.

Bahkan menurutnya tidak sedikit jumlah petani atau pelaku usaha yang perlahan mulai menghentikan aktivitas tersebut.

"Jumlah KJA pernah mencapai angka 4.000 unit tersebar dalam tujuh kecamatan. Namun saat ini KJA di sepanjang DAS Batanghari hanya tersisa sekira 1.100 unit," kata Syofyan.

Syofyan menyebutkan KJA ikan air tawar jenis patin dan nila hanya tersisa di Desa Aro, Kecamatan Muara Bulian.

Sementara budi daya ikan kolam, jenis ikan patin, hanya berada di Kecamatan Pemayung dan Muara Bulian dengan jumlanya 1.200 kolam.

Penurunan jumlah petani KJA ikan air tawar akibat buruknya kualitas air Sungai Batanghari. Dugaan air sungai terpanjang di Sumatra ini tercemar dengan zat-zat bahan kimia, hingga berdampak terhadap hasil produksi ikan.

"Produksi ikan kurang maksimal, tidak sedikit ikan di keramba apung mati dan membuat para petani terus mengalami kerugian. Akhirnya petani memilih meninggalkan profesi ini," ujarnya.

Meski jumlah KJA terus berkurang, kata Syofyan, Dinas Perikanan dan Ketahanan Pangan Kabupaten Batanghari mengklaim hal tersebut tidak begitu berdampak dalam memenuhi pasokan ikan.

"Karena selain dari ikan keramba, kebutuhan produksi ikan di pasaran juga dapat tercukupi dari hasil budi daya ikan kolam," pungkasnya.

 

 

Reporter    :  Didi

Editor        : Ansory S