RADARJAMBI.CO.ID, KOTA JAMBI,- Jelang pelaksanaan pemilukada gubernur (Pilgub), sejumlah lembaga survei lokal mencoba menganalisis postur pemilih Jambi. Salah satunya, yang dilakukan Idea Institute dengan menjadikan wartawan cetak, online dan TV sebagai responde.
Survei dilakukan di Kota Jambi pada tanggal 04-09 Januari 2015. Riset ini pada awalnya dimaksudkan untuk menanyakan pendapat wartawan yang berdomisli di Kota Jambi terhadap kondisi riil masyarakat Kota Jambi terkait dengan persepsi mereka terhadap Pilgub Jambi mendatang.
Menurut Direktur Idea Institte, Jafar Ahmad, awalnya lembaganya ingin tahu apakah wartawan bisa membaca perkembangan politik dan persepsi politik masyarakat atau tidak.
Hasil riset yang melibatkan 50 orang wartawan sebagai responden ini, diyakini bisa memprediksi fenomena sosial politik seputar Pilgub, namun untuk lebih jauh, terutama memprediksi pilihan individu masyarakat Jambi.
"Hasil temuan ini perlu ditinjau lebih lanjut, karena pada saat menjawab pertanyaan mengenai siapa yang dipililih oleh masyarakat Jambi, sebagian responden menjawab sama dengan jawaban mereka sendiri, itu artinya terlihat ada upaya “memaksa†kehendak publik agar sesuai dengan persepsi personal responden. Namun, hal ini lagi-lagi perlu diteliti lebih jauh,"jelasnya.
Untuk sementara, terus dia, sebelum ada penelitian lain yang menyanggah atau mengonfirmasi hasil riset ini, IDEA INSTITUTE berkesimpulan hasil riset ini hanya menggambarkan opini kelompok wartawan saja, atau komunitas/ kelompok lain yang profilnya mirip wartawan, seperti aktivis LSM, para dosen, dan mungkin sebagian kelompok aktivis mahasiswa.
Hasil riset menunjukkan bahwa mayoritas wartawan mempercayakan suara mereka untuk HBA, yakni sebesar 50 persen. Sementara itu, mereka hanya memberikan 10 persen ke Zumi Zola dan sisanya 40 persen belum menyatakan pilihan atau tidak tahu. Ketika wartawan diminta memprediksi/ menebak suara masyarakat.
"Sebanyak 46 persen memprediksi HBA, 16 persen Zola, dan 38 persen tak tahu,"jelasnya.
Dari situ nampak bahwa suara masyarakat mengikuti suara wartawan, artinya bahwa wartawan cenderung menyamakan persepsi masyarakat dengan pilihan mereka sendiri.
Bagaimana sebenarnya yang terjadi di tengah-tengah pemilih pada umumnya? perlu ada penelitian lain untuk membuktikannya.
Seperti telah disebutkan di atas, karena riset ini memotret pemilih komunitas tertentu, maka hasil riset tidak berpretensi (berupaya) menggeneralisir suara masyarakat Kota Jambi secara keseluruhan yang heterogen. Namun, hasil riset ini bisa dijadikan pedoman untuk melihat komunitas lain yang posturnya sama dengan wartawan. Misalnya postur LSM, Dosen, Praktisi politik dan sejenisnya.
Beberapa hasil penelitiannya, pemilih menganggap yang memiliki kemungkinan maju/ menjadi di Pilgub, yakni HBA (78 persen) dan Zola? (62 persen), sedangkan yang lainnya memperoleh keyakinan responden dibawah 20 persen, seperti sutan adil (16%), Cek Endra (8%), Sukandar (6%), dan Edi Purwanto (4%) .
Masyarakat yakin hanya HBA dan Zola yang memiliki peluang besar untuk maju dalam Pilgub Jambi mendatang.
Terhadap HBA, responden mempersepsikan HBA punya beberpa kelebihan yakni: kesantunan, religius (agamis), visioner, dan berpengalaman. Dari seluruh hal positif ini, faktor “pengalaman†yang paling menonjol pada diri HBA.
Sedangkan terhadap Zola, mereka mempersepsikan Zola cuma punya satu kelebihan yang menonjol yakni gagah/menawan saja. Tak ada kelebihan lain yang nampak dominan.
"Dari hasil ini ada kemungkinan, para pemilih akan bergeser pilihannya, jika citra terhadap calon ini bergeser pula. Maksudnya, jika Zola mampu meningkatkan kemampuan lain dan menghilangkan bahwa kelebihannya cuma ganteng, tidak ada yang lain atau dengan kata lain bila Zola bisa mempersepsikan bahwa dia punya kelebihan lain, maka pemilih bisa saja bergeser," katanya.
Makanya, Zola harus bekerja keras tingkatkan kapasitasnya yang lain tersebut. Zola harus membuat publik mempersepsikan dirinya, di samping menawan, juga seorang yang visioner, pendombrak dan seterusnya.
Begitupun dengan HBA. Tim harus bisa memastikan dan mempertahan persepsi publik bahwa HBA memang memiliki kelebihan-kelebihan yang dipersepsikan oleh para wartawan ini (berpengalaaman, Santun, Visioner, dan agamis ). Kelebihannya yang lain juga perlu ditingkatkan.
Kekurangan HBA, yang nampak paling menonjol adalah campur tangan keluarga (44 persen), staf lemah (22 persen), program bagus tapi tak terdengar (20 persen), program tak tuntas (18 persen), beberapa kekurangan lain tidak tampak menonjol,seperti korupsi tidak terlihat.
Analisisnya, meskipun orang beranggapan campur tangan keluarga besar, namun, di sisi lain mereka yakin bahwa Zola cuma punya satu kelebihan, yakni menawan saja, maka itu tak akan berpengaruh terhadap pilihan. (zou)
Anggota Dewan Muarojambi Junaidi Hadiri Pembukaan MTQ XXVII Kumpeh Ulu