Radarjambi.co.id - MUARABULIAN - Kasus virus HIV /AIDS di Kabupaten Batanghari sudah mulai banyak ditemukan. Hingga triwulan III sebanyak 22 Kasus ditemukan, hal ini berdasarkan data yang diperoleh oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Batanghari.
Meski demikian Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Batanghari, Elfie Yennie meminta masyarakat jangan mengucilkan penderita HIV/AIDS. Sebab sebagian dari penderita merupakan korban.
"Sampai triwulan III tahun 2018 ini ada 22 kasus HIV/AIDS yang ditangani dan diobati. Pada 2017 lalu ada 24 kasus, 4 orang meninggal dunia dan ada 2 kasus baru di 2018. Sehingga total saat ini 22,"ungkap Elfie
Dibeberkan Elfie kelompok umur penderita bervariasi, mulai dari bayi sampai ke usia produktif. Paling banyak penderita di usia 25-40 tahun.
Penderita laki-laki 13 orang terdiri dari umur 0-10 tahun 2 orang dan umur 25-40 tahun 11 orang. Sementara jumlah pasien perempuan berjumlah 9 orang terdiri 2 orang umur 0-10 tahun dan umur 25-40 tahun 7 orang.
"Kalau bayi dan anak dapat dari ibunya. Tidak jarang juga ada anak yang kedua orangtua sudah meninggal dunia. Sang bayi dapat dari ibunya, ibunya dapat dari bapaknya,"jelas Elfie.
Elfie juga mengatakan bahwa penderita HIV/AIDS ada juga yang merupakan korban. Contohnya seperti ibu dan anak. Seorang ibu bahkan tidak tahu kalau dia penderita HIV, dia dapat dari suaminya.
"Dan ada juga si bayi tertular dari ibu yang positif HIV karena terlambat mengetahui. Sebaiknya kita jangan mempunyai stigma jelek terhadap penderita HIV/AIDS. Jangan kita anggap orang-orang penderita HIV dengan kehidupan yang tidak baik,"harapnya.
Penyakit HIV/AIDS bisa di obati, bahkan bisa diobati sampai sembuh kalau diketahui lebih dini. Jadi, sebaiknya bila ada kecurigaan dari awal, sebaiknya langsung di periksa.
"Karena satu-satunya cara memastikan seseorang terinfeksi HIV atau tidak dengan pemeriksaan darah. Dan itu dilakukan di laboratorium," tuturnya.
Tidak usah khawatir soal rahasia, karena rahasia jati diri penderita pasti terjamin. Sampai saat ini pun, kata Elfie, kalau ada penderita yang di obati, itu juga jati dirinya sangat dirahasiakan.
"Bahkan masuk dalam pelaporan pun tidak di sebut nama. Jadi gak usah khawatir jika memang ada keluarga atau mungkin kenalannya yang mungkin ingin memeriksa HIV/AIDS akan terjamin rahasianya," tegas Elfie.
Semakin cepat diberikan pengobatan, maka semakin bagus prognosis kesembuhannya. Contoh begini, sebut Elfie, HIV/AIDS ada beberapa stadium, mulai dari stadium 1,2,3 dan 4. Bila diketahui pada stadium 1 itu akan bagus sekali, begitu juga kalau masuk stadium 2.
"Sekarang kebanyakan diketahui setelah stadium 3 bahkan 4. Sehingga mungkin tidak lama dia mendapat pengobatan langsung meninggal dunia. Tetapi kalau di stadium awal ditemukan, penderita bisa sembuh," jelasnya.
Banyak kasus penderita HIV/AIDS dan mereka bisa menjalankan kehidupan normalnya sebagaimana masyarakat normal lainnya.
"Saya menghimbau bila mana ada kecurigaan terhadap penyakit HIV/AIDS, maka segeralah melakukan pemeriksaan secara sukarela. Bisa langsung datang ke rumah sakit atau puskesmas yang sudah bisa melakukan pemeriksaan," katanya.
Bila memang sudah dinyatakan positif terinfeksi, maka ikutilah pengobatan dengan baik dan berobatlah dengan teratur supaya bisa sembuh. Satu lagi, agar masyarakat tidak memberikan stigma negatif terhadap penyakit ini.
"Sebab penyakit HIV/AIDS sama halnya dengan penyakit kronil yang lain yang juga bisa tertular dan di obati sampai sembuh. Contohnya penyakit TBC paruh. TBC paruh kalau penderita mengikuti pengobatan secara teratur, mereka bisa sembuh," paparnya.
Ada tiga item penularan HIV/AIDS. Pertama berasal dari hubungan seksual, kedua melalui transfusi darah dan ketiga dari ibu kepada anak dalam kandung.
Reporter : Didi
Editor : Ansori
Tingkatkan Perlindungan Konsumen, Satgas PASTI Lakukan Soft Launching Indonesia Anti-Scam Centre