Radarjambi.co.id - KERINCI - Meskipun sudah melakukan pengeboran bertahun-tahun di Kerinci, PT Pertamina Geothermal Energy (PGE) yang beraktivitas di Lempur Kecamatan Gunung Raya dan Talang Kemuning, Kecamatan Bukit Kerman, belum juga ada kejelasan pasti kapan akan beroperasi.
Hal menjadi tanda tanya besar masyarakat Kerinci, pasalnya beberapa bulan yang lalu pihak PGE telah mengangkut alat - alat keluar dari Kabupaten Kerinci, tanpa ada penjelasan dari PGE.
Selain itu, masyarakat. Kerinci juga mencurigai aktivitas keluar masuknya mobil tronton yang membawa pipa besar dengan berisi hasil pengerukan keluar Kabupaten Kerinci.
"Iya, masyarakat minta kejelasan dari pihak PGE, sudah sampai tahap mana pengeboran dan kapan akan beroperasi," kata Pratama warga Kerinci.
Sementara itu, terkait dengan kerugian masyarakat ini, Dosen Universitas Gajah Mata (UGM) Akmaluddin Thalib mengatakan bahwa banyak orang tidak mengetahui akan apa itu Geothermal.
"Geothermal itu energi panas bumi, yaitu air yang dipanaskan oleh magma dibawah tanah sana, kemudian uap airnya diambil dengan cara dibor, uap panas inilah nanti yang akan menggerakkan turbin dan menjadi energi listrik," sebutnya.
Sebagai informasi, salah satu kendala utama dalam pengembangan energi panas bumi (geothermal) di Indonesia adalah pendanaan. Eksplorasi dan produksi panas bumi membutuhkan modal besar, untuk pengeboran 1 sumur saja rata-rata butuh biaya sampai US$ 10 juta atau Rp 135 miliar.
"Pengeboran panas bumi juga sangat beresiko. Eksplorasi tidak selalu berhasil mendapatkan uap panas bumi. Besarnya biaya dan resiko ini membuat perbankan enggan memberikan pinjaman untuk bisnis panas bumi. Maka perusahaan-perusahaan pengembang panas bumi harus memiliki modal besar paling tidak untuk melakukan eksplorasi. Bila tidak punya cukup uang, wilayah kerja (WK) panas bumi bakal terbengkalai," jelasnya.
Menurut Akmaluddin, untuk status Geothermal Lempur saat ini masih dalam tahap ekplorasi dan uji Lab jadi belum produksi (eksploitasi).
"Tapi saya tidak tahu pasti sampai mano tahapnyo karna bukan orang PGE, perkiraan saya baru sampai tahap pemboran Eksplorasi, kenapa pergerakan kelihatan lambat, bisa jadi hasil uji lab menunjukkan potensi panas uapnya tidak ekonomis, kalo tidak ekonomis ya tidak akan dikembangkan sampai tahap berikutnya," ujarnya.
Sedangkan untuk sampai ke tahap produksi (keluar listriknya), butuh 6 tahapan yang panjang.
Boleh jadi sudah dibor, tapi saat dilakukan studi kelayakan bisa jadi tidak ekonomis.
Ada beberapa tahapan untuk pengembangan lapangan Panas Bumi yakni Eksplorasi pendahuluan atau Reconnaisance survei, Eksplorasi lanjut atau rinci (Pre-feasibility study), Pemboran Eksplorasi, Studi kelayakan (Feasibility study), Perencanaan, Pengembangan dan pembangunan dan baru berproduksi.
Dirinya minta kepada masyarakat Kerinci untuk tidak cepat termakan isu, mereka membawa tanah yang berisi emas dan lainya.
Karena eksplorasi panas bumi beda dengan eksplorasi emas, jadi jangan cepat mengambil kesimpulan yang tidak-tidak.
"Saat pengeboran, perlu dilakukan pengambilan sampel batuan, ini namanya Coring atau core, batu hasil core ada didalam pipa saat pengeboran dan memang akan diangkut untuk dianalisis tapi tidak sampaik berton - ton sampai banyak truk," pungkasnya.
Reporter : Soni
Editor : Ansori
Bupati Ingin BKMT Berkontribusi Sukseskan Pembangunan Daerah
''Mak Aku Pergi Jangan Sering Belago yo mak'' Isi Salah Satu Surat Siswi SMPN 7 yang Gantung Diri
Pertamina EP Jambi Dukung Percepatan Penurunan Stunting di Kumpeh Ulu dengan PMT