Warga Ungkapkan Kecewaan Dengan Dinkes Tanjabbarat di Medsos, Tak Maksimal Cegah Wabah DBD

Kamis, 12 Desember 2019 - 20:20:26


Pasien DPD di rawat di rumah sakit
Pasien DPD di rawat di rumah sakit /

radarjambi.co.id-TANJABBARAT-Warga korban Demam Berdarah Dengue (DBD) kecewa terhadap sikap Dinas Kesehatan Tanjab Barat yang tegas menyatakan baru akan melakukan fogging jika sudah ditemukan kasus baru warga yang terkena DBD di wilayah tersebut.

"Surat edaran tidak bisa ngusir nyamuk DBD. Ada ratusan juta per tahunnya sumber APBN peruntukannnya 13 Kecamatan di Tannjabbar. Apa harus menunggu 100 atau 1000 anak dirawat di RSUD Daud Arief baru bupati dan DPRD sibuk, jangan masalah DBD ini dianggap enteng baik oleh dinkes, DPRD dan pak bupati, mereka semua bagian dari konstitusi yang diamanatkan oleh Undang Undang Dasar 1945 melayani rakyat terutama dalam hal jaminan kesehatan," kata Ketua LSM Petisi, Syarifuddin AR, mengkritik kinerja Pemkab Tanjabbar, Kamis (12/12/19).

"Termasuk sikap DPRD jangan hanya komentar di media saja tapi panggil kadis dinkes hearing tanya apa kendala, kok tidak bisa dilaksanakannya fogging dalam arti pencegahan DBD. Intinya pencegahan dilaksanakan dulu oleh dinkes. Kan setiap tahun dianggarkan, ada anggaran untuk fogging. Anggarannya kan cukup besar, jangan didiamkan saja," ujar Syarifuddin.

Sementara kekecewaan masyarakat terhadap pemerintah diungkapkan melalui cuitan di medsos. Salah satu akun mengungkapkan kekecewaannya, "Di Rt aku sudah 4 anak .

g kene DBD ,, anak aku baru seminggu ni keluar RS karne DBD ,sudah lapor ke dinas tp blm juge d foging... Ape harus ade yg sekarat baru ditangani....
"... waktu d Rs kn datang petugas ngasih arahan tentang DBD.. Kk tanye "bs kan kami minta d foging ?".

" itu wewenang dinas buk, biasa nya kalau ada 3 lporan korban baru d foging"
Gile dak nunggu 3 yg jd korban dbd ...
Ape nunggu adr mati baru nk begerak, ungkap akun atas nama Oza Daniell

Cuitan juga diungkapkan akun ibunya aqila, "Dlu ank saye kna dbd ponaan sye juga.
2 org dlm satu rumah.
Subuh hari nak d foging. Cuma d kasih bubuk abate," ungkap netizen kecewa.

Sementara dari pejabat Dinas Kesehatan Tanjab Barat, Kadinkes Andi Pada melalui Kabid P2PL, Johanes J Sitorus tetap bersikukuh akan melakukan fogging jika sudah ada temuan kasus baru pada suatu wilayah.

Malah, Johanes tegas menekankan mengajak masyarakat punya tanggung jawab terhadap kesehatan lingkungan dengan mengajak gotong-royong membersihkan lingkungan yang berpotensi menjadi sarang berkembangnya nyamuk DBD.

"Kita sudah jauh hari memberi surat himbauaan yang ditandatangani Kadis kesehatan. Sebenarnya kita sudah mengantisipasi sejak dini, dan untuk menekan angka DBF perlu peran serta masyarakat dalam membantu kebersihan lingkungan dengan cara gotong royong bersama secara rutin," kata Kabid P2PL Dinkes Tanjabbar, Johanes J. Sitorus.

"Kalau masih ada kasus berarti ada sarang nyamuk dan tempat bertelur nyamuk yang perlu diberantas atau dicegah dengan foging dan pemberitaan abate , setelah kita melakukan Penyelidikan Efidemiologi. Jadi peran lintas sektor dan peran serta masyarakat sangat membantu tugas kami. Jadi tolong bantuannya dalam menghimbau peran serta serta masyarakat dalam penanganannya," ujar Johanes, memberi penjelasan terkait banyaknya temuan kasus DBD di Tanjabbar.

Seperti diketahui, untuk kasus DBD sendiri, pada tahun ini terhitung sejak Januari hingga Oktober 2019 ditemukan sebanyak 372 kasus. Dengan rincian 168 positif DBD, 23 Dengue Shock Syndrome dan Demam Suspect DBD 114 kasus. (ken)

 

Editor   :   Ansory  S