Tim Keluarga Fachrori Ziarah ke Makam Rang Kayo Hitam

Senin, 03 Februari 2020 - 23:02:23


Tim keluarga Fahrori ziarah ke Makam Rang Kayo Itam
Tim keluarga Fahrori ziarah ke Makam Rang Kayo Itam /

radarjambi.co.-id-JAMBI-Ditemani keluarga besar keturunan Raja Jambi, Raden Wawan dan Raden Syah Iran, Miftahul Ikhlas (Paul) meluncur ke makam Rang Kayo Hitam, di Kelurahan Simpang, Kecamatan Berbak, Tanjab Timur, Sabtu (01/02).
Selepas zuhur, tim keluarga Fachrori Umar itu bergerak dengan dua kendaraan bergardan ganda.

Pusara Rang Kayo Hitam itu semestinya bisa dijangkau paling lama 3 jam perjalanan dari pusat Kota Jambi. Andaikan jalannya mulus jarak tempuhnya tentu bisa lebih singkat lagi.

Tapi, rombongan Miftahul Ikhlas itu baru bisa sampai kampung Selat, setelah tiga jam perjalanan. Dari Selat, jarak tempuh menuju makam, masih butuh waktu satu jam lagi.

Menerobos gelap gulita, rombongan memulai perjalanan setelah berdoa dan mengucap Basmallah, lantaran kondisi jalan yang buruk, iring-iringan kendaraan tim keluarga Fachrori Umar itu terpaksa berjalan pelan, paling banter 30 KM per jam.

Paul, bergegas mengambil alih kemudi dari tangan Jefri Bintara Pardede. Seperempat jam perjalanan, rombongan mendadak berhenti. Sejauh mata memandang, jalanan mendadak lenyap karena tertutup air yang dikirinya Sungai Batanghari sementara sebelah kanannya mengalir anak Sungai.

Pusara Rang Kayo Hitam itu berada persis di samping aliran Sungai Batanghari. Sebuah Mushola berkeramik gelap dibangun berdampingan dengan pusara sang Raja.
Pusara itu tertutup tirai kain berkelir kuning.

Persis disampingnya adalah pusara Ratu Pemalang, istri Rang Kayo Hitam. Tak seperti lazimnya makam orang awam.

Pusara Rang Kayo Hitam berukuran memanjang, sekitar 6 meter. Sementara di masing-masing ujungnya terdapat nisan yang terbuat dari batu asli ukuran orang dewasa. Bagian ujung nisan itu terukir indah membentuk lancip seperti ujung bunga randu.

Di luar tirai, terdapat dua makam lain. Satu makam ukuran besar. Menurut Triman, penjaga makam, itu adalah makam kucing peliharaan Rang Kayo Hitam. Konon, kucing itu dipercaya adalah seekora Harimau. Wajar, ukuran makam sang kucing layaknya manusia dewasa.

“Paling ujung ini adalah pusara juru kunci pertama makam Rang Kayo Hitam,”ujar Triman.

Seusai wudhu dan sholat Isya serta sholat sunat dua rakaat di Mushola itu, Paul dan rombongan bergegas menuju pusara dan langsung mengambil posisi duduk di tengah diantara makam Rang Kayo Hitam dan Istrinya itu.

Dipimpin Raden Syah Iran, mereka tunduk takzim sembari membaca surah Yasin dilanjutkan tahlil dan tahmid. Selepas itu, mereka tampak menengadah kedua tangan seraya berdoa.

“Malam ini kita sudah berziarah ke makam leluhur kita, Rang Kayo Hitam. Jambi ini bertuan. Kita berdoa, semoag arwah mereka ditempatkan disisi terbaik. Dan kita yang ditinggal dapat mempelajari sejarah dan perjuangan mereka dalam membangun daerah,”ujar Paul di areal makam Rang Kayo Hitam itu.

Selepas dari makam Rang Kayo Hitam, tim keluarga Fachrori Umar itu nekat nyeberang Sungai Batanghari untuk menengok makam Rang Kayo Pingai, kakak kandung Rang Kayo Hitam.

Terima cuma bisa geleng-geleng. Menurut pemilik ketek itu, sepanjang hidupnya baru kali ini memboyong peziarah ke makam Rang Kayong Pingai di Seberang Sungai Batanghari, malam hari.

Dengan hati-hati, Triman berhasil mengangkut rombongan hingga menepi. Berbekal sebuah senter, rombongan berjalan kaki menyusuri jalan setapak selebar satu meter dari bibir sungai menuju makan Rang Kayo Pingai.

Makam itu terletak di dalam sebuah bangunan. Berada menjorok ke dalam hutan sepanjang 200 meter dari bibir sungai. Seperti Rang Kayo Hitam, makam Rang Kayo Pingai juga diselubungi kain berkelir kuning.

Dua buah batu besar seperti batu kayu sungkai tercacak sebagai batu nisan. Meski minim penerangan namun dapat terlihat bahwa makam Rang Kayo Pingai kurang terawat.

Seperti biasa, Paul dan koleganya segera beringsut setelah berdoa dan membersihkan makam itu.

Seperti halnya saat perjalanan pergi, jalan pulang dari makam Rang Kayo Hitam dihadapkan dengan tantangan harus melewati jalan banjir. Pukul dua belas malam ketika mereka mulai melintasi jalan yang terendam air itu air kian pasang.

Kendaraan yang ditumpangi Paul terperosok ke samping kiri dan mati. Para penumpang panik, mobil mulai oleng dan terseret arus sungai. Dalam beberapa detik Paul kembali menekan gas dan mengarahkan kendaraan ke tengah. Mereka pun bersyukur karena berhasil membawa mobil menepi.

Paul menyebutkan mengakhiri napak tilas ini setelah berziarah ke makam Datuk Paduko Berhalo ayah kandung Rang Kayo Hitam yang berada di Pulau Berhala.

Ia mengajak warga memahami sejarah leluhur dan tokoh bangsa, dengan sering-sering berziarah ke makam mereka.

"Kesulitan yang kami hadapi dalam berziarah ini, tak ada apa-apanya dari perjuangan dan kerja kerasa leluhur kita dalam membangun daerahnya,"kata Paul. (rvi)

 

Editor  : Ansory S