Seperti yang kita ketahui dunia saat ini sedang dilanda oleh virus Covid-19 yang semakin waktu semakin massif perkembangan dan penyebarannya di seluruh dunia.
Adanya keberadaan virus ini sendiri sudah banyak memberikan impact yang sangat luar biasa terhadap perekonomian dunia. Berdasarkan informasi dari laman berita Kompas.com, Lembaga IMF (International Monetary Fund) sendiri pernah mengeluarkan pernyataan mengenai per-ekonomian dunia yang saat ini bisa saja mengalami krisis serupa saat dunia mengalami krisis keuangan terburuk sejak masa Depresi Besar Tahun 1930-an. IMF memproyeksikan bahwa dunia saat ini akan mengalami kontraksi hingga 3% pada tahun 2020.
Di Indonesia sendiri, kehadiran covid-19 ini telah mengakibatkan perekonomian Indonesia seperti di ibaratkan sedang terombang-ambing oleh laut.
Banyak sekali pakar ekonom yang menyebutkan bahwa ekonomi Indonesia masih bisa selamat dari badai resesi, dan tidak sedikit pula pakar ekonom yang menyebutkan bahwa ekonomi Indonesia juga bisa saja dihantam oleh badai resesi akibat pandemic virus ini.
Dikutip dari lokadata.id meski dunia sedang di hantui oleh wabah covid-19, IMF memproyeksikan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia tumbuh positif sebesar 0,5%. Hal ini tentunya menjadi angin segar bagi per-ekonomian Indonesia ditengah-tengah serangan wabah covid-19 ini.
Sedangkan, menurut Pengamat Ekonomi Senior INDEF Enny Sri Hartati mengatakan bahwa Indonesia bisa saja terkena resesi.
Hal ini dapat dilihat dari sejumlah perusahaan di Indonesia yang memberlakukan Pemutuhan Hubungan Kerja (PHK) dalam jumlah besar karena tidak sanggup untuk membayar gaji para pekerjanya.
Sebelumnya juga, Menteri Keuangan Sri Mulyani pernah memproyeksikan jika scenario sangat buruk terjadi, maka pertumbuhan ekonomi Indonesia akan mengalami kontraksi sebesar -3,1% pada kuartal II/2020.
Karena, sebelumnya berdasarkan data dari katadata.go.ig pada kuartal I/2020 pertumbuhan ekonomi Indonesia tercatat turun sebesar 2,97% berada jauh dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang sebelumnya tumbuh sebesar 5%.
Namun demikian, ditengah-tengah ancaman masalah ekonomi yang harus dihadapi oleh Pemerintah Indonesia, baru-baru ini ada berita datang bagi dunia per-ekonomian Indonesia sehingga membuat Presiden Joko Widodo (Jokowi) sangat senang dan yakin bahwa berita ini bisa menjadi acuan bagi Pemerintah Indonesia agar bisa menjaga ekonomi Indonesia tetap stabil dan mampu bangkit dari bahaya masalah ekonomi yang terancam akibat wabah covid-19 ini.
Ekonomi Indonesia Naik Satu Peringkat ke Kelas Menengah
Naiknya peringkat kelas Indonesia sebagai yang awalnya merupakan negara berpenghasilan rendah kemudian berubah menjadi negara dengan berpenghasilan menengah keatas membuat pemerintah Indonesia menilai dan berpendapat bahwa di masa pandemic seperti ini pemerintah masih bisa dan mampu untuk mempertahankan ketahanan ekonomi Indonesia.
Tentunya apa yang dicapai oleh pemerintah ini diharapkan dapat mengembalikan dan mampu mempertahankan tingkat kepercayaan para mitra investor seperti mitra perdagangan maupun mitra pembangunan atas ketahanan ekonomi Indonesia.
Dilansir dari detikfinance, hal ini disampaikan oleh Presiden Jokowi setelah Bank Dunia pada tanggal 1 Juli 2020 mengumumkan dan menaikkan peringkat kelas Indonesia yang sebelumnya dikategorikan ke dalam kelas negara berpenghasilan menengah kebawah (Lower Middle Income Country) yang semula perkapita Indonesia US$3.840 berubah menjadi negara berpenghasilan menengah atas (Upper Middle Income Country) dengan penghasilan perkapita sebesar US$4.050
Hal ini didasarkan dengan hitungan Penghasilan Nasional Bruto/PNB (Gross National Income/GNI). Presiden Jokowi juga menambahkan bahwa adanya hasil laporan tersebut dapat menjadikan sebagai penyemangat dan peluang bagi Indonesia agar bisa terus naik kelas dan bisa keluar dari jebakan sebagai negara kelas menengah kebawah (Middle Income Trap).
Pemerintah Indonesia Sambut dan Terima Kedatangan 7 Investor Asing
Di tengah pandemic covid-19 Indonesia yang masih menuju puncaknya, dilansir dari CNBCIndonesia.com berdasarkan keterangan dari Kepala Koordinasi Badan
Penanaman Modal (KBPM) Bahlil Lahadalia bahwa sebanyak 7 Perusahaan Asing akan merelokasi pabrik milik perusahaan mereka untuk dipindahkan ke Indonesia. Berikut ini adalah nama dari ke-7 perusahaan asing tersebut yang merelokasikan pabriknya beserta nilai investasi yang ditawarkan dan serapan tenaga kerja yang dapat diserap :
1. PT Meiloon Technology Indonesia
Relokasi pabrik dari Suzhou, China
Serapan tenaga kerja : < 8.000 orang
Nilai investasi : US$ 90 juta
2. PT Sagami Indonesia
Relokasi pabrik dari Shenzen, China
Serapan tenaga kerja : > 6.500 orang
Nilai investasi : US$ 50 juta
3. PT CDS Asia (ALPAN)
Relokasi pabrik dari Xiamen, China
Serapan tenaga kerja : > 3.500 orang
Nilai investasi : US$ 14 juta
4. PT Kenda Rubber Indonesia
Relokasi pabrik dari Shenzen, China
Serapan tenaga kerja : 3.000 orang
Nilai investasi : US$ 150 juta
5. PT Denso Indonesia
Relokasi pabrik dari Jepang
Serapan tenaga kerja : 1.500 orang
Nilai investasi : US$ 138 juta
6. PT Panasonic Manufacturing Indonesia
Relokasi pabrik dari China
Serapan tenaga kerja : 1.400 orang
7. PT LG Electronics Indonesia
Relokasi pabrik dari Korea Selatan
Serapan tenaga kerja : 6.019 orang
Nilai investasi : US$ 378 juta
Dari sini, bisa kita lihat berapa nilai positif investasi yang bisa diraup oleh pemerintah dan manfaat dari kehadiran perusahaan ini dalam menyerap tenaga kerja yang ada di Indonesia.
Di dalam artikel ini penulis berpendapat bahwa meskipun hadirnya perusahaan asing ini bisa membantu per-ekonomian Indonesia tetap saja permasalahan ekonomi di Indonesia belum tentu bisa langsung selesai apalagi, di tengah-tengah pandemic covid-19 ini per-ekonomian Indonesia bisa saja terkena gelombang resesi akibat pertumbuhan ekonomi yang bisa saja melambat karena dampak dari pandemic ini.
Penulis juga ingin menambahkan bahwa jangan sampai dengan adanya investor asing dari ke-7 perusahaan, ini membuat pemerintah cenderung lebih mengedepankan pere-ekonomian dibandingkan dengan kesehatan masyarakat Indonesia yang semakin hari jumlah kasus yang terkonfirmasi covid-19 semakin meningkat.
Karena, pada dasarnya percuma saja nantinya apabila per-ekonomian Indonesia kembali pulih, namun dalam kenyatannya pemerintah masih dihadapkan dengan masalah kesehatan yang tidak kunjung membaik akibat covid-19 ini. (***)
Penulis : Bayu Tri Sasongko Mahasiswa Hubungan Internasional (HI) Universitas Islam Indonesia (UII)
Kerjasama ASEAN Dalam Menanggulangi Covid-19 : Bagaimana Dampaknya Kepada Masyarakat Indonesia?
Tantangan Industri Kelapa Sawit Jambi Berbenah atau Tenggelam
Peran Nahdlatul Ulama dalam Membantu Masyarakat di Masa Pandemi Covid-19
Bangun Sinergi dan Kolaborasi, Pemkot Gelar Forum Satu Data Kota Jambi