Dampak Pandemi terhadap Kesehatan Mental Remaja

Minggu, 11 Juli 2021 - 21:53:24


Shalma Putri Ayu Dewanti
Shalma Putri Ayu Dewanti /

Radarjambi.co.id-Mari kita mengenal tentang apa itu kesehatan mental ( mental health ) ini.

Jadi,Kesehatan Mental adalah Ketahanan emosional dan spiritual yang memungkinkan kita untuk menikmati hidup dan bertahan dari rasa sakit, penderitaan dan kekecewaan.

Ini adalah rasa kesejahteraan yang positif dan keyakinan yang mendasari martabat dan nilai kita dan orang lain. Itu dipengaruhi oleh pengalaman dan warisan genetik kita (Sumber: WHO).

Kesehatan mental adalah sebuah bentuk emosi diri dalam menyenyuaikan dirinya ketika sedang mendapatkan masalah, entah itu masalah yang besar ataupun kecil berasal dari luar ataupun dari dalam diri orang itu sendiri.

Banyak sekali jenis-jenis dari kesehatan mental ini, contohnya: stres, depresi, kegelisahan, self-acceptance, dan masih banyak lagi.

Kenapa sih kita harus peduli dengan kesehatan mental pada diri kita? Karena jika kita mengalami depresi atau stres, ini bisa berpengaruh ke dalam kehidupan kita sehari-hari dan apabila kondisinya parah bisa menurunkannya produktifitas kerja diri kita, jadi hal ini benar-benar sangat merugikan bukan?

Di masa pandemi Covid-19 ini sekolahan, kampus dan juga beberapa tempat perbelanjaanpun harus ditutup guna untuk mencegah virus ini.

Karena sekolah ditutup kegiatan seperti acara perayaan hari jadi sekolah, ujian kelulusan, dan acara kelulusanpun di tiadakan.

Hal ini membuat momen-momen remaja mereka terasa hambar dan juga penuh kekecewaan karena ini adalah momen yang paling mereka tunggu-tunggu. Untuk hanya sekadar berkumpul saja itu sulit, yang biasanya pergi keluar main bersama teman-teman ini hanya disuruh berdiam diri di rumah, membuat mereka merasa tertekan.

Sistem pembelajaranpun berubah menjadi daring atau disebut juga pembelajaran yang dilakukan dirumah ini memberikan efek kepada kesehatan remaja mengapa demikian? Banyak orang beranggapan kalau pembelajaran sistem daring ini sangat menyenangkan dan juga kita bisa mendapatkan waktu istirahat yang banyak.

Padahal kenyataannya tidak, banyak siswa-siswa yang mengeluh akan banyaknya tugas yang diberikan kepada mereka akibatnya mereka tidak memiliki waktu istirahat yang cukup. Pola tidur yang menjadi tidak teratur, pola makan yang berantakan ini bisa menyebabkan depresi.

Tugas-tugas inilah yang terkadang sangat membebani mereka dan juga kurangnya kontak fisik dengan guru juga dengan teman-teman yang lainnya, yang menyebabkan mereka menjadi stres dan juga depresi.

Mereka mengeluh sana sini tidak ada yang mendengarkannya, kebanyakan juga para orang tua mengabaikan keluhan ini.

Di luaran sana banyak sekali kasus-kasus yang disebabkan oleh hal ini, seperti ada yang bunuh diri karena beban tugas yang begitu banyak. Tetapi kenapa masih banyak saja yang menganggap remeh kesehatan mental dari para remaja ini.

Tidak hanya karena tugas-tugas yang menumpuk, ada faktor lain yang juga memengaruhinya, yaitu kehilangan anggota keluarga.

Virus covid-19 ini banyak sekali merenggut nyawa orang-orang yang mereka sayangi, ada yang kehilangan ayah mereka, ada yang kehilangan ibu mereka, atau bahkan keduanya.

Hal ini benar-benar menguras emosi mereka, perasaan kehilangan yang begitu dalam bisa menyebabkan depresi yang cukup serius.

Sebanyak 99 persen anak-anak dan remaja di bawah 18 tahun di seluruh dunia (2,34 miliar) tinggal di salah satu dari 186 negara dengan beberapa bentuk pembatasan gerakan yang berlaku karena COVID-19.

Sebanyak 60 persen anak tinggal di salah satu dari 82 negara dengan lockdown penuh (7 persen) atau sebagian (53 persen) – yang jumlahnya mencakup 1,4 miliar jiwa muda, hal ini telah disampaikan menurut analisis data dari UNICEF.

Lihat begitu banyak angka anak-anak remaja yang mengalami masalah gangguan kesehatan mental, hal ini perlu dilakukannya tindak serius jangan hanya menggapnya sepele.

Kita perlu menggadakan gerakan dukungan kesehatan mental untuk anak-anak usia muda,tingkatkan rasa kepedulian kalian, bantu mereka ketika mereka sedang sedih, murung jangan malah di ejek atau membandingkan masalah yang menimpa kalian dengan mereka, karena setiap orang memiliki batasannya sendiri. (***)

 

 

Penulis ; Shalma Putri Ayu Dewanti Mahasiswa Prodi Pendidikan Bahasa Inggris UAD