Radarjambi.co.id-Sejak covid-19 masuk ke Indonesia pada bulan Maret 2020, pemberlakuan kegiatan pada segala aspek yang ada mulai dibatasi.
Seluruh lapisan masyarakat merasa khawatir dan cemas dengan kebijakan yang dikeluarkan pemerintah.
Yang terpenting dan menjadi sorotan pada bidang pendidikan, dari pendidikan anak usia dini hingga pendidikan di jenjang perguruan tinggi menerapkan sistem pembelajaran jarak jauh (PJJ).
Kebijakan tersebut mengubah pola pikir para siswa dan bahkan orang tua juga. Hal ini merupakan tantangan yang sangat berarti bagi orang tua karena peran mereka akan bertambah, menjadi orang tua sekaligus guru.
Dengan adanya pembatasan aktivitas dengan belajar dirumah, pastinya anak-anak akan mengalami perubahan yang drastis pada dirinya.
Bahkan perubahan yang terjadi ini juga dapat menyebabkan anak menjadi mudah merasa bosan bisa juga anak menjadi stres.
Yang biasanya anak-anak belajar di sekolah bersama teman sebaya nya melakukan aktivitas bermain, belajar bersama, hingga bercerita bersama kini mereka tidak dapat melakukan hal itu lagi.
Kehilangan waktu bermain dan juga belajar dengan teman sekolah, terbatasnya kesempatan anak untuk berkunjung ke area bermain, itu merupakan dampak fisik serta dampak psikologi yang terjadi disaat pandemi seperti ini.
Pengalaman yang sulit ini harus mereka hadapi walaupun banyak atau belum dapat diterima.
Bisakah kondisi gangguan kesehatan mental ini terjadi saat anak kecil? Tentu saja bisa.
Apa penyebabnya? Banyak gejala yang dapat memengaruhi kondisi ini, seperti ketika anak masih bayi orang tuanya tidak membiasakan pola tidur yang tepat, sering menangis saat masih bayi, dan juga cara orang tua memberikan perlakuan terhadap anak juga sangat berpengaruh.
Selain itu ada beberapa tanda bahwa anak mengalami gangguan tersebut diantaranya, sulit untuk belajar atau tidak fokus, gangguan berkomunikasi atau bermasalah pada kemampuan untuk memahami konsep komunikasi.
Banyak juga orang tua yang tidak menyadari gangguan kesehatan mental ini dapat berdampak hingga sang anak dewasa nanti.
Dan inilah mengapa orang tua harus memahami tanda-tanda gangguan kesehatan mental anak sejak dini, dengan penanganan lebih dini dapat menghindarkan akan terjadinya dampak negatif sehingga hal tersebut dapat lebih mudah ditangani.
Saya membaca dari sebuah penelitian mereka mengatakan, “anak-anak usia sekolah yang mengalami karantina proses belajar akibat covid-19 menunjukkan beberapa tanda-tanda tekanan emosional yang sangat berarti”.
Terutama anak-anak pada usia sekolah taman kanak-kanak hingga sekolah dasar sangat rentan mengalami stres, tidak terkecuali orang dewasa bedanya jika orang dewasa lebih tau cara untuk menghadapinya.
Menjauhkan anak-anak dari pikiran yang negatif, agar mereka tetap merasa memiliki semangat untuk belajar walaupun belajar dari rumah. Tidak menuntut anak untuk melakukan yang tidak sesuai dengan keinginannya.
Berperan sebagai teman untuk anak juga menjadi salah satu cara agar anak merasa nyaman saat hanya dirumah.
Pada masa ini, orang tua ditekankan untuk memberikan bimbingan serta perhatian yang lebih terhadap anak.
Orang tua dituntut untuk kreatif dan komunikatif, agar anak merasa diperhatikan. Banyak strategi untuk menstimulasi agar anak merasa betah dirumah seperti contohnya dengan mengajak anak berkomunikasi, libatkan anak dalam berbagai kesempatan, memberikan kepercayaan dengan cara menentukan pilihannya sendiri, serta bertanggung jawab atas apa yang anak lakukan.
Peran dan tanggung jawab keluarga sangatlah penting untuk mendampingi proses belajar dari rumah serta menjaga kesehatan mental pada anak terutama pada masa pandemi seperti sekarang ini.
Selain menjadi pendamping anak saat belajar dari rumah, keluarga juga harus mampu menjadi teladan bagi anak memang tugas yang sederhana namun tidak mudah.
Meskipun pandemi covid-19 ini belum juga berakhir, kesehatan mental yang dirasakan pada anak-anak atau bahkan padad orang dewasa semakin nyata. Kondisi gangguan kesehatan mental ini sering sekali orang tidak memahaminya.
Kemunculannya tidak sekadar disebabkan oleh suatu keadaan. Begitu banyak penyebab nya seperti, riwayat genetik atau ada dari turunan keluarga, mengonsumsi obat tertentu dalam jangka yang cukup panjang, dan dari lingkungannya sendiri bisa dari teman atau keluarga.
Gangguan kesehatan mental ini tidak bisa jika dinilai remeh, karena gangguan ini menyerang pikiran dan juga kejiwaan seseorang.
Oleh karena itu, menjaga kesehatan mental anak sangat penting. Membuat anak lebih sehat dan bahagia juga termasuk hal yang dapat dilakukan.
Membiasakan anak menjalin hubungan yang baik dengan orang lain, memberikan kepercayaan untuk bangkit saat diterpa masalah itu sangat berguna agar anak dapat tumbuh menjadi orang dewasa yang bersahaja.
Menurut pengalaman pribadi saya membuat rencana bagi diri sendiri juga menjadi salah satu bagian untuk menghindarkan gangguan kesehatan mental, biasanya saya mengatur kegiatan sehari-hari.
Upaya lain yang dapat menumbuhkan kesehatan mental positif adalah dengan mencintai diri sendiri, maksudnya adalah memiliki perasaan percaya dan bangga atas kemampuan yang ada pada diri sendiri.
Penulis : Yasmin Amanda Nathania
Mahasiswi Pendidikan Bahasa Inggris, Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta
Tingkatkan Perlindungan Konsumen, Satgas PASTI Lakukan Soft Launching Indonesia Anti-Scam Centre