Di balik kepiawaiannya dalam merawat dan membersihkan kandang kambing, ternyata pemilik akun instagram @yadi.bandot yang kerap memperlihatkan keakrabannya dengan hewan kurban tersebut, merupakan seorang lurah.
Ia menjabat sebagai Lurah Budiman, di Kecamatan Jambi Timur, Kota Jambi. Ya, dia adalah Suryadi.
Namun, kehidupan normalnya sebagai lurah dan pengusaha kambing kurban, tidak didapatkannya begitu saja. Ada masa lalu yang cukup kelam, membuatnya berada di titik terendah hidupnya.
Kalah judi online, hingga miliaran rupiah, telah membuatnya putus asa tahu 2008 lalu. Tahun di mana ia baru saja lolos sebagai ASN di Pemkot Jambi. Namun, karena minimnya kegiatan yang ia ikuti, membuat Yadi iseng mengisi kegiatan dengan judi bola.
"Selama dua sampai tiga tahun ada di dunia kelam itu. Habis puluhan miliar, sampai minus 30 persen. Itu juga uang orangtua juga terikut," katanya.
Cukup lama proses Yadi harus bangkit dari keterpurukan itu. Tak hanya dirinya, namun orangtua dan empat orang adiknya juga ikut terimbas karena ulahnya. Namun, dengan saling mendukung satu sama lain, kini ia dan keluarganya bisa survive.
Puncaknya, ketika ia menikah di tahun 2015 silam. Yadi mulai sadar untuk hidup sesuai aturan, dan meninggalkan dunia kelamnya dalam perjudian.
Dengan gaji seadanya sebagai ASN, Yadi mulai kembali mencoba untuk jual beli kambing. Awalnya beli satu ekor, lalu dijual, dan beli indukan untuk diternakkan. Hingga di tahun 2020, ia mulai merasakan hasilnya.
"Cukup lama prosesnya untuk kembali bangkit dan mengambil masa puncak itu lagi," ujarnya.
Namun ia tak pernah merasa malu dan gentar. Meski saat berada di titik terendah, beragam cemoohan diterimanya.
Namun, itu tak menyurutkan semangatnya dalam mengembangkan usaha ternak tersebut. Dukungan dari orang terdekat, seperti orangtua, istri dan anak yang menguatkannya.
"Saya ingat pesan orangtua, kalau mau berubah jangan pernah mengingat yang sudah habis, karena ketika Allah menitipkan ke kita banyak, maka pasti banyak juga yang diambil," kata Yadi.
Yadi mengatakan, proses move on ketika sudah pernah mencapai puncak, tak semudah ketika belum mencapainya. Dari sanalah, ia mulai mengerti dan berbenah. Tak ada lagi rasa malu di dalam dirinya.
"Jangan gengsi, dan bentuk circle pertemanan baru. Karena ketika kita jatuh, tentu teman-teman lama hilang. Nah, dengan lingkungan baru lah, kita bisa mengembangkan diri. Dan saya disupport oleh circle baru itu. Justru teman-teman ketika saya candu judi hilang," ujarnya.
Ia berpesan kepada muda-mudi untuk jangan coba-coba dengan judi. Mulanya memang sedikit, namun lama-lama semakin penasaran dan bahkan kehilangan miliaran.
"Awalnya masang Rp 10 ribu, terus Rp 100 ribu dan sampai akhirnya bisa dijual semua barang yang ada. Sampai saya minus dan hilang puluhan miliaran," katanya.
Suryadi, tak hanya mengurusi soal kedinasan saja. Kecintaannya terhadap hewan, tak membuat pria kelahiran 17 Maret 1982 ini malu untuk bergelut langsung, memberi makan, membersihkan kandang, dan memandikan kambing-kambing piaraannya.
Dirinya mengatakan, memang sengaja membagi waktu antara tugasnya sebagai lurah, dengan kecintaannya untuk beternak kambing.
Setiap hari, kata dia usai salat subuh, dirinya akan langsung memberi makan puluhan ekor kambing yang ada di rumahnya, di kawasan Jalan Raden Wijaya, Lorong Bunga, Kelurahan Handil Jaya. Kemudian akan dilanjutkan bekerja, mengabdi kepada masyarakat, sebagaimana tugas seorang lurah.
“Antara jabatan dan beternak kambing tidak boleh berbentur. Harus berjalan dan sejalan. Saya tidak mau ternak kambing ini mengganggu aktivitas saya melayani masyarakat,” kata Yadi, saat disambangi Jambi Independent di ruang kerjanya, Jumat (21/1).
Ayah dari dua orang anak lelaki ini mengatakan, sore hari usai pulang kerja, ia kembali akan memberi pakan untuk 20 ekor kambing yang ia rawat sendiri. Sebenarnya, bisa saja ia mempekerjakan orang untuk merawat kambing yang dipelihara di rumahnya. Namun, menurut Yadi, ada yang kurang jika tak mengurus kambing.
“Kayak ada yang kurang. Jadi kambing yang ada di rumah memang diurus sendiri, setiap hari. Paling untuk bersih-bersih dalam skala besar, dilakukan di weekend,” ujarnya.
Suryadi menyebut, meski dipelihara di rumah, namun kandang yang ia gunakan dengan sistem modern, sehingga bau kotoran kambing tak mengganggu masyarakat.
Tak hanya untuk jual beli, namun bisnis kambing ini juga untuk diternakkan. Setidaknya ada 15 indukan yang saat ini ada di rumahnya. Meski beternak di rumah, ia juga membeli kambing dari pedagang-pedagang kecil. Ini upayanya untuk membantu perekonomian masyarakat.
Tak hanya di rumah saja, namun ternak kambingnya terbilang cukup sukses. Di kawasan Suakkandis, Muarojambi ada pula puluhan kambing miliknya, yang biasanya akan dikeluarkan jika ada permintaan untuk aqiqah atau kurban di hari raya Idul Adha.
“Di Suakkandis ini dirawat oleh penjaganya, dengan sistem bagi hasil. Dan biasanya memang disiapkan untuk satu tahun, baru dikeluarkan. Jadi di sini lebih kepada penggemukan,” katanya.
Dalam sebulan, setidaknya ia mampu menjual 10-15 ekor paling sedikit, dan 80 ekor saat banyak permintaan.
“Untungnya satu ekor kambing Rp 200 sampai Rp 300 ribu,” katanya. Ke depan, ia ingin mengembangkan bisnis ini tak hanya jual beli dan ternak. Namun juga mulai menyediakan jasa potong dan juga catering. Sehingga masyarakat dapat langsung menikmati olahan kambing. (Musriah)
Pembangunan Sumur Bor dan WC Diduga Tak Sesuai RAB, Tanzil : Tak Masalah, RAB Tidak Mengikat
OPD Pemkot lakukan Tandatangan Kinerja bersama Walikota Fasha
Gedung Pasar Sengeti Sudah Retak Usman Halik : Harus Dibongkar Kalau Karena Pondasi
Pasca Ditambrak Kapal, Sekda Tanjabbar Cek Kondisi Jembatan WFC
Pertamina EP Jambi Dukung Percepatan Penurunan Stunting di Kumpeh Ulu dengan PMT