Menggenalkan Sastra Pada Anak

Kamis, 28 April 2022 - 13:16:00


Arsy Rachmatul Viky
Arsy Rachmatul Viky /

Radarjambi.co.id-Sastra memiliki arti dan peran penting dalam kehidupan manusia. Sastra selalu hadir dan berkembang seiring dengan peradaban hidup manusia.

Karya sastra merupakan cerminan kehidupan manusia sesuai dengan realita yang ada. Pada dasarnya semua orang membutuhkan dan menyukai sastra. Melalui sastra pola pikir pembaca dapat terpengaruh untuk menghasilkan perubahan-perubahan yang konstruktif.

Begitupun sastra anak yang juga berfungsi untuk mendidik anak dengan nilai positif yang terkandung didalamnya. Sastra anak bukan lagi menjadi hal yang asing di telingga masyarakat.

Sastra anak merupakan karya sastra yang dibuat untuk dinikmati anak-anak, bukan suatu karya yang bertema anak-anak. Secara sederhana sastra anak dapat dipahami sebagai suatu karya imajinatif yang akrab dengan dunia anak dan layak untuk dikomsumsi oleh anak.

Tidak ada salahnya untuk menggenalkan sastra pada anak diusia yang masih dini, hal ini dikarenakan sastra memiliki banyak manfaat untuk perkemangan seorang anak.

Sastra memiliki dampak positive dalam aspek perkembangan anak seperti aspek intelektual, aspek seni, aspek bahasa, aspek intelektual dan emosional.

Pengenalan karya sastra ini dapat memudahkan anak untuk menerima nilai-nilai kemanusiaan, agama, adat istiadat, dan kebudayaan yang terkandung di dalamnya. Membiasakan anak membaca sebuah karya sastra dapat menumbuhkan minat membaca seorang anak.

Minat baca ini menjadi hal yang sangat penting untuk menanamkan pola pikir cerdas bagi anak. Jika minat baca seorang anak tinggi maka tidak hanya buku sastra saja yang dibaca namun buku pelajaran hingga buku umum lainya dengan begitu wawasan seorang anak menjadi lebih luas.

Karya sastra turut berkontribusi mengembangkan jiwa sosial dan emosianal anak. Hakikatnya di dalam sebuah sastra terdapat sajian cerita yang merupakan refleksi dari fenomena nyata di kehidupan manusia.

Membaca sastra seperti membaca kehidupan manusia. Dengan begitu anak akan belajar dan berfikir bagaimana seharusnya dirinya bertindak agar tidak menyakiti dan merugikan orang lain.

Seorang anak yang mampu memahami suatu cerita otomatis mampu memahami hubungan sebab akibat cerita dengan logikanya. Aspek intelektual anak akan aktif karena berperan dalam pemahaman sebuah cerita.

Aspek lainya yang turut berkembang adalah aspek imajinasi. Karya sastra yang dibaca anak tentu saja memiliki pengaruh terhadap daya imajinasi anak karena seolah-olah anak merasakan sendiri.

Daya imajinatif yang tinggi akan menghasilkan tindakan dan pemikirna kreatif seorang anak. Menurut Mursisni yang merupakan dosen Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Negeri Medan dalam jurnalnya dia berpendapat bahwa sastra merupakan perwujudan kompetensi bahasa yang dimiliki penulis maupun pembaca.

Dengan membaca karya sastra anak mampu memahami simbol-simbol kebahasaan dalam bentuk bahasa tulis. Sedangkan dengan menulis karya sastra anak akan memiliki kompetensi menuliskan kreasi imajinasi, fantasi, dan hasil eksplorasinya.

Jadi sastra sangat penting terhap pemahaman anak dalam berbahasa.
Peran orang tua dalam memilih dan menentukan bacaan untuk anak sangatlah penting.

Orang tua harus memahami bahwa bacaan yang dipilih harus sesuai dengan tingkat perkembangan anak. Bacaan sastra anak usia tiga tahun tentulah tidak sama dengan anak usia 10 tahun. Setiap tahapan perkembangan anak memiliki karakteristik dan tingkat pemahaman yang berbeda-beda.

Menurut Burhan Nurgiantoro ada empat tahapan perkembangan anak. Tahap pertama yaitu sensory motor (0-2 tahun), dalam tahap ini pemahaman anak berdasarkan apa yang mampu dia raih atau berkontak secara langsung.

Di usia ini variasi pengenalan sastra dapat dilakukan dengan bernanyi ataupun mendongeng.

Tahap kedua yaitu praoperasional (2-7 tahun), dalam tahap ini anak sudah mampu mengaktulisasikan apa yang dia pikirkan lewat sebuah bahasa, bermain ataupun mengambar.

Pada tahap ini menggenalkan sastra pada anak dapat dilakukan dengan memberi buku bacaan ataupun vidio dengan gambar-gambar yang memiliki ilustrasi menarik. Ilustrasi ini akan membantu anka untuk mengenali setiap objek yang mencerminkan situasi dalam cerita agar anak lebih mudah untuk memahaminya.

Tahap ketiga yaitu operasional konkret (7-11 tahun), pada tahap ini anak sudah mampu memahami sesuatu dengan logika dan imajinasinya yang sudah berkembang. Dalam tahapan ini penggenalan sastra dapat dilakukan dengan bacaan maupun vidio yang mengandung urutan logis suatu cerita menuju tingkat yang lebih kompleks agar anak terproyeksi ke dalam jalan cerita sehingga mampu memprediksi suatu jalan cerita kedepannya.

Tahap ke empat yaitu operasi formal (11 tahun keatas). Dalam tahap perkembangan ini anak sudah memiliki kemampuan berpikir secara ilmiah dan abstrak. Sastra yang memiliki alur ganda, ataupun puisi dengan makna tersirat dapat diimplikasikan pada anak agar terbiasa memahami suatu sastra yang lebih kompleks.

Saat ini kita berada dalam era 4,0 dimana semua bidang kehidupan manusia memanfaatkan peranan teknologi agar lebih efisien dan efektif. Hal ini juga berlaku pada dunia sastra anak.

Mengingat anak-anka cenderung lebih tertarik dengan gawai maka orang tua dan penuls juga harus beradaptasi dengan hal ini.

Orangtua harus bijak dalam menyikapi hal tersebut bagaimana sebuah gawai tetap harus dimanfaatkan untuk penanaman karakter positivf seorang anak. Penulis cerita harus lebih produktif untuk menciptakan cerita dalam bentuk digital sesuai dengan perkembangan zaman.

Misalnya dengan membuat cerita berbasisi vidio dengan ilustrasi yang menarik. Bentuk digital lainya bisa dengan aplikasi. Aplikais digital sastra anak saat ini salah satunya adalah lett’s Read yang bisa diunduh tanpa biaya melalu gawai.

Aplikasi Lets Read merupakan perpustakaan digital yang enyediakan ribuan cerita anak dalam maupun luar negeri.

Aplikasi ini diprakasai oleh Books for Asia yaitu program literasi yang telah berlangsung sejak tahun 1954. Dengan adanya digitalisasi cerita anak seperti ini dapat membantu penggembangan cerita rakyat yang kaya akan kearifan lokal.(***)


Penulis ; Arsy Rachmatul Viky, Mahasiswa Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta.