Lingkungan “Toxic” memengaruhi prestasi belajar?

Rabu, 20 Juli 2022 - 22:43:35


Anisa Agus Ariyani
Anisa Agus Ariyani /

Manusia merupakan makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri. Mereka selalu membutuhkan orang lain untuk saling  berinteraksi, komunikasi, serta bersosialisasi dengan individu lainnya.

Agar hubungan antarindividu terjalin dengan baik perlu adanya rasa saling menghargai, menghormati, saling memberi motivasi, dan saling mengingatkan antara individu yang satu dan yang lainnya.

Hidup di dalam lingkungan yang positif dan produktif akan membuat kita selalu termotivasi serta dapat mengarahkan ke hal-hal yang lebih baik sehingga akan memberi dampak yang positif bagi perkembangan di segala aspek kehidupan. Dengan begitu akan tercipta lingkungan yang baik.

Sayangnya, tidaklah mudah membentuk lingkungan yang baik karena tidak semua individu memiliki sifat seperti yang telah disebutkan di atas.

Pada dasarnya manusia memiliki pola pikir, karakter, perilaku, serta kebiasaan yang berbeda-beda. Sama halnya dengan tujuan yang ingin dicapai antarindividu pun berbeda-beda.

Pada zaman modern ini diperlukan adanya sebuah relasi atau pertemanan sesama individu dengan tujuan memudahkan kita dalam melakukan kegiatan.

Seperti sekolah, bekerja, hingga kegiatan perkuliahan. Dengan adanya keberagaman sifat atau karakter yang berbeda-beda maka tidak sedikit lingkungan pertemanan yang akan membawa pengaruh negatif bagi perkembangan individu, atau sering disebut “Toxic Friendship”.

Toxic friendship merupakan hubungan pertemanan yang tidak sehat, serta membawa pengaruh negatif dan hanya menguntungkan satu sisi dan akan merugikan sisi lainya.

Sebagai contoh dari toxic friendship yaitu adanya unsur saling merendahkan, memberikan rasa yang tidak nyaman dan tidak aman, suka membandingkan yang itu tentu saja akan menyakiti perasaan, menguntungkan diri sendiri.

Sehingga tidak memikirkan orang lain, dan pelaku toxic ini  akan menghasut individu lain sehingga dapat mengubah pola pikir individu tersebut. 

Jika kita lihat lebih jauh tentu saja sifat dari adanya toxic friendship ini akan sangat berpengaruh terhadap semua aspek kehidupan termasuk prestasi belajar kita.

Berada pada lingkungan toxic friendship akan membuat kita stres hingga depresi, kecemasan yang berlebihan dan kesehatan mental yang akan terganggu.  

Dengan adanya dampak seperti ini maka, cepat atau lambat hal ini juga akan berpengaruh pada prestasi belajar siswa. Hal ini terjadi karena kebanyakan teman toxic akan memengaruhi pola pikir temannya untuk selalu mengikuti apa yang ia lakukan atau secara tidak sadar akan memberi pengaruh negatif yang mungkin akan bertolak belakang pada prinsip temannya.

Dengan begitu mereka yang terpengaruh akan selalu mengikuti apa yang diperintahkan  sehingga tidak terfokus dengan belajar. Jika hal ini terjadi tidak mustahil prestasi belajar siswa akan menurun.

Dengan melihat dari adanya pengaruh negatif yang dibawa oleh lingkungan tidak sehat ini, maka sebaiknya kita harus lebih berhati-hati dalam memilih teman.

Jika kita sudah merasa bahwa kita sedang berada pada lingkungan pertemanan yang salah , cobalah untuk sedikit menjaga jarak dengan mereka, dan mulailah mengatur langkah untuk menjauhi supaya terhindar dari pengaruh negatifnya.

Sayangilah diri kita sendiri jangan biarkan diri kita berada pada lingkaran orang-orang beracun. Berhentilah berpura-pura untuk menyenangkan orang lain hingga kita lupa untuk menyenangkan diri sendiri. (*)

 

Penulis :  Anisa Agus Ariyani, Mahasiswi Pendidikan Bahasa Inggris FKIP Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta