Rendahnya Literasi Generasi Z

Senin, 10 April 2023 - 12:21:09


Wulan Sofiyati
Wulan Sofiyati /

Radarjambi.co.id-Kenapa minat baca pada generasi Z sangat rendah? Pada umumnya, generasi Z tumbuh di era perkembangan teknologi yang sangat cepat.

Teknologi akan berdampak negatif pada generasi Z ketika digunakan sebagai kesenangan atau kepuasan diri sendiri.

Maraknya literasi Z yang menggunakan gawai tanpa kebutuhan yang positif dan bermanfaat akan berdampak pada negara kita, khususnya negara Indonesia.

Karena, generasi Z adalah calon generasi penerus bangsa. Maka, dampak dari kencanduan menggunakan gawai yang semata-mata hanya untuk kesenangan diri sendiri akan membuat mereka terlena.

Generasi Z lupa dengan pentingnya literasi (membaca) yang bisa melatih daya pikir mereka. Bahkan sekarang ini, persaingan jauh tidak memiliki manfaat.

Teknologi banyak digunakan oleh generasi Z hanya untuk membandingkan pesona kesempurnaannya, misal kecantikan, kekayaan, yang terdapat pada sosok dirinya sendiri kemudian diunggah di Whatsapp, Facebook, Instagram, Twitter.

Harapan besar untuk generasi Z mampu menggunakan gawai terutama pada media sosial untuk belajar berliterasi, salah satunya dengan sering-sering membaca. Baik membaca berita, puisi, cerpen, novel dan lain-lain.

Momentum Work Book Day

Peringatan hari buku sedunia pada awalnya ditetapkan oleh pihak organisasi pendidikan.

Pada hari ini menjadi bentuk penghormatan kita terhadap tokoh penulis yang sudah meninggal tepatnya pada tanggal 23 April.

Sebagai alternatif meningkatkan daya literasi dan momentum Hari Buku Sedunia atau disebut juga dengan Work Book Day sebagai peringatan daya cipta membaca untuk seluruh masyarakat di dunia.

Najwa Shihab pernah mengatakan dalam pidatonya sebagai duta baca Indonesia mengutarakan bahwa sebuah bangsa tanpa tradisi literasi hanya akan menjadi bangsa kelas teri, terundung, pemaki, mudah diprovokasi tanpa keluasan hati dan imajinasi.

Butanya berliterasi menjadi pemecah keterampilan generasi Z. Kemampuan keterampilan berliterasi dalam membaca akan menjadi keahlian untuk generasi Z menjadi generasi yang dapat berpikir secara kritis dan tidak mudah untuk menyerah atau putus asa ketika menghadapi suatu masalah yang mendatangi diri kita.

Karena, kita hidup tidak putus dari sebuah masalah. Merujuk pada momentum literasi akan menjadi pondasi untuk generasi Z mendapatkan wawasan yang luas terkait informasi berita yang tersebar secara cepat.

Kegemaran atau keterbiasaan membaca sangat penting ditanamkan pada generasi Z.

Seluruh aspek yang kita alami dalam kehidupan akan menjadi kegiatan dan kebutuhan tetap dalam berliterasi mulai dari hal kecil dalam kehidupan sehari-hari, di lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat.

Adanya momentum Hari Buku Sedunia ini besar harapan untuk generasi Z bisa membantu dan mengembangkan daya literasi dengan kesadaran diri khusunya di negara Indonesia. Menghidupkan literas memajukan generasi yang unggul.

Pembelajaran dengan Memanfaatkan Teknologi

Mengingat genereasi Z yang memiliki karakteristik suka menggunakan gawai dengan hampir setiap jam tidak lepas dari tangannya.

Pada saat ini, di sekolah sudah marak pembelajaran yang menggunakan gawai.

Hal ini dapat dimanfaatkan dengan baik, bahwa sebagai pendidik bisa mengarahkan kepada siswa untuk mengakses materi melalui gawai, sebagai model pembelajaran.

Materi yang dikirim melalui gawai bisa menggunakan aplikasi Google Classroom, Whatsapp, Google Drive, E-Learning dan lain-lain.

Dilihat dari tingginya generasi Z yang memiliki karakteristik dekat dengan gawai, tentunya dapat dikaitkan dengan pembelajaran berbasis teknologi yang bertujuan untuk model pembelajaran yang tidak monoton, menjadi kreatif, dan bisa menunjukkan bahwa gawai memiliki banyak manfaat positifnya.

Sejauh ini, setelah terjadinya Covid-19 yang menjadikan suatu kebiasaan siswa pada saat belajar online dengan menggunakan gawai, besar kemungkian akan lebih mudah ketika pendidik mengarahkan siswa untuk meningkatkan daya literasi (membaca) melalui gawai.

Jangan ragu jangan khawatir bahan bacaan bisa diakses secara luas di media sosial. Generasi Z yang mengikuti perkembangan zaman, bukan zaman yang mengikuti generasi Z.(*)

 

Penulis: Wulan Sofiyati, Mahasiswa S-1 Pendidikan
Bahasa dan Sastra Indonesia, FKIP UAD.