Literisasi Kampus

Selasa, 12 September 2023 - 14:01:48


Sudaryanto
Sudaryanto /

Radarjambi.co.id-Akhir Juli lalu, mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris FKIP UAD menerbitkan buku Cakrawala Ilmu Pembelajaran Bahasa Inggris dan Cakrawala Linguistik Terapan Bahasa Inggris.

Terbitnya kedua buku antologi itu layak kita apresiasi. Apa pasal? Sebab, di tengah lesunya dunia penerbitan akibat pandemi dan sibuknya dosen akibat beban administrasi, mahasiswa tetap bisa berliterasi (baca: menulis dan menerbitkan buku) dengan maksimal.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi V (2016), literasi bermakna tiga hal. Pertama, kemampuan menulis dan membaca. Kedua, pengetahuan atau keterampilan dalam bidang atau aktivitas tertentu.

Dan terakhir, kemampuan individu dalam mengolah informasi dan pengetahuan untuk kecakapan hidup. Terkait tiga makna tadi, kita boleh sepakat dan tidak sepakat karenanya. Yang pasti, literasi tetap bersinggungan dengan aktivitas membaca dan menulis.

Literasi (di) Kampus

Secara ideal, dosen dan mahasiswa akrab dengan aktivitas membaca dan menulis. Sebelum mengajar di kelas, seorang dosen biasanya mempersiapkan materi perkuliahan.

Mau tidak mau, saat membuat materi perkuliahan dosen harus membaca terlebih dahulu. Ada buku teori (theory book), artikel jurnal, makalah, produk hukum/kebijakan, dll. Semua bacaan itu dibaca, ditelaah, dan ditulis menjadi materi perkuliahan yang menarik dan kaya referensi.

Kondisi serupa juga terjadi pada kalangan mahasiswa. Ilustrasi di awal tulisan ini, sebelum menulis dan menerbitkan buku antologi, mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris FKIP UAD membaca terlebih dulu.

Mereka diminta mencari artikel di Google Scholar, kemudian membaca dan mengikhtisarkannya, dan terakhir mengolah hasil ikhtisar menjadi sebuah esai pendek yang enak dibaca, menarik, dan kaya referensi.

Kegiatan pramenulis dan menulis di atas ditempuh dengan pertimbangan, salah satunya ialah agar mahasiswa terhindar dari plagiarisme. Selama ini, jujur diakui, sebagian mahasiswa menempuh jalan pintas dengan memplagiat karya orang lain.

Hal itu ditengarai banyak faktor, salah satunya ialah tidak adanya kegiatan pramenulis yang dilakukan. Dengan begitu, kegiatan pramenulis dan menulis dapat membimbing mahasiswa membuat tulisan tanpa plagiat.

Tampaknya dunia literasi (di) kampus memenuhi harapan. Terlebih lagi hampir setiap kampus memiliki lini penerbitan, seperti UAD Press, Gadjah Mada University Press, dan UI Press.

Dengan begitu, para dosen di kampus terkait dapat menulis dan menerbitkan karyanya lewat penerbitan kampus tadi, selain penerbit di luar kampus. Dengan demikian, harapannya para dosen dapat fokus menulis buku melalui jalur penerbitan kampus.

Lain harapan, lain pula kenyataan. Saat ini, banyak dosen lebih sibuk urusan administrasi ketimbang berliterasi. Tuntutan administrasi dalam pelaksanaan Kurikulum Outcome Based Education (OBE) dinilai njlimet dan kompleks.

Belum lagi tagihan Beban Kerja Dosen (BKD) melalui akun Sister per semester. Masih ditambah beban membimbing dan menguji tugas akhir mahasiswa, melaksanakan pengabdian kepada masyarakat, melaksanakan penelitian/publikasi ilmiah, dll.

Mencari Solusi

Akibatnya, banyak dosen merasa betapa waktunya untuk berliterasi nyaris tidak ada. Bayangkan, dosen berangkat pagi untuk mengajar, membimbing skripsi, ikut rapat ini-itu, dan pulang ke rumah sudah sore/malam.

Rutinitas seperti itu bikin jenuh dan melelahkan. Terkait itu, kita perlu mencari solusi agar para dosen dapat berliterasi. Bagi dosen, perlunya mengambil cuti sabatikal (beberapa bulan) untuk fokus berliterasi dan menghindari rutinitas kampus.

Selanjutnya, bagi mahasiswa, perlunya memilih perkuliahan berorientasi pembelajaran berbasis proyek (project based learning). Dalam perkuliahan itu, mahasiswa kelak dapat melakukan kegiatan pramenulis dan menulis di bawah bimbingan dosen.

Semoga dalam perkuliahan itu dapat dihasilkan produk mata kuliah berupa buku antologi karya mahasiswa. Dari sini, kelak kita dapat menyemai mimpi besar, yaitu Indonesia menjadi bangsa yang literat tinggi. (*)

 

Penulis : Sudaryanto, M.Pd., Dosen PBSI FKIP UAD; Mahasiswa S-3 Ilmu Pendidikan Bahasa FBSB UNY