Radarjambi.co.id-Kemajuan teknologi saat ini berkembang sangat pesat. Perkembangan teknologi ini berdampak pada sering digunakannya smartphone untuk kehidupan sehari-hari.
Yang mana, hal ini juga sudah bisa menggantikan peran buku fisik pada manusia, terutama pada penyandang disabilitas.
Buku braille, yakni buku khusus tunanetra nampaknya sudah tidak menarik lagi dibandingkan smartphone.
Hal ini diujarkan langsung oleh Pak Puji, Guru SLBN 1 Bantul pada wawancara pada Rabu, 6 September 2023, "Anak-anak sekarang ini biasanya lebih senang mencari informasi dari Youtube dan braille ini sudah mulai ditinggalkan karena tidak menarik dan proses membacanya lama dan tidak praktis."
Beliau yang sudah mengajar sejak tahun 90-an ini menerangkan bahwa ketidakpraktisan braille terletak pada proses membacanya yang sulit dan lama.
Karena huruf braille dibaca satu persatu dengan meraba-raba, yang mana kecepatannya dipengaruhi oleh tingkat kelancaran dan kebiasaan membaca pembacanya.
Dibandingkan dengan smartphone, di mana orang tunanetra hanya tinggal mendengarkan saja dan tidak memakan waktu lama.
Selain itu, huruf braille memakan banyak tempat dalam satu halaman. Satu huruf braille saja terdiri dari beberapa titik, sehingga satu halaman hanya bisa memuat beberapa kalimat saja. Perbandingan buku braille dan buku orang awas juga jauh berbeda.
"Meskipun audio memang lebih praktis, bukan berarti braille dikesampingkan. Untuk anak anak SD, Braille wajib diajarkan, tetapi setelah bisa menggunakan Smartphone, anak-anak akan lebih suka menggunakannya audio," lanjutnya.
Sehingga, menurutnya jika braille dan audio digunakan berdampingan, hal ini justru lebih bagus lagi.
Hal ini jugalah yang mendorong Tim PKM-K Universitas Ahmad Dahlan untuk membuat buku braille yang dilengkapi dengan audiobook.(*)
Kelompok PKM-K UAD Uji Coba Produk Buku Braille di SLBN 1 Bantul
Mahasiswa KKN UAD Berhasil Manfaatkan Limbah Plastik Menjadi Tempat Sampah Ecobrick
KPU Sarolangun Optimalisasikan Pendistribusian Logistik Pilkada 2024