Diabetes Militus Tipe 2

Rabu, 01 November 2023 - 14:17:09


/

Radarjambi.co.id-Komplikasi yang terjadi akibat penyakit DM dapat berupa gangguan pada pembuluh darah baik makrovaskular maupun mikrovaskular, serta gangguan pada sistem saraf atau neuropati.

Gangguan ini dapat terjadi pada orang yang terkena DM tipe 2 yang sudah lama menderita penyakit atau DM tipe 2 yang baru terdiagnosis. Komplikasi makrovaskular umumnya mengenai organ jantung, otak dan pembuluh darah, sedangkan gangguan mikrovaskular dapat terjadi pada mata dan ginjal.

Keluhan neuropati juga umum dialami oleh penyandang diabetes melitus, baik neuropati motorik, sensorik ataupun neuropati otonom Penyakit DM akan memberikan dampak terhadap kualitas sumber daya manusia dan peningkatan biaya kesehatan yang cukup besar.

Maka semua pihak baik masyarakat maupun pemerintah, sudah seharusnya ikut serta dalam usaha penanggulangan DM, khususnya dalam upaya pencegahan. Kita dapat mencegah penyakit DM ini dengan menerapkan pola hidup yang sehat,dan membatasi asupan gula yang masuk ke dalam tubuh kita dengan begitu kita terhindar dari resiko terkena penyakit diabetes militus

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Indonesia tahun 2003, diperkirakan penduduk Indonesia yang berusia di atas 20 tahun sebanyak 133 juta jiwa, dengan prevalensi DM sebesar 14,7% pada daerah urban dan 7,2% pada daerah rural.

Sehingga diperkirakan pada tahun 2003 terdapat sejumlah 8,2 juta penyandang DM di daerah rural.

Berdasarkan pola pertambahan penduduk, diperkirakan bahwa pada tahun 2030 nanti akan ada 194 juta penduduk yang berusia diatas 20 tahun dan dengan asumsi prevalensi DM pada urban (14,7%) dan rural (7,2%), maka diperkirakan terdapat 28 juta penyandang diabetes di daerah urban dan 13,9 juta di daerah rural.

Laporan hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2018 oleh Departemen Kesehatan, terjadi peningkatan prevalensi DM menjadi 8,5%. Peningkatan tersebut searah dengan prevalensi obesitas yang merupakan salah satu faktor risiko diabetes, yaitu 14,8 % pada data RISKESDAS tahun 2013 menjadi 21,8% pada tahun 2018.

Hal ini seiring pula dengan peningkatan prevalensi berat badan lebih yaitu dari 11,5% menjadi 13,6%, dan untuk obesitas sentral (lingkar pinggang ≥ 90cm pada laki-laki dan ≥ 80cm pada perempuan) meningkat dari 26,6% menjadi 31%.
Hal tersebut terjadi karna beberapa factor di antaranya

• Factor keturunan
Kegemukan (Berat badan lebih /IMT > 23 kg/m2) dan Lingkar Perut (Pria > 90 cm

Diabetes Militus Tipe 2 
Diabetes atau sering disebut kencing manis ialah penyakit metabolic dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau keduanya.

Dimana tubuh tidak dapat mencerna gula karena kadar gula dalam darah cukup tinggi karena tubuh tidak dapat melepaskan atau menggunakan insulin sehingga gula didalam darah tidak dapat dimetabolismePasien dalam kondisi DM tipe 2 jika kadar GDP di atas 126 mg/dL.

Insulin diproduksi oleh tubuh di organ pankreas. Ketika pembuatan insulin dalam tubuh tidak dapat digunakan efektif seperti pada Diabetes Melitus tipe 2 (DMT2) atau insulin sama sekali tidak diproduksi layaknya pada Diabetes Melitus tipe 1 (DMT1).

Maka akan timbul gejala-gejala khas kencing manis yaitu sering merasa lapar, haus, dan buang air kecil, serta yang sering ditakutkan adalah sulitya sembuh luka yang bila tidak ditangani dengan baik maka dapat menyebabkan hal yang tidak diinginkan seperti amputasi pada bagian tubuh yang mati akibat luka tersebut.

Komplikasi yang terjadi akibat penyakit DM dapat berupa gangguan pada pembuluh darah baik makrovaskular maupun mikrovaskular, serta gangguan pada sistem saraf atau neuropati.

Gangguan ini dapat terjadi pada orang yang terkena DM tipe 2 yang sudah lama menderita penyakit atau DM tipe 2 yang baru terdiagnosis. Komplikasi makrovaskular umumnya mengenai organ jantung, otak dan pembuluh darah, sedangkan gangguan mikrovaskular dapat terjadi pada mata dan ginjal.

Keluhan neuropati juga umum dialami oleh penyandang diabetes melitus, baik neuropati motorik, sensorik ataupun neuropati otonom Penyakit DM akan memberikan dampak terhadap kualitas sumber daya manusia dan peningkatan biaya kesehatan yang cukup besar.

Maka semua pihak baik masyarakat maupun pemerintah, sudah seharusnya ikut serta dalam usaha penanggulangan DM, khususnya dalam upaya pencegahan.kita dapat mencegah penyakit DM ini dengan menerapkan pola hidup yang sehat,dan membatasi asupan gula yang masuk ke dalam tubuh kita dengan begitu kita terhindar dari resiko terkena penyakit diabetes militus

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Indonesia tahun 2003, diperkirakan penduduk Indonesia yang berusia di atas 20 tahun sebanyak 133 juta jiwa, dengan prevalensi DM sebesar 14,7% pada daerah urban dan 7,2% pada daerah rural.

Sehingga diperkirakan pada tahun 2003 terdapat sejumlah 8,2 juta penyandang DM di daerah rural.

Berdasarkan pola pertambahan penduduk, diperkirakan bahwa pada tahun 2030 nanti akan ada 194 juta penduduk yang berusia diatas 20 tahun dan dengan asumsi prevalensi DM pada urban (14,7%) dan rural (7,2%), maka diperkirakan terdapat 28 juta penyandang diabetes di daerah urban dan 13,9 juta di daerah rural.

Laporan hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2018 oleh Departemen Kesehatan, terjadi peningkatan prevalensi DM menjadi 8,5%.

Peningkatan tersebut searah dengan prevalensi obesitas yang merupakan salah satu faktor risiko diabetes, yaitu 14,8 % pada data RISKESDAS tahun 2013 menjadi 21,8% pada tahun 2018.

Hal ini seiring pula dengan peningkatan prevalensi berat badan lebih yaitu dari 11,5% menjadi 13,6%, dan untuk obesitas sentral (lingkar pinggang ≥ 90cm pada laki-laki dan ≥ 80cm pada perempuan) meningkat dari 26,6% menjadi 31%.
Hal tersebut terjadi karna beberapa factor di antaranya
• Factor keturunan
• Kegemukan (Berat badan lebih /IMT > 23 kg/m2) dan Lingkar Perut (Pria > 90 cm dan Perempuan > 80cm)
• Kurang aktivitas fisik
• Dislipidemia (Kolesterol HDL < 35 mg/dl, trigliserida ≥250 mg/dl)
• Riwayat penyakit jantung
• gula, garam, lemak dan rendah serat
• Hipertensi/Tekanan darah Tinggi (> 140/90)
• Hipertensi/Tekanan darah Tinggi (> 140/90). (*)

 

 

Penulis : Kartika mahasiswa universitas Ahmad Dahlan