Radarjambi.co.id-Beberapa bulan belakangan, masyarakat jogja terus menerus dihadapkan dengan cuaca panas terik yang tidak seperti biasanya.
Bahkan, warga Jogja sendiri mengungkapkan sejauh ini cuaca terpanas kembali terjadi sekarang, setelah wilayah Jogja sudah lama tidak dilanda cuaca panas yang diikuti kemarau panjang.
Semenjak bulan januari-maret 2023 Jogja mengalami curah hujan yang lumayan tinggi. Namun kini, sampai bulan oktober yang biasa diperkirakan hujan turun saat ini belum juga Jogja dilanda hujan.
Pernah hujan turun sekali atau pun dua kali namun dengan durasi yang singkat dan juga di beberapa wilayah jogja saja tidak merata.
Menurut perkiraan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Daerah Istimewa Yogyakarta, hingga 2 bulan kedepan curah hujan rendah sehingga wilayah Jogja sangat kecil kemungkinan untuk mengalami hujan.
Hingga perkiraan cuaca tiga hari kedepan pun masih menujukkan panas diikuti berawan. Namun, bisa dirasakan bahwa semakin hari udara dijogja semakin meningkat panasnya sehingga masyarakat sendiri berharap segera turunnya hujan.
Kepala BMKG DIY sendiri menghimbau antisipasi kepada Masyarakat terhadap cuaca panas yang akan berlangsung cukup lama ini.
Cuaca panas yang terjadi sekarang diJogja bisa dikatakan cuaca ekstrem karena suhu panas nya yang tidak lazim dari biasanya yang berkisar pada suhu 23°-28° celcius serta akan terjadinya peralihan cuaca dari kemarau ke musim hujan.
Sedangkan cuaca panas di Jogja saat ini mencapai 27°-33° celcius setiap melihat di perkiraan cuaca.
Diperparah juga dengan fenomena El Nino yang terjadi di Samudera Pasifik pada bulan Agustus. Hal ini sudah dipastikan kaitannya dengan banyak faktor yang mengakibatkan peristiwa ini terjadi.
Faktor yang menjadi penyumbang terbesar adalah semakin banyaknya masyarakat yang menggunakan kendaraan bermotor yang mengakibatkan timbulnya polusi dan efek rumah kaca dari bahan bakar yang dikeluarkan.
Hal ini bisa dilihat dengan banyaknya kemacetan yang terjadi di tiap lampu pemberhentian (bangjo) di wilayah Jogja, berhubungan dengan makin banyaknya populasi penduduk dimana banyak perantau yang berdatangan dari berbagai daerah yang bisa sekedar singgah ataupun menetap.
Penambahan populasi manusia juga selaras dengan penggunaan alat elektronik yang mengakibatkan timbulnya udara panas yang menambah kepanasan di Jogja.
Berhubung mulai kembali beraktivitasnya pabrik-pabrik besar ditambah dengan meningkatnya keinginan pasar menurut sektor pariwisata dan ekonomi di Jogja yang kembali dibuka setelah lama tutup karena Covid-19.
Pabrik-pabrik ini juga diyakini menyumbang polusi yang meningkatkan udara panas. Serta pembangunan yang semakin pesat yang mengakibatkan pembukaan lahan sehingga kurangnya lingkungan adem dan sejuk di wilayah Jogja.
Bisa dilihat setiap jam 9 pagi keatas yang biasanya waktu yang baik untuk mendapat vitamin D, namun terasa panas matahari yang sangat menusuk. Apalagi menjelang jam 12 siang hingga sore matahari makin memancarkan panasnya. Diikuti malam hari yang harusnya menjadi dingin namun sekarang terasa panas.
Dampak yang paling bisa dirasakan dari cuaca ekstrem di Jogja ini adalah mulai timbul kekeringan diberbagai wilayah Jogja, bahkan di wilayah kos-kosan pun sekarang sudah mulai dibatasi penggunaan airnya serta munculnya pasir-pasir di dalam air sebagai penanda mulai menuju sumur yang kering.
Dikhawatirkan keberadaan air akan langka jika tidak turun hujan dalam waktu dekat. Lalu pada beberapa orang ada yang terkena sakit pernafasan, mata hingga penyakit kulit karena sensitif terhadap panas ekstrem matahari Jogja.
Masyarakat diharapkan berupaya untuk menghemat penggunaan air agar ketersediaan air masih ada hingga kemarau panjang berakhir.
Jangan lupa untuk menjaga kesehatan dengan banyak meminum air putih, buah-buahan, sayur-sayuran dan vitamin untuk menjaga stamina tubuh.
Penggunaan kacamata dan jaket juga dianjurkan saat berkendara agar terhindar dari debu dan kesensitifan kulit. Bijak dalam penggunaan kendaraan bermotor dan alat elektronik serta jangan membakar dilahan terbuka.
Cuaca ekstrem di Jogja sangat membuat masyarakat bingung karena selain waktunya yang panjang dari biasanya juga dampak yang ditimbulkan dirasa tidak main-main.
Faktor-faktor yang mengakibatkan juga harus dikendalikan, selain dari alam itu sendiri kita sebagai manusia diharapkan dapat menyeimbangkan untuk mengurangi dampak dari peristiwa yang terjadi. Masyarakat juga harus bisa menghadapi dan menyikapi cuaca panas di Jogja.(*)
Penulis : Dwi Rizka Riani Suwandi dan Fayza Fadilla Jody, Mahasiswa Kesehatan Masyarakat UAD
Pengemasan dan Pelabelan Olahan Durian Minor di Banjarharjo Kulon Progo
Ketua DPRD Kota Jambi Kemas Faried Alfarelly Bersama Ketua Komisi IV Tinjau SMPN 22 Kota Jambi