Dampak Negatif Perubahan Iklim Terhadap Pangan

Minggu, 05 November 2023 - 14:31:58


/

Radarjambi.co.id-Perubahan iklim merupakan salah satu ancaman terbesar terhadap ketahanan pangan di Indonesia.

Hal ini dikarenakan perubahan iklim dapat menyebabkan berbagai dampak negatif terhadap produksi pertanian, seperti kekeringan, banjir, dan penyakit tanaman.

Dikutip dari "Kompas.com (2022)", perubahan iklim telah menyebabkan penurunan hasil panen sebesar 10% di Indonesia.

Hal ini tentu akan berdampak pada ketersediaan pangan di Indonesia, yang dapat menyebabkan krisis pangan.

Dampak perubahan iklim terhadap ketahanan pangan di Indonesia berdampak pada masyarakat miskin dan marjinal.

Masyarakat ini sering kali lebih bergantung pada pertanian untuk mata pencaharian mereka, dan mereka kurang mampu beradaptasi dengan dampak perubahan iklim.

Dampak perubahan iklim terhadap ketahanan pangan di Indonesia dapat dikategorikan menjadi tiga, yaitu:

Penurunan hasil panen

Perubahan iklim dapat menyebabkan kekeringan yang diakibatkan oleh perubahan iklim yang menyebabkan perubahan pola curah hujan, yang dapat menyebabkan kekeringan di daerah yang sebelumnya tidak pernah mengalami kekeringan yang akan berujung ke masalah gagal panen.

Perubahan iklim juga dapat menyebabkan kenaikan permukaan laut dan curah hujan ekstrem, yang dapat menyebabkan banjir di daerah yang sebelumnya tidak pernah mengalami banjir. Banjir inilah yang dapat merusak tanaman dan peralatan pertanian.

Bahkan perubahan iklim dapat menimbulkan penyebaran penyakit tanaman, yang dapat menyebabkan tanaman gagal panen.

Kenaikan harga pangan

Penurunan hasil panen dapat menyebabkan kenaikan harga pangan. Hal ini karena pasokan pangan berkurang, sementara permintaan tetap sama atau bahkan meningkat.

Kenaikan harga pangan dapat menyebabkan inflasi dan kemiskinan, terutama bagi masyarakat miskin yang mengandalkan pangan sebagai sumber pendapatan.

Berdasarkan data BPS, harga pangan di Indonesia mengalami kenaikan sebesar 15% pada tahun 2022 dibandingkan dengan tahun 2021.

Hal ini disebabkan oleh penurunan hasil panen dan kenaikan biaya produksi pertanian.

Krisis pangan

Jika perubahan iklim tidak ditangani dengan serius, dapat menyebabkan krisis pangan di Indonesia.

Hal ini terjadi jika penurunan hasil panen sangat signifikan, sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhan pangan masyarakat.

Krisis pangan dapat menyebabkan kelaparan, malnutrisi, dan kematian.
Untuk mengatasi masalah ini, perlu dilakukan upaya-upaya untuk mengurangi emisi gas rumah kaca.

Upaya-upaya ini perlu dilakukan secara bersama-sama oleh pemerintah, masyarakat, dan sektor swasta.

Dikutip dari "Labenviro.co.id" Berikut adalah beberapa upaya yang dapat dilakukan:

• Meningkatkan penggunaan energi terbarukan: Energi terbarukan, seperti energi matahari dan angin, tidak menghasilkan emisi gas rumah kaca.

• Meningkatkan efisiensi energi: Dengan menggunakan energi secara lebih efisien, kita dapat mengurangi jumlah energi yang dibutuhkan, sehingga dapat mengurangi emisi gas rumah kaca.

• Melakukan konservasi hutan: Hutan menyerap karbon dioksida dari atmosfer, sehingga membantu mengurangi emisi gas rumah kaca.
Selain mengurangi emisi gas rumah kaca, perlu juga dilakukan upaya-upaya untuk meningkatkan ketahanan pangan, seperti:

• Mengembangkan varietas tanaman tahan iklim: Varietas tanaman tahan iklim dapat membantu petani untuk beradaptasi dengan perubahan iklim.

• Meningkatkan efisiensi pertanian: Dengan meningkatkan efisiensi pertanian, kita dapat menghasilkan lebih banyak pangan dengan sumber daya yang lebih sedikit.

• Meningkatkan akses pangan: Pemerintah perlu memastikan bahwa semua orang memiliki akses ke pangan yang cukup dan bergizi.

Perubahan iklim merupakan ancaman serius terhadap ketahanan pangan di Indonesia.

Untuk mengatasi masalah ini, perlu dilakukan upaya-upaya untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dan meningkatkan ketahanan pangan.

Upaya-upaya ini perlu dilakukan secara bersama-sama oleh pemerintah, masyarakat, dan sektor swasta.(*)

Penulis : Aulia Eka Syahputri dan Kayla Naura Achfa mahasiswa Teknologi Pangan
Universitas Ahmad Dahlan