Lapor Pak! Komedi Rasa Kritik

Minggu, 05 November 2023 - 20:11:35


Inez Faradhatul Rahma, Ash Habul Kahfi Has, Aliyyun Najwa
Inez Faradhatul Rahma, Ash Habul Kahfi Has, Aliyyun Najwa /

Radarjambi.co.id-Lapor Pak adalah acara komedi kriminal televisi yang tayang di Trans7 pertama kali pada 22 Februari 2007.

Dengan mengusung konsep komedi varietas, Lapor Pak! dikemas melalui sketsa dan gelar wicara dengan latar belakang kantor polisi yang mengkomedikan kasus-kasus kriminal, isu terkini, dan gosip artis dengan cara penyampaian yang bertujuan mengundang gelak tawa pemirsa.

Program ini menghadirkan pemain-pemain tetap seperti Andre Taulany, Andhika Pratama, dan Wendi Cagur yang masing-masing akan berperan sebagai komandan, intel dan penyidik kepolisian, Kiky Saputri yang berperan sebagai polisi wanita, Ayu Ting Ting sebagai petugas kebersihan, serta Gilang Gombloh sebagai tahanan yang belakangan juga memerankan petugas kebersihan setelah diceritakan dibebaskan dari penjara.

Belakangan, Ayu juga memerankan karakter Mpok Debita (Depok Betawi Asli), seorang penjaga kantin di sekitar kantor polisi yang namanya mulai disebut-sebut dalam segmen "Radio Lapor Pak! FM", begitupun Andre yang terkadang berperan sebagai Wan Qodir, seorang polisi yang berasal dari tanah Arab.

Surya Insomnia dan Hesti Purwadinata juga menjadi bintang tamu tetap (dan kemudian turut menjadi pemain tetap) dalam program ini. Masing-masing berperan sebagai polisi lalu lintas dan polisi wanita yang juga merupakan asisten Andre.

Seorang pemain figuran bernama Dadan Ramdan juga terkadang sering muncul sebagai penyidik polisi yang ikut membantu kinerja pasukan Andre, begitupun beberapa penonton studio yang merupakan anak buah Wendi terkadang ikut terlibat sebagai pemain figuran. Program ini turut mengundang bintang tamu yang juga memerankan berbagai peran.

Sejak 3 Oktober 2023, Gilang resmi mengundurkan diri dari Lapor Pak!, yang ditandai oleh episode spesial perpisahan dirinya sehari sebelumnya pada tanggal 2 Oktober 2023, sehingga jumlah pemain Lapor Pak! kini tersisa 7 orang saja.

Diceritakan, Gilang kembali menjadi tahanan atas kasus pengedaran narkoba, namun kali ini ia dipindahkan dan ditahan di sebuah lembaga pemasyarakatan.

Komedi yang berlatar belakang kantor polisi ini berisi adegan interogasi bintang tamu di sebuah ruang tertutup, gimmick dibalik jendela kaca ruang interogasi, satir berisi kritik sosial terhadap pemerintahan, siaran radio yang diberi nama "Radio Lapor Pak! FM", atau adegan 'kisah cinta' antar pemain.

Dengan berbagai bentuk komedi yang dibangun oleh Lapor Pak! Dan penayangnnya di Trans7 cukup membuat acara komedi ini dikenal luas oleh Masyarakat, namun media social terutama TikTok adalah yang paling berperan penting dalam membranding acara ini.

Potongan – potongan video kritik dan sarkas di platform TikTok sangat disukai oleh netizen. Apalagi jika potongan videonya dibubuhi dengan editan jedag-jedug.

Sejak pertama kali tayang hingga saat ini, Lapor Pak! sudah memproduksi banyak episode dengan berbagai konsep dan Bintang tamu, salah satu yang menarik bagi kami adalah episode kedatangan Anies Rasyid Baswedan yang saat kedatangannya beliau masih menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta.

Kami tertarik dikarenakan berbagai cara para pemain dalam membangun komedi terkhususnya pada part Kiky me-Roasting mantan Gubernur DKI Jakarta itu.

Episode ini diawali dengan Andika yang sedang melakukan kencan online melalui salah satu media chatting, tapi komupter yang digunakan rusak yang berakhir pada kebakaran.

Pemadam Kebakaran datang untuk memadamkan api namun ternyata mereka ditemani oleh Anies Baswedan sebagai Gubernur.

Setelah api padam mereka berbincang yang tentunya selalu dibangun dengan konsep yang lucu dan menyenangkan, Gilang sebagai biang kerok terjadinya kebakaran dikantor itu awalnya ingin dimarahi oleh komandan namun ternyata dalam acara ini Gilang adalah keponakan dari Anies Baswedan yang membuat dia tidak jadi untuk dimarahi apalagi ditindaki.

Secara tidak langsung ini menggambarkan salah satu kondisi lapangan negara kita yang tentunya tidak diharapkan terawat, bahwa jangankan seorang pejabat cukup dengan statusmu sebagai keluarga pejabat  maka kamu bisa saja lepas dari jeratan hukum di Indonesia.

Namun di episode ini kami cukup kagum dengan kepiawaian Anies Baswedan yang mampu melebur pada setiap komedi yang dibangun diacara itu, salah satunya saat permainan “Menjadi Aku” yang dipancing oleh Andika, Anies Baswedan juga bisa berpastisipasi dan “Lucu”. 

Anies Baswedan juga mampu menunjukkan sikap profesionalismenya yang tidak tersinggung ketika hal-hal yang bisa dikatan aib diangkat menjadi bahan komedi seperti beliau yang kakinya kecemplung di Got bahkan dia yang pernah tak dikenali warganya, “Lucu” kata beliau Ketika mengetahui bahwa ada warganya yang tidak mengetahui bahwa dia adalah Gubernur DKI Jakarta pada saat itu.

Puncak kritik yang bangun pada episode kali ini adalah Ketika Kiky melancarkan “serangan” Roasting-nya. Ada banyak poin yang dibahas oleh kiky mulai dari pertanyaan Apa Kabar Formula E?.

Banjir dan Masyarakat yang menyelahkan pemerintah atas ketidak becusannya dalam menyelesaikan masalah yang sudah sangat lama ini, yang karna itu Kiky menuluki Anies sebagai Avatar pengendali angin.

Kiky juga membahas tentang salah satu prestasi Anies selama menjabat yakni pembangunan Jakarta Intenational Stadium atau sering kita dengar JIS, namun Kiky mampu membuatnya lucu dan mungkin bisa menjadi bahan kritik yang perlu di evaluasi oleh Anies.

Yang paling kami senangi adalah jokes dari Kiky tentang diReshufflenya Anies sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudaayaan oleh Presiden kita yang ternyata beliau masih ditawari jabatan lain namun ditolak, Kiky dengan kecerdikannya mengeluarkan kalimat “Takut dipecat dua kali pak?”.

Episode ini diakhiri dengan kedatangan Yoriko Angeline yang saat itu berperan menjadi teman kencan online Andika tadi.

Andika yang bingung harus membahas apa meminta bantuan kepada teman-temannya bahkan kepada Gubernur untuk diajari PDKT-an dengan cewe.

Lapor Pak! menjadi bukti bahwa ada banyak  cara untuk menyuarakan pendapat dan kritikan kita.

Indonesia sebagai negara Demokrasi sudah seharusnya menghargai kebebasan berpendapat, dengan cara apapun dan dengan model atau konsep apapun.

Namun yang harus kita pertanyakan kepada pemerintah dan diri kita sendiri adalah, apakah kita sudah betul-betul merealisasikan hal tersebut atau tidak? Mari kita jawab menggunakan akal budi masing-masing.(*)

 

Penulis : Inez Faradhatul Rahma, Ash Habul Kahfi Has, Aliyyun Najwa (Mahasiswa Ilmu Komunikasi UAD)