Maraknya Pakar Gizi Palsu di Media Sosial

Rabu, 08 November 2023 - 14:53:26


 Berliana Amin
Berliana Amin /

Radarjambi.co.id-Maraknya pakar gizi palsu di media sosial merupakan sebuah masalah yang harus segera diatasi.

Pemberian informasi yang belum ada dasar ilmiahnya dapat membahayakan kesehatan masyarakat, terutama para masyarakat yang masi awam atau kurang mengerti.

Seperti promosi obat-obatan diet atau minuman kolagen yang tidak ada dasar ilmiahnya. Hal tersebut dapat menyebabkan seseorang mengambil pilihan yang tidak tepat.

Sekarang banyak oknum-oknum yang tidak bertanggungjawab mengaku sebagai ahli gizi dan menyebarkan informasi yang belum ada bukti kebenarannya.

Para oknum ini tidak hanya memberikan informasi yang tidak valid, tetapi juga memberikan promosi, coching konsultasi diet berbayar, dan memberikan diet klinis (diet untuk penyakit tertentu). Hal ini tentu dapat memberikan dambak yang buruk jika terus di diamkan. Harapannya pemerintah dapat memberikan solusi terkait masalah ini.

Dikutip dari pikiran-rakyat.com “Alasannya karena konten kreator yang anda ikuti pola dietnya belum tentu memiliki ilmu pasti tentang nutrisi yang sehat bagi tubuh. Kebanyakan konten kreator menyarankan untuk membatasi kalori selama diet dan juga mempromosikan produk.”

Dengan maraknya informasi-informasi yang tidak valid menyebabkan masyarakat bingung untuk memilah mana informasinya yang sudah valid dan mana yang belum.

Ketika masyarakat dihadapkan dengan banyaknya informasi yang salah, mereka mungkin akan sulit untuk percaya atau menerima informasinya yang sebenarnya dari para ahli gizi/nutrisi yang sebenarnya dan saran yang diberikan untuk mereka.

Jika masyarakat lebih percaya terhadap informasi yang tidak benar akan sulit untuk memberikan edukasi kepada mereka.

Hal ini juga tidak hanya berdampak di bidang gizi, tapi juga bisa berdampak ke bidang kesehatan lainnya. Jika semakin luas penyebaran misinformasi ini maka akan semakin sulit untuk diatasi.

Dengan mereka mengikuti diet yang tidak benar atau melakukan diet yang ekstrim bisa berdampak pada kekurangan kalori. Kurangnya kalori dapat mengganggu kesehatan tubuh.

Status gizi seseorang juga akan memburuk jika jumlah kalori yang masuk ketubuh setiap harinya tidak sesuai atau kurang.

Selain itu mengonsumsi obat-obatan diet atau kolagen juga dapat menimbulkan masalah pada tubuh seperti masalah pada sistem pencernaan. Jika sudah seperti itu maka yang akan paling merugi adalah masyarakat itu sendiri.

Pemerintah dapat mengatur dan memberikan sanksi kepada para oknum yang tidak bertanggungjawab.

Selain itu pemerintah juga bisa membuat aturan untuk para praktik ahli gizi untuk dapat memperlihatkan bukti sertifikasi atau pelatihan sebelum mereka dapat menawarkan jasanya. Untuk mempertegas bahwa yang bisa memberikan nasihat mengenai nutrisi hanya para ahli yang professional dan berkualitas saja.

Selain itu, pihak kesehatan dapat lebih aktif lagi untuk memberikan edukasi kepada masyarakat mengenai bahayanya mengikuti informasi yang belum tentu kebenarannya. Pihak kesehatan dapat mengedukasi masyarakat secara langsung atau melalui platform media sosial.

Peningkatan literasi media dapat membantu masyarakat untuk dapat membedakan mana informasi yang sudah terbukti kebenarannya dan mana yang belum terbukti.

Pihak bidang kesehatan dapat bekerja sama dengan bidang pendidikan untuk mengadakan pelatihan untuk mengajarkan masyarakat bagaimana caranya untuk memilah kembali informasi yang mereka terima melalui media sosial secara kritis.

Pada kasus ini seharusnya algoritma media sosial dapat ikut berkontribusi untuk menyelesaikan masalah ini.

Masalah ini timbul karena tidak adanya kontrol dari algoritma media sosial terhadap konten promosi atau informasi yang menyesatkan. Dalam hal ini platform media sosial juga harus bertanggungjawab untuk menyeleksi informasi yang tersebar.

Dari pihak media sosial juga dapat memberikan peraturan tambahan bagi para kreator yang memberikan informasi atau promosi suatu produk.

Adanya perketatan peraturan dalam membagikan informasi diharapkan dapat mengurangi para oknum-oknum yang tidak bertanggungjawab. Dengan adanya kerja sama antara pihak pemerintah, kesehatan, pendidikan, dan platform media sosial kita dapat mengatasi masalah ini bersama-sama.(*)

 

 

Penulis  : Berliana Amin mahasiswa  Universitas Ahmad Dahlan