radarjambi.co.id-Saat ini, media sosial telah menjadi bagian penting dalam kehidupan sehari-hari banyak orang. Media sosial memengaruhi cara kita memandang diri sendiri, termasuk cara kita berpikir tentang makanan dan nutrisi.
Meskipun media sosial telah memberikan manfaat yang luar biasa dalam menyebarkan informasi gizi, tantangan besar juga muncul seiring dengan berkembangnya tren dan mitos.
Dalam opini ini, saya mengeksplorasi bagaimana media sosial memengaruhi cara kita berpikir tentang nutrisi dan bagaimana kita dapat menavigasinya dengan bijak.
Tren Makanan Viral
Salah satu dampak besar media sosial terhadap nutrisi adalah kemampuannya menciptakan tren makanan yang viral. Foto makanan yang menarik dan memikat bisa menjadi perbincangan dunia dalam beberapa jam saja.
Tren makanan viral dapat bervariasi dari waktu ke waktu, tetapi beberapa tren makanan yang pernah populer di masa lalu mencakup contohnya Dalgona Coffee, Ramen Burger, Bubble Tea.
Diet ini seringkali memiliki sisi baik dan buruk. Di satu sisi, mereka bisa mengenalkan kita pada makanan baru yang sehat dan menginspirasi kita untuk mencoba hal baru di dapur.
Di sisi lain, tren pangan ini dapat menimbulkan tekanan sosial untuk mengikuti tren tertentu terlepas dari apakah makanan tersebut memenuhi kebutuhan gizi kita. Orang mungkin merasa terdorong untuk mencoba diet tertentu hanya karena banyak orang lain yang melakukannya, tanpa mempertimbangkan apakah diet tersebut benar-benar tepat untuk mereka.
Berbicara Tentang Mitos Nutrisi
Media sosial juga penuh dengan mitos nutrisi yang berbahaya. Munculnya influencer kesehatan yang tidak terlatih sering kali mempromosikan opini dan ide yang tidak didukung oleh penelitian ilmiah yang kuat.
Dikutip dari kompas.com Mitos seperti "diet detoks" atau "makanan super" bisa menyesatkan banyak orang.
Misalnya, ide diet detoks yang sering muncul di media sosial seringkali tidak memiliki dasar ilmiah yang kuat. Tubuh kita memiliki sistem alami untuk menghilangkan racun, dan diet detoks hanya dapat merusak keseimbangan gizi kita. Namun, banyak orang masih tergoda untuk mencoba diet ini karena mereka melihat orang-orang terkenal melakukannya.
Mitos lain adalah tentang makanan super, yang seringkali diperlakukan sebagai obat mujarab untuk segala jenis masalah kesehatan. Contoh populer adalah goji berry atau kale.
Meskipun makanan-makanan ini sehat, mereka tidak akan menyembuhkan semua penyakit seperti yang sering diiklankan di media sosial. Pengguna media sosial perlu memiliki pemahaman yang lebih baik tentang nutrisi dan tidak terjebak dalam klaim yang tidak benar.
Gizi dan Kesehatan Mental
Media sosial juga dapat memengaruhi hubungan kita dengan makanan dan gambaran tubuh. Banyak orang terpapar oleh foto-foto tubuh yang di-"edit" dengan sempurna di media sosial. Hal ini dapat menciptakan perasaan tidak aman dan tekanan untuk mencapai standar kecantikan yang tidak realistis.
Selain itu, munculnya tren diet ekstrem seperti diet carnivore atau diet tanpa karbohidrat dapat memicu gangguan makan. Orang mungkin merasa perlu untuk mengikuti diet-diet ini demi mencapai tubuh yang "ideal" yang mereka lihat di media sosial.
Penting untuk mengingat bahwa setiap orang memiliki kebutuhan gizi yang berbeda, dan gambaran tubuh yang sehat sangat bervariasi. Kesehatan fisik dan kesehatan mental kita sangat terkait, dan tekanan untuk mencapai tubuh yang sempurna dapat berdampak negatif pada kesehatan mental.
Menavigasi media sosial dengan bijak
Meskipun ada banyak tantangan yang muncul seiring dengan tren gizi di media sosial, kita dapat menavigasinya dengan bijak. Berikut beberapa tips untuk mengatasi masalah tersebut:
1. Pentingnya Sumber Terpercaya: Saat melihat informasi makanan di media sosial, pastikan untuk mencantumkan sumbernya. Apakah ini dari ahli gizi berlisensi atau hanya buatan sendiri? Informasi dari bukti ilmiah yang didukung mungkin lebih akurat dibandingkan klaim yang tidak didukung.
2. Perhatian: Jangan gunakan informasi nutrisi begitu saja. Selalu pertanyakan klaim yang tampaknya terlalu bagus untuk menjadi kenyataan. Carilah referensi dan bukti ilmiah yang mendukung klaim ini.
3. Ketahui kebutuhan pribadi Anda: Setiap orang memiliki kebutuhan nutrisi yang berbeda berdasarkan usia, jenis kelamin, tingkat aktivitas, dan tujuan kesehatan. Hubungi ahli gizi untuk membantu Anda merancang pola makan yang sesuai untuk Anda.
4. Jangan memaksakan diri untuk melakukan diet: Diet bisa berakibat fatal, tetapi jangan merasa perlu untuk mengikutinya hanya karena banyak orang yang melakukannya. Pikirkan tentang apa yang benar-benar memenuhi kebutuhan nutrisi Anda.
5. Jaga kesehatan mental Anda: Penting untuk memiliki hubungan yang sehat dengan makanan dan tubuh. Ingat, tubuh yang sehat hadir dalam berbagai bentuk dan ukuran. Jika Anda merasa tertekan untuk mendapatkan bentuk tubuh yang "baik", pertimbangkan untuk berbicara dengan ahli kesehatan.
Media sosial telah menjadi bagian penting dalam kehidupan kita dan memengaruhi cara kita memahami makanan dan gizi. Diet antibiotik, mitos makanan berbahaya, dan tekanan untuk menjadi bugar bisa menjadi tantangan berat. Namun, pikirkan baik-baik, carilah sumber informasi terpercaya, dan jaga kesehatan mental Anda. (*)
Penulis : Atika putri Pranadiya mahasiswa gizi universitas ahmad dahlan
Spiritualitas Pancasila: Gerakan Anti korupsi Di Sekolah Dasar
Pj Wali Kota Jambi Pimpin Apel Siaga Masa Tenang Dan Lepas Tim Gabungan Penertiban APK Pilkada