Radarjambi.co.id-Kartu Indonesia Pintar Kuliah atau biasa dikenal dengan KIP-K, merupakan bantuan keuangan dari pemerintah bagi pelajar yang ingin melanjutkan pendidikannya ke jenjang universitas.
Pengadaan bantuan ini dalam rangka mewujudkan Program Indonesia Pintar dengan cara memfasilitasi individu usia sekolah yang kurang mampu dengan Kartu Indonesia Pintar. (https://www.orami.co.id/magazine/cara-daftar-kip)
Bagi mahasiswa, bantuan KIP-K (Kartu Indonesia Pintar Kuliah) ini sangatlah membantu. Mereka yang awalnya terbebani dengan tingginya biaya UKT, dengan bantuan KIP-K beban itu bisa sedikit berkurang.
Dengan bantuan ini, semestinya mahasiswa dapat menuntut ilmu dengan tenang dan serius. Sayangnya, banyak ditemukan oknum penerima bantuan KIP-K yang bertindak tidak semestinya.
Pandangan masyarakat
Masyarakat pada umumnya akan spontan melabeli mahasiswa penerima bantuan KIP-K termasuk ke dalam golongan tidak mampu. Sikap beberapa oknum yang gemar menghamburkan uang untuk kegiatan yang tidak bermanfaat kian disorot.
Kepemilikan barang branded yang dianggap tidak sesuai dengan label yang mereka miliki menimbulkan banyak spekulasi. Pertanyaan di kalangan masyarakat mulai bermunculan. Dari mana mereka mendapatkan semua barang ini? Apa masuk akal penerima bantuan pendidikan dapat membeli barang semahal itu? Apa mereka benar-benar orang yang membutuhkan?
Pernyataan pun bermunculan dari mereka yang bertindak demikian. Bahwa mereka menabung dan bekerja untuk bisa memenuhi keinginan mereka sendiri. Sayangnya label yang melekat pada mereka tak bisa dihilangkan begitu saja.
Masyarakat beranggapan jika mereka mampu untuk bertindak seperti itu maka mereka tidak termasuk kriteria masyarakat tidak mampu.
Keberadaan sosial media pun berpengaruh dalam menggiring pandangan masyarakat. Saat ini tidak ada yang tidak memiliki sosial media. Begitu juga dengan penerima bantuan KIP-K.
Mereka cenderung membagikan keseharian mereka melalui platform yang tersedia. Apa yang mereka kenakan dan lakukan menjadi fokus utama bagi yang melihat.
Keresahan masyarakat ini dapat dimengerti. Karena jika mereka mampu mengapa tetap mendaftar untuk bantuan dari pemerintah, sedangkan ada yang lebih membutuhkan dari mereka.
Masyarakat dengan apa yang mereka saksikan menjadi prihatin dengan sistem seleksi penerima bantuan KIP-K. Apakah tahap seleksinya sudah sesuai dengan ketentuan atau belum? Atau apakah mereka hanya menerima tanpa meninjau kembali data yang didapatkan?
Fenomena tersebut seharusnya menjadi bahan evaluasi bagi penyedia bantuan KIP-K. Mulai dari data pendaftar, latar belakang, dan informasi yang didapat, ada baiknya penyedia melakukan verifikasi yang sebenar-benarnya.
Jika tidak, masyarakat akan terus berspekulasi dan berujung pada ketidak percayaan terhadap pendidikan Indonesia.
Realita dan harapan?
Pemerintah pasti memiliki kriteria yang harus dipenuhi agar seseorang bisa mendapatkan bantuan dana pendidikan dari KIP-K.
Di zaman modern seperti sekarang, dimana banyak data bisa dipalsukan dengan jari, penyeleksi KIP-K seharusnya dapat lebih selektif. Pemeriksaan data peserta seleksi harus dilakukan dengan transparan tanpa ada yang ditutupi.
Selain itu diperlukan pembentukan divisi lapangan untuk meninjau kebenaran data yang didapatkan. Hal ini dilakukan sebagai bentuk pencegahan oknum nakal yang ingin mengambil keuntungan dengan cara yang salah. Penerapan seleksi data berbasis komputer juga bisa menjadi cara agar verifikasi menjadi lebih efisien. (http://surl.li/naeyl)
KIP-K Untuk Indonesia Lebih Baik
Program KIP-K memiliki potensi yang sangat besar untuk mendukung masa depan pendidikan di Indonesia. Hal ini dapat terwujud dengan adanya transparansi dalam proses seleksi, pengelolaan yang baik dan terstruktur, serta relasi dan komunikasi yang baik antara penerima dan penyedia bantuan.
Pemberlakuan survei dan verifikasi dimaksudkan agar seluruh masyarakat Indonesia dapat mendapatkan pendidikan yang setara dan adil. Sehingga masyarakat bisa mendapatkan peluang yang sama untuk menjadikan hidup mereka lebih baik.
Bangsa Indonesia tak dapat bergerak tanpa adanya pemuda yang maju akalnya. Maka dari itu, program bantuan ini menjadi salah satu faktor majunya sumber daya manusia di masa mendatang.(*)
Penulis : Hasti Aprilia Fahrani, Iqlima Aulia Rinduan, Sri Andayani, Soraya Faradilla Bulqis, Puteri Aisyah Divia, Dianita Indah Sari Mahasiswa Psikologi UAD
Buah Apel yang Dijadikan Keripik Khas Malang, Bagaimana Kandungan Vitaminnya ?
Pentingnya Edukasi Masyarakat akan Dampak Buruknya Korupsi di Indonesia
Tingkatkan Perlindungan Konsumen, Satgas PASTI Lakukan Soft Launching Indonesia Anti-Scam Centre