Problematik Mahasiswa Baru Dalam Penguasaan Bahasa Arab

Jumat, 17 November 2023 - 20:33:20


/

Radarjambi.co.id-Dikutip dari id.wikipedia.org/wiki/Bahasa_Arab, bahasa Arab merupakan bahasa resmi dari 25 negara.

Bahasa Arab memberikan banyak kosakata kepada bahasa lain di dunia Islam, sama seperti peranan latin kepada kebanyakan bahasa Eropa.

Bahasa Arab memiliki keistimewaan, yaitu nilai sastra yang bermutu tinggi bagi mereka yang mendalaminya.

Dikutip dari riaupos.jawapos.com bahasa Arab adalah salah satu bahasa intenasional yang digunakan oleh manusia untuk berkomunikasi satu sama lain.

Bahasa Arab termasuk salah satu bahasa yang memiliki posisi penting dalam forum internasional, terutama setelah digunakan sebagai salah satu bahasa resmi di PBB.

Setelah menempuh perkembangan selama berabad-abad, bahasa Arab kini menjadi bahasa resmi di Maroko, Mesir, Sudan, Irak, Saudi Arabia, dan negara-negara lain di semenanjung arabia.

Bahasa Arab diakui di seluruh dunia, karena bahasa Arab memiliki peran besar dalam membangun budaya dan peradaban di dunia sampai di era modern sekarang.

Dalam mempelajari bahasa Arab, ada empat keterampilan yang perlu diperhatikan, yaitu membaca, mendengarkan, menulis, dan berbicara.

Tanpa empat hal tersebut, kita tidak bisa menguasai bahasa Arab, atau bahkan seluruh bahasa di dunia.

Dikutip dari repository.uinjkt.ac.id di Indonesia, pengajaran bahasa Arab yang masih menjadi problem adalah linguistik, seperti fonologi, morfologi, dan struktur, sedangkan problem non linguistiknya adalah sarana belajar, motivasi belajar, dan metode pengajaran.

Persoalan yang paling serius untuk ditangani adalah keseriusan mahasiswa dalam belajar. Keseriusan ini tidak bisa diawali oleh sikap terpaksa.

Bagi siapapun yang ingin mempelajari sesuatu, ia harus memulainya dengan rasa suka. Akan sulit sebagai mahasiswa baru, terutama dari latar belakang nonpesantren, dalam mempelajari bahasa Arab.

Mereka hanya dibekali ilmu secara global, belum mengkaji kitab-kitab yang biasanya digunakan oleh para santri di pondok pesantren.

Sebagai jawaban dari permasalahan mahasiswa baru yang mengalami problematika dalam penguasaan bahasa Arab di atas, maka penulis melakukan wawancara langsung dengan memberikan beberapa pertanyaan yang jawabannya bisa membantu dalam pembuatan opini ini.

1. Sudahkah kamu belajar bahasa Arab sebelum kuliah?
Jawaban: Sebelumnya saya sudah pernah belajar bahasa Arab di luar sekolah, seperti yayasan. Saya mempelajari bahasa arab mulai dari dasar. Ketika di perkuliahan, saya merasa belum siap menghadai materi-materi kebahasaan yang dilihat sangat rumit dipelajari.

2. Sejauh mana pemahamanmu tentang mata kuliah Bahasa Arab?

Jawaban: Untuk saat ini, saya masih sedikit paham percakapan bahasa arab sehari-hari, namun untuk cabang ilmu Bahasa Arab lainnya saya belum menguasai, karena saya baru belajar nahwu dan sharaf secara detail di sini.

3. Kesulitan-kesulitan apa saja yang kamu hadapi selama mengikuti mata kuliah Bahasa Arab?

Jawaban: Saya mengalami kesulitan memahami setiap kata yang berbeda, banyak sekali materi lainnya yang belum saya pahami sampai sekarang, dan kelemahan saya adalah ketika menyusun sebuah kalimat sempurna.

4. Usaha apa saja yang sudah kamu lakukan dalam penguasaan bahasa Arab?

Jawaban: Untuk sekarang ini, usaha saya adalah belajar mandiri ataupun bersama teman yang sudah paham bahasa Arab.

Menurut rangkaian pertanyaan dan jawaban di atas, beberapa solusi berikut bisa membantu jalan keluar para mahasiswa baru untuk mengatasi kesulitan dalam mengejar materi-materi kebahasaan.

Yang pertama, menentukan tujuan belajar. Sebuah pertanyaan untuk diri sendiri, apakah belajar kita ini sudah diniati dari awal atau karena paksaan orang lain? Jika niat dari awal sudah benar, maka kedepannya kita belajar akan lebih mudah.

Jika karena paksaan, cobalah untuk suka siapa yang mengajarkan atau materi yang akan dipelajari.

Yang kedua, mengatur waktu. Hal ini sering sekali dianggap remeh oleh banyak mahasiswa.

Mereka lebih mementingkan pergi dengan teman-temannya, dibandingkan mengerjakan tugas.

Jika waktu saja bermasalah, bagaimana dengan proses pengerjaannya? Sebaiknya, para mahasiswa mengetahui mana yang lebih penting untuk dikerjakan, dan mana yang tidak terlalu penting.

Yang ketiga, mengubah sistem belajar dengan metode-metode tertentu. Di sini, contohnya adalah mengelompok bersama teman yang sudah menguasai materi, atau juga saling tukar pikiran. Ini tergantung karakter masing-masing.

Jika dia terbiasa belajar secara kelompok, maka tidak ada masalah. Akan tetapi, jika dia terbiasa sendiri, alangkah baiknya meminta tolong kepada salah satu temannya untuk perlahan-lahan mengajari materi yang belum dipahami, atau juga bisa otodidak melalui konten-konten yang ada di media sosial, maupun kursus-kursus lainnya.

Yang keempat, perbanyak latihan berbicara dengan orang lain menggunakan bahasa Arab.

Jika sudah menguasai materi, maka langkah selanjutnya adalah latihan bercakap-cakap dengan memperhatikan struktur kebahasaan yang ada. Keterampilan ini dilakukan oleh dua orang atau lebih.

Biasanya, dilakukan secara bergantian agar keduanya saling memahami maksud percakapan tersebut.

Yang terakhir, selalu berdoa agar diberi kemudahan dalam belajar. Kelihatannya sepele, tetapi berdoa merupakan hal yang sangat penting.

Jika berdoa saja malas, bagaimana usaha kita akan berhasil? Hal ini merupakan kesadaran masing-masing. Setiap orang yang berilmu harus selalu mengingat kembali materi yang telah dipelajari, dan meminta agar ilmu itu dijaga selamanya.(*)

 

 

Pesantren :Penulis: Hana Fia Fakhira Isnaeni