Radarjambi.co.id-Indonesia memiliki beragam permainan tradisional, salah satunya adalah gobak sodor. Gobak sodor telah menjadi Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbud Ristek).
Gobak sodor merupakan permainan tradisional masyarakat Yogyakarta. Gobak dalam bahasa Jawa diartikan ‘bergerak secara bebas’ sementara 'sodor' artinya adalah tombak.
Ada juga yang berpendapat bahwa kata gobak sodor serapan dari bahasa Belanda “go back through the door” kemudian mengalami adaptasi bahasa menjadi gobak sodor.
Gobak sodor tidak dapat dipisahkan dari kebudayaan, keberadaaanya merupakan manifestasi budaya Yogyakarta. Permainan gobak sodor sarat akan nilai-nilai luhur budaya bangsa dimana kerja sama menjadi kunci kesuksesan.
Permainan tersebut mengajarkan kita untuk dapat bekerja sama dalam mencapai tujuan bersama. Dimana hal tersebut sangat sesuai dengan perilaku masyarakat Indonesia untuk menjunjung tinggi kerja sama.
Hal tersebut didasari bahwa sebagai makhluk sosial tidak dapat hidup sendiri sehingga perlu membangun kerja sama dalam berbagai lini kehidupan.
Asal mula gobak sodor ternspirasi dari kegiatan para prajurit kerajaan yang kerap melakukan latihan.Dalam latihan tersebut kerap menggunakan tombak yang memiliki mata tombak layaknya ketika berperang.
Permainan gobak sodor erat dengan ketangkasan yang kerap diterapkan ketika latihan perang prajurit. Oleh karenanya, pada permainan gobak sodor ada pihak yang berusaha untuk menangkap dan ada yang berusaha untuk menghindar layaknya menangkan musuh dalam berperang.
Gobak sodor biasanya dimainkan dengan 3 hingga 10 orang pemain yang terbagi menjadi 2 tim. Dari permainan ini, ada yang bertindak sebagai orang yang menjadi rintangan dan melewati rintangan.
Permainan tradisional gobak sodor bukan hanya sekedar permainan, melainkan mengadung nilai filosofi dan kebermanfaatan. Filosofi yang terkandung dalam permainan tersebut bahwa hidup harus memanfaatkan sebuah peluang dengan baik untuk mencapai sebuah keberhasilan.
Dari permainan tersebut kita dapat berlatih untuk memanfaatkan peluang yang ada. Melalui permainan gobak sodor dapat mendidik karakter anak, mulai dari nilai kerjasama, semangat juang, pantang menyerah, kepemimpinan, dan sportivitas.
Permainan tradisionaal gobak sodor menjadi salah satu alternatif permainan edukasi di era modernisasi. Kecanduan anak pada gawai diharapkan dapat menjadi perhatian bersama.
Dengan dihadirkannya kembali permainan gobak sodor di tengah-tengah masyarakat menjadi sebuah solusi sebagai media bersosialisasi. Tidak dapat dipungkiri, anak yang kecanduan gawai tumbuh menjadi pribadi anti sosial.
Untuk itu, perlu adanya peran dari orang tua untuk mengajak anak bermain bersama teman-temannya. Tidak hanya melestarikan permainan tradisional tetapi juga menbgembalikan identitas anak Indonesia tumbuh menjadi makhluk sosial.
Sudah sepatutnya peran serta masyarakat turut andil dalam menjaga gobak sodor Warisan Budaya Tak Benda (WBTB). Banyaknya permainan tradisional yang mulai punah menjadi alasan utama untuk melestarikannya.
Permainan tradisionaal merupakaan salah satu bentuk manifestasi budaya Indonesia. Besar harapan permainan tradisional gobak sodor dapat menjadi icon permainan tradisional di Yogyakarta.
Mengingat berbagai upaya telah dilakukan pemerintah untuk mengembalikan kejayan permainan tradisional, tentu perlu menjadi perhatian bersama. Dengan begitu, tak ada lagi kekhawatiran terhadap eksistensi permainan tradisional. (*)
Penulis : Iis Suwartini, M.Pd. dosen PBSI Universitas Ahmad Dahlan, mahasiswa S3 UNS.
Permasalahan Santri Ponpes Husnul Khatimah Terhadap Penerapan Kosakata di Asrama
SMSI Muaro Jambi Kembali Kenalkan Ilmu Jurnalistik Kepada Para Pelajar SMP