Radarjambi.co.id-JAMBI-Pendidikan merupakan usaha terencana untuk mewujudkan pembelajaran terhadap peserta didik untuk mengembangkan potensi dirinya.
Setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan, namun belum semua memperoleh pendidikan yang layak.
Oleh karena itu, perlu adanya sinergitas pemangku kebijakan untuk mengembangakan pendidikan bagi warga negara Indonesia tak terkecuali pada anak pekerja migran.
Keberadaan Sanggar Belajar (SB) di Malaysia merupakan salah satu upaya untuk membekali anak pekerja migran dalam memperoleh pendidikan.
Terdapat beberapa Sanggar Belajar yang hingga kini masih aktif salah satunya Sanggar Belajar Kulim Kedah.
Konsulat Jendral Republik Indonesia Penang bersinergi dengan Perguruan Tinggi untuk membantu pengembangan pembelajaran pada Sanggar Belajar.
Pengabdian merupakan salah satu program unggulan untuk menjalin sinergritas civitas akademika. Salah satunya LPPM Universitas Ahmad Dahlan melalui program pengabdian dan Kuliah Kerja Nyata turut serta dalam memajukan Sanggar Belajar.
Perguruan Tinggi memiliki peranan untuk mengimplementasikan Tridarma Perguruan Tinggi yang meliputi pendidikan dan pengajaran, penelitian dan pengembangan, dan pengabdian kepada Masyarakat.
Gerakan Literasi Nasional (GLN) perlu diterapkan di Sanggar Belajar yang mencakup literasi baca tulis, literasi numerasi, literasi sains, literasi digital, literasi finansial, literasi budaya dan kewargaan.
Besar harapan anak-anak pekerja migran di Malaysia dapat mengetahui pendidikan pancasila, tradisi, budaya dan nilai-nilai pendidikan yang ada.
Sehingga kedepannya memimiliki jiwa nasionalisme meskipun mereka tidak tinggal di Indonesia. Berbagai literasi yang dikembangkan diharapkan dapat meningkatkan kemampuan literasi. Dr. Vera Yuli Erviana, M.Pd. mengemas program pembelajaran berbasis digital dengan mengenalkan aplikasi belajar membaca dan berhitung.
Penerapan pembelajaran digital menjadi trobosan untuk mengajarkan literasi di Sanggar Belajar untuk meminimalisasi tingkat kejenuhan siswa.
Pasalnya anak-anak Sanggar Belajar biasanya menghabiskan waktu seharian di Sanggar Belajar sampai orang tua mereka datang menjemput.
Anak-anak lulusan Sanggar Belajar meskipun merupakan sekolah non formal tetapi juga memiliki kesempatan untuk melanjutkan di sekolah formal setara SMP.
Oleh karenanya, perlu mendapat perhatian bersama agar anak-anak Indonesia dapat meraih cita-citanya dimanapun berada.(*)
Penulis; Iis Suwartini, M.Pd. dosen PBSI Universitas Ahmad Dahlan mahasiswa S3 UNS.
Permasalahan Santri Ponpes Husnul Khatimah Terhadap Penerapan Kosakata di Asrama
Bangun Sinergi dan Kolaborasi, Pemkot Gelar Forum Satu Data Kota Jambi