Radarjambi.co.id-Tanggal 25 November merupakan momentum bersejarah bagi bangsa Indonesia.
Pada tanggal itu pemerintah Republik Indonesia melalui Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 78 Tahun 1994 menetapkan tanggal 25 November sebagai Hari Ulang Tahun (HUT) Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) sekaligus Hari Guru Nasional (HGN).
Saat ini, profesi guru mengalami dinamika yang luar biasa dan menarik dicermati dalam berbagai perspektif.
Ada dua perspektif dalam memotret guru era kiwari/saat ini. Pertama, perspektif guru sebagai profesi masa depan. Dirjen GTK Kemendikbudristek, Nunuk Suryani, pernah menegaskan tiga visi terkait profesi guru (12/11).
Pertama, Kemendikbudristek menjadikan profesi guru lebih bermartabat, terhormat, dan membanggakan melalui sejumlah program, a.l. rekrutmen ASN PPPK, PPG Prajabatan, Tata Kelola GTK, dan PGP Daerah Khusus dan Intensif.
Profesi Masa Depan
Kedua, Kemendikbudristek menjadikan guru sebagai pemimpin pembelajaran dan sebagai agen transformasi pendidikan.
Ketiga, menghidupkan gotong royong dalam menciptakan ekosistem belajar guru dan tenaga kependidikan (tendik) yang berdaya dan saling menguatkan melalui sejumlah program, a.l. Implementasi Kurikulum Merdeka (IKM), Komunitas Belajar Guru Penggerak, Platform Merdeka Mengajar, dan Guru Belajar dan Berbagi.
Lewat ketiga visi di atas, Kemendikbudristek ingin menjadikan guru sebagai profesi masa depan. Lain visi, lain pula realitas. Saat ini, sejumlah kampus keguruan, terutama PTS, mengalami kekurangan mahasiswa.
Hal itu diakibatkan dari dibukanya jalur mandiri PTN secara besar-besaran. Akibatnya, minat lulusan SMA/MA/SMK menjadi guru kian berkurang.
Terkait itu, Kemendikbudristek dapat menegur pihak PTN dan meminta PTN menutup jalur mandirinya.
Jika PTN menutup jalur mandirinya, kelak kampus keguruan, terutama PTS, akan banyak dipilih oleh lulusan SMA/MA/SMK. Hal itu menjadi angin segar bagi pengelola program studi/prodi kependidikan.
Banyaknya lulusan SMA/MA/SMK yang berkuliah di prodi kependidikan, kelak mendorong pengelola dan dosen prodi kependidikan lebih inovatif dan kreatif. Lebih dari itu, lulusan prodi kependidikan dapat bekerja sebagai guru inovatif dan kreatif pula.
Kedua, perspektif guru sebagai warga nasional dan global. Sebagai warga nasional, guru memiliki sejumlah karakter profil guru Pancasila. Pertama, karakter beriman dan bertakwa kepada Tuhan serta berakhlak mulia.
Terkait itu, dalam pandangan orang Jawa, guru itu digugu lan ditiru atau ‘didengar dan diikuti’. Setiap nasihat guru akan diikuti oleh siswa-siswanya. Pun, setiap perbuatan guru akan diteladani oleh siswa-siswanya pula.
Kedua, karakter mandiri. Ketiga, karakter bernalar kritis. Keempat, karakter kreatif. Karakter mandiri, bernalar kritis, dan kreatif dapat ditumbuhkan melalui pembelajaran di dalam dan luar kelas.
Para siswa didorong aktif dalam model pembelajaran berbasis problem, proyek, dan diskoveri. Kelak, dari ketiga pembelajaran itu akan mendorong siswa berkarakter mandiri, bernalar kritis, dan kreatif. Hal serupa juga terjadi pada para gurunya.
Warga Global
Kelima, karakter gotong royong/kolaboratif. Terakhir, keenam, karakter berkebinekaan global. Para guru didorong untuk bergotong royong atau kolaboratif dengan sesama guru, akademisi/dosen, dan masyarakat, serta pemerintah pusat/daerah.
Kolaborasi itu diharapkan dapat mendorong perbaikan kualitas pembelajaran di kelas. Tentu, pembelajaran yang berpusat pada siswa dan mampu menggerakkan ekosistem pendidikan yang lebih baik.
Apabila para guru telah berkolaborasi, kelak mereka akan berbagi inspirasi di tingkat lokal, nasional, dan bahkan internasional. Kisah Deni Suwarja, guru SMP 1 Cibatu, Garut, Jawa Barat yang hadir dalam Konferensi Pendidikan Tingkat Internasional di Jerman tahun 2004, layak disebut.
Meski serba terbatas, para siswanya didorong aktif belajar ilmu sains dan peduli lingkungan sekitar, seperti masalah sampah dan air. Selamat HUT PGRI dan Hari Guru Nasional!.(*)
Penulis : Sudaryanto, M.Pd., Dosen FKIP UAD; Mahasiswa S-3 UNY; Anggota Majelis Tablih dan Pustaka Informasi PRM Nogotirto
Permasalahan Santri Ponpes Husnul Khatimah Terhadap Penerapan Kosakata di Asrama
Jelang 27 November, Bawaslu Bangun Kolaborasi dengan Tokoh Lintas Agama