Krisis Kesehatan Mental pada Mahasiswa

Jumat, 31 Mei 2024 - 10:52:46


Anis Surya Trisanti
Anis Surya Trisanti /

Radarjambi.co.id-Kesehatan mental telah menjadi topik umum yang dibicarakan saat ini. Banyak generasi milenial yang telah mengakui pentingnya kesehatan mental dan memperhatikan kesejahteraan mental mereka sendiri serta orang lain. Kesehatan mental adalah aspek penting dalam kehidupan setiap individu, bukan hanya bagi orang dewasa, tetapi juga untuk semua usia, termasuk mahasiswa.

Kesehatan mental sama pentingnya dengan kesehatan fisik dan perlu dijaga dengan baik.

Namun, seringkali gangguan kesehatan mental tidak disadari oleh seseorang yang mengalaminya. Hal ini bisa berakibat fatal, termasuk risiko seseorang melakukan bunuh diri karena kondisi mentalnya yang terganggu.

Kesehatan mental mencakup kondisi emosional, psikologis, dan sosial yang baik.

Bagi mahasiswa, memiliki kesehatan mental yang baik sangat penting karena berpengaruh pada kinerja akademis, kualitas hidup, dan hubungan interpersonal.

Mahasiswa yang menghadapi masalah kesehatan mental sering mengalami kesulitan dalam berkonsentrasi, memproses informasi, dan menyelesaikan tugas akademis.

Selain itu, masalah kesehatan mental juga dapat memengaruhi aspek lain dalam kehidupan mahasiswa, seperti hubungan sosial, kepercayaan diri, dan keseimbangan emosional.

Usia mahasiswa, yang biasanya berkisar antara 18-22 tahun, sering dianggap sebagai masa pencarian jati diri, di mana banyak tekanan dan pengaruh eksternal mempengaruhi kondisi mental atau psikologis mereka.

Oleh karena itu, selain menemukan jati diri, memahami pentingnya merawat kesejahteraan mental menjadi kunci bagi mahasiswa untuk meraih kesuksesan akademis.

Gangguan psikologis dapat dialami mahasiswa mulai dari awal perkuliahan. Pada awal perkuliahan, banyak penyesuaian yang harus dihadapi karena adanya transisi dari sekolah ke perguruan tinggi.

Tidak semua mahasiswa bisa melewati proses ini dengan mudah. Selain itu, banyak mahasiswa yang harus berpisah dari orang tua, keluarga, dan teman-teman terdekat mereka saat memasuki bangku perkuliahan.

Hal ini bisa mempengaruhi kondisi mental mereka karena ketika jauh dari orang-orang yang mereka sayangi, mereka cenderung kehilangan tempat untuk berbagi cerita, berkeluh kesah, dan mengekspresikan perasaan mereka.

Seperti halnya dengan kasus bunuh diri yang terjadi baru-baru ini di Yogyakarta. Seorang mahasiswi berinisial AZ (22) memutuskan untuk mengakhiri hidupnya setelah ditinggalkan oleh orang yang disayanginya.

Kehilangan tempat bercerita dan berkeluh kesah tentang hari-hari yang telah dilewati memang tidak mudah. Kesedihan bukanlah suatu hal yang dapat dipisahkan dari kehidupan.

Beberapa orang yang mengalami kesedihan berlarut-larut akan mempengaruhi kesehatan mentalnya.

Skripsi juga menjadi salah satu faktor terjadinya masalah kesehatan mental mahasiswa. Skripsi merupakan karya tulis ilmiah yang harus disusun oleh mahasiswa sebagai syarat akhir pendidikan akademis untuk memperoleh gelar sarjana.

Penyusunan skripsi melibatkan proses penelitian ilmiah yang mencakup pengumpulan data secara bertujuan dan sistematis.

Skripsi sering kali menjadi tugas yang menakutkan bagi mahasiswa tingkat akhir. Hal ini bukanlah rahasia umum, seperti yang tercermin dalam berbagai berita di televisi, surat kabar, atau media sosial yang melaporkan mahasiswa meninggal karena depresi saat menyelesaikan skripsi.

Seperti halnya dengan kasus yang terjadi di Malang, mahasiswa berinisial MAS (24) melakukan bunuh diri karena tidak bisa menyelesaikan skripsinya.

Mahasiswa memerlukan kesehatan mental yang baik agar mampu mengendalikan emosi dan mengatasi setiap masalah yang mereka hadapi.

Salah satu cara untuk menjaga kesehatan mental adalah dengan menerapkan pola hidup sehat, termasuk menjaga pola makan, pola tidur, dan rutin berolahraga. Selain itu, mahasiswa juga perlu melakukan pendekatan spiritual dan berada dalam lingkungan yang positif.

Relasi yang saling mendukung dan peduli akan membuat mahasiswa merasa nyaman, sehingga menjaga kesehatan mental mereka.

Mahasiswa perlu menjadi tangguh dan mandiri, serta saling peduli dan meningkatkan empati satu sama lain, untuk menciptakan lingkungan yang baik bagi kesehatan mental.(*)

 

 

 

Penulis : Anis Surya Trisanti, M.Pd., penulis di media massa