LIiterisasi Multidimensi

Senin, 24 Juni 2024 - 10:07:39


Sudaryanto, Nani Aprilia dan Yahya Hanafi
Sudaryanto, Nani Aprilia dan Yahya Hanafi /

Radarjambi.co.id-Menarik, pernyataan Direktur Guru dan Tenaga Kependidikan Pendidikan Dasar Kemendikbudristek RI, Rachmadi Widdiharto.

Ia menyatakan, penguasaan literasi digital menjadi tantangan insan pendidikan untuk menunjang inovasi di bidangnya.

Dengan kata lain, penguasaan terhadap literasi, apapun dimensinya, menunjang inovasi di bidang tertentu.

Pertanyaannya kini, bagaimana penguasaan literasi para guru, siswa, dan tenaga kependidikan/tendik kita?
Merujuk KBBI Edisi V, literasi adalah kemampuan individu dalam mengolah informasi dan pengetahuan untuk kecakapan hidup.

Literasi, dengan kata lain, tak sekadar kemampuan membaca dan menulis. Lebih dari itu, literasi bersifat multidimensi.

Kita kenal literasi digital, literasi finansial, literasi media, literasi perpustakaan, literasi visual, dan literasi sains. Bahkan, kata Wakil Presiden RI Maruf Amin, ada juga literasi desa. Sangat multidimensi bukan?

Literasi Digital

Sebelum pandemi Covid-19, literasi digital para guru belum bertumbuh baik. Tapi saat pandemi dan pasca-pandemi Covid-19, literasi digital para guru bertumbuh baik dan optimal.

Terbukti, para guru kita kini akrab dengan aplikasi Zoom, Google Classroom, dll. Kondisi serupa juga terjadi di kalangan siswa dan tendik.

Para siswa kita, pelan tapi pasti, terutama generasi Z/gen Z, mampu menguasai literasi digital dan memanfaatkannya dalam pembelajaran di kelas.

Sementara itu, para tendik kita belajar literasi digital melalui mahasiswa yang terlibat dalam Kampus Mengajar (KM).

Apa pasal? Para tendik dan guru kita umumnya generasi Baby Boomers, yang menjadi imigran digital (digital immigrant).

Berbeda halnya dengan mahasiswa peserta KM, umumnya gen Z yang menjadi pengguna digital (digital native). Dengan begitu, terdapat jurang antara generasi Baby Boomers dan gen Z dalam penguasaan literasi digital.

Mengatasi hal itu, perlu digagas program cakap literasi digital bagi para guru, siswa, dan tendik. Pertama, optimalisasi penggunaan Platform Merdeka Mengajar (PMM) bagi para guru. Melalui penelitian tindakan kelas (PTK) terintegrasi dengan PMM, para guru akan aktif mengembangkan literasi digitalnya.

Bagi guru Bahasa Indonesia, pembelajaran teks eksposisi dapat disampaikan melalui aplikasi Padlet atau Quizizz.

Kedua, optimalisasi kegiatan Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) bagi para siswa.

Dalam kegiatan P5, misalnya, diambil tema Kearifan Lokal Sleman. Melalui tema itu, para siswa aktif menampilkan potensi kearifan lokal di Kabupaten Sleman. Termasuk program Wifi Sleman untuk Sesarengan.

Potensi tadi dapat digagas secara kreatif dalam wujud video, reels, siniar/podcast, hingga infografis di sejumlah media sosial (Instagram, X, Line, TikTok, Facebook).

Ketiga, optimalisasi kegiatan KM bagi para tendik. Berkat bantuan mahasiswa peserta KM, para tendik belajar membuat angket dengan Google Form.

Misalnya, angket persepsi orang tua/wali siswa terhadap study tour bagi siswa. Berdasarkan hasil angket itu, pihak sekolah dapat memutuskan perlu tidaknya study tour.

Atau, membuat pengelolaan tugas mata pelajaran dengan Google Classroom untuk bapak/ibu guru.

Pengembangan Literasi
Lewat ketiga program di atas, pengembangan literasi digital dapat diwujudkan di kalangan guru, siswa, dan tendik.

Selaras dengan pernyataan Direktur Guru dan Tenaga Kependidikan Pendidikan Dasar Kemendikbudristek RI di awal, penguasaan literasi digital dapat menunjang inovasi di bidang masing-masing. Guru yang mahir literasi digital, kelak berinovasi dalam pembelajarannya di kelas.

Bahkan, pembelajaran tadi dapat diarahkan ke PTK kolaboratif.
Akhirnya, penguasaan literasi digital di kalangan guru, siswa, dan tendik berdampak luas terhadap sekolah. Dari sinilah, pengembangan literasi multidimensi digagas.

Kelak, dari sekolah yang berliterasi tinggi akan berimbas terhadap masyarakat yang berliterasi tinggi.

Pun, dari masyarakat yang berliterasi tinggi akan berimbas terhadap negara-bangsa yang berliterasi tinggi pula. Semua itu bermula dari literasi, oleh literasi, dan untuk literasi. Semoga!.(*)

 

 

 

 

Penulis :  Sudaryanto, M.Pd., Dosen PBSI FKIP UAD; Mahasiswa S-3 UNY
Nani Aprilia, M.Pd., Kaprodi Pendidikan Biologi FKIP UAD
Yahya Hanafi, M.Sc., Dosen Pendidikan Biologi FKIP UAD