Menjadi Guru Kreatif di Era Digital

Minggu, 30 Juni 2024 - 08:36:49


/

Radarjambi.co.id-Salah satu profil guru Indonesia masa depan ialah guru memiliki karakter kreatif.

Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Edisi VI menyebut, kreatif itu bermakna memiliki daya cipta; memiliki kemampuan untuk menciptakan.

Dari makna itu, dapat disimpulkan bahwa guru kreatif adalah guru yang memiliki daya cipta atau memiliki kemampuan untuk menciptakan.

Terkait itu, apa tips-tips menjadi guru kreatif di era (serba) digital seperti sekarang?

Dalam tulisan ini ada empat tips menjadi guru kreatif di era digital. Pertama, guru perlu gemar membaca.

Kegemaran membaca di kalangan guru masih perlu ditingkatkan—untuk tidak menyebut minim. Apa pasal? Sebagian guru beranggapan bahwa kegemaran membaca dilakukan saat menempuh kuliah S-1 saja.

Setelah lulus S-1 dan berhasil meraih gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.), sebagian guru cenderung kurang gemar membaca.

Gemar Membaca

Namun, kecenderungan di atas agak berkurang dengan hadirnya program Pendidikan Profesi Guru (PPG) Prajabatan setelah lulus S-1.

Dalam program PPG Prajabatan, sarjana kependidikan terkondisikan gemar membaca.

Adapun bacaan yang dibaca ialah buku teori, artikel jurnal, modul, dan buku referensi pendukung mata kuliah PPG Prajabatan dan mata pelajaran.

Dengan begitu, kegemaran membaca di kalangan guru, pelan tapi pasti, akan

bertumbuh.
Kedua, terkait butir pertama, guru perlu gemar menulis. Para guru memiliki kegemaran membaca-menulis saat mereka melaksanakan penelitian tindakan kelas (PTK).

Dalam membuat PTK, para guru akan membaca buku teori, artikel jurnal, hingga buku referensi pendukung mata pelajaran.

Sebagai contoh, dalam mendukung pelaksanaan Kurikulum Merdeka, para guru didorong aktif menggunakan model pembelajaran berbasis proyek (project based learning).

Terkait itu, para guru akan membaca buku teori tentang model pembelajaran berbasis proyek dulu.

Kemudian mencari dan membaca artikel jurnal terkait model pembelajaran berbasis proyek di Google Scholar.

Berikutnya, para guru akan mulai menyusun proposal PTK meliputi Bab I, Bab II, dan Bab III.

Jika proposal sudah baik, selanjutnya menyusun Bab IV, Bab V, daftar pustaka, dan lampiran. Dari sinilah, kegemaran menulis di kalangan guru bertumbuh jua.

Ketiga, terkait butir kedua, guru perlu berdiskusi. Setelah guru menyelesaikan PTK, ia perlu membuat diseminasi hasil PTK di depan para koleganya.

Diseminasi PTK dapat dilakukan di lingkup Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) atau sekolah/madrasah. Saat itu, guru akan berdiskusi dengan para koleganya, baik di MGMP maupun di sekolah/madrasah. Lebih baik lagi jika diseminasi diikuti akademisi yang berkompetensi di bidangnya.

Selama ini, jujur diakui, kegiatan MGMP cenderung stagnan atau itu-itu saja. Idealnya, pengurus MGMP menginisiasi kegiatan diseminasi hasil PTK dari para anggotanya.

Atau, kegiatan diseminasi praktik baik (best practice) dari para anggotanya. Sebagai contoh, MGMP Bahasa Indonesia MA menyusun agenda diseminasi praktik baik bagi guru kelas X, XI, dan XII.

Tiap-tiap agenda ada 4-5 guru yang presentasi praktik baik dan disimak oleh akademisi.

Perlu Berpublikasi

Keempat, terkait butir ketiga, guru perlu berpublikasi. Setelah melakukan diseminasi hasil PTK di depan koleganya, guru dapat membuat publikasi artikel hasil PTK di jurnal. Di Indonesia, terdapat jurnal terakreditasi SINTA dan jurnal nonterakreditasi SINTA/ISSN.

Guru dapat membuat publikasi artikel hasil PTK di jurnal terkait. Apabila artikel itu berhasil terbit, otomatis nama diri guru dan sekolah/madrasah tempat mengajar akan dikenal oleh pembaca jurnal terkait.

Selain artikel jurnal, guru juga dapat membuat publikasi artikel di media massa. Di Yogyakarta, ada harian Kedaulatan Rakyat yang memiliki rubrik “Pendapat Guru”.

BDi Jambi, ada pula harian Radar Jambi yang memiliki rubrik “Artikel/Opini”. Dengan melakukan publikasi ilmiah dan populer, guru dapat memiliki karakter kreatif.

Terlebih saat ini, media massa cetak dan daring mudah diakses oleh siapa pun. Selamat belajar menjadi guru kreatif di era digital!.(*)

 

 

Penulis: Sudaryanto, M.Pd., Dosen PBSI FKIP UNY; Mahasiswa S-3 UNY; Anggota PRM Nogotirto; Divisi Humas ADOBSI 2024-2029