Liburan Bagi Dosen Pentingkah? (1)

Senin, 15 Juli 2024 - 21:49:29


/

Radarjambi.co.id-Tahun 2013—2015 menjadi penanda waktu penulis sebagai dosen tamu di Tiongkok, atau lengkapnya Republik Rakyat Tiongkok (RRT).

Di Tiongkok, penulis mengajar di Departemen Bahasa Indonesia, Fakultas Kajian Asia Tenggara, Universitas Kebangsaan Guangxi (Guangxi University for Nationalities/GXUN). Selama dua tahun itu, penulis (bersama istri tercinta) merasakan hidup dalam empat musim dan dua liburan setahun.

Dalam konteks tulisan ini, penulis berfokus pada dua liburan setahun, yaitu liburan musim dingin (winter) dan liburan musim panas (summer). Saat liburan musim dingin, penulis tidak pulang ke Indonesia.

Alih-alih pulang ke Tanah Air, penulis dan istri berlibur ke sejumlah kota di Tiongkok. Pada Februari 2014 lalu, penulis dan istri bersama tiga kawan Indonesia memilih berlibur ke Beijing, ibukota Tiongkok.

Salju

Saat itu, penulis dan istri sempat merasakan salju yang turun pada Jumat pagi. Penulis ingat, suhu udara menjelang salju turun mencapai -15o Celcius. Saat salju turun, suhu udara cenderung hangat.

Kami senang melihat salju turun dari langit. Bersamaan itu, kami melangkahkan kaki ke kantin halal/halal food untuk sarapan. Setelah itu, penulis melaksanakan salat Jumat di Masjid Niujie, Beijing. Belakangan, masjid itu menjadi tempat syuting film Assalamualaikum Beijing.

Selain Masjid Niujie, kami juga berkunjung ke Kantor Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Beijing, Tembok Besar Cina, 789 Street, dan beberapa tempat lainnya.

Di Kantor KBRI Beijing, kami berjumpa dengan Atase Pendidikan dan Kebudayaan (Atdikbud), Bapak Chairul Anwar. Lewat beliau, kami mendapatkan informasi bahwa banyak mahasiswa asal Indonesia yang sedang studi lanjut S-2/S-3 di perguruan tinggi di Tiongkok.

Saat itu, Bapak Chairul Anwar juga bercerita perihal Presiden Republik Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) memperoleh Doktor Honoris Causa (Dr. HC) dari Universitas Tsinghua.

Universitas Tsinghua merupakan salah satu kampus terbaik di Tiongkok. Khusus kampus di Tiongkok yang membuka jurusan Bahasa Indonesia sekitar 10 buah. Salah satunya Guangxi University for Nationalities (GXUN), tempat saya mengajar saat itu.

Di Tembok Besar Cina, kami terkagum-kagum atas bangunan dan sejarah terbuatnya. Dari bangunan itu terlihat, betapa bangsa Tionghoa/Cina memiliki ilmu arsitektur yang mumpuni.

Ilmu arsitektur dan seni juga tampak pada destinasi wisata berikutnya, yaitu 789 Street. Di sana, kami menyaksikan karya seni modern yang multibentuk dan multialiran. Kekaguman kami atas kreativitas bangsa Tionghoa/Cina tak habis-habisnya.

Sepulang dari liburan di Beijing, kami balik ke Nanning dengan naik kereta tidur (sleeper train). Di kereta itu, kami tidur dalam satu ruangan dengan ranjang bersusun tiga ke atas.

Tiba di Stasiun Kota Nanning, kami naik taksi menuju ke kampus GXUN. Asrama kami berada di dalam lingkungan Kantor Kerja Sama dan Luar Negeri GXUN. Alhamdulillah, berkat liburan di Beijing, kami terhibur dan banyak mendapatkan ilmu.

 Liburan ke Guangzhou

Setahun berikutnya, sekitar Januari-Februari 2015, kami berlibur ke Kota Guangzhou dan sekitarnya. Di Kota Guangzhou, kami dapat berkunjung ke kantor Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) Guangzhou, salat Jumat di Masjid Kubah Merah, dan kampus Guangdong University of Foreign Studies (GDUFS) di dekat Gunung Awan Putih (Baiyun).  Selain Guangzhou, kami juga berlibur ke Kota Shenzhen dan Hongkong.

Alhamdulillah, liburan kami ke Kota Beijing dan Guangzhou pada musim dingin sangat berkesan. Sebagai dosen tamu di Tiongkok, penulis merasakan liburan sangat penting. Paling tidak, liburan memberikan kebahagiaan dan rasa syukur penulis; betapa ilmu dan hikmah dari Allah Swt. itu tersebar di mana-mana.

Tak terkecuali di Tiongkok, negeri yang penduduknya sebagian besar atheis atau tidak percaya Tuhan. Semoga tulisan ini bermanfaat.(*)

 

 

Penulis : Sudaryanto, M.Pd., Dosen PBSI FKIP UAD; Mahasiswa S-3 UNY; Anggota PRM Nogotirto; Divisi Humas ADOBSI (2024—2029)