Radarjambi.co.id-Beredar kabar tentang gempa besar akan terjadi di Indonesia. Hal ini berdasarkan informasi tentang potensi bencana gempa bumi di Zona Megathrust.
Berbagai respon dari masyarakat termasuk pemerintah daerah yang berpotensi terdampak.
Namun, masih belum banyak tanggapan dari kalangan akademis berkaitan dengan edukasi bencana. Padahal mitigasi bencana juga mencakup tentang pendidikan kebencanaan.
Mitigasi bencana mencakup mitigasi struktural dan non struktural. Mitigasi non struktural sebagai langkah pengurangan dampak bencana yang mencakup pendidikan kebencanaan dari tingkat dasar sampai perguruan tinggi.
Pola pembelajaran mitigasi bencana hendaknya disesuaikan juga dengan keahlian yang perlu dikuasai oleh peserta didik. Keahlian yang diperlukan pada abad ke-21 yaitu kolaborasi, kreatifitas, komunikasi, dan berpikir kritis. Robert Ennis membagi berpikir kritis menjadi dua kategori yaitu kemampuan dan disposisi.
Kita akan membahas lebih lanjut tentang kemampuan dalam berpikir kritis. Kemampuan berpikir kritis ini mencakup kemampuan menganalisis, menguji kredibilitas sumber informasi, hingga mengklarifikasi dan memperbaiki perspektif terhadap suatu informasi.
Isaac Newton dikenal sebagai tokoh yang menggunakan kemampuan berpikir kritis ini. Khususnya pada fenomena gerak dan gravitasi yang sudah menggunakan pemikiran menganalisis secara deduktif dan induktif.
Berpikir kritis penting dalam merespon informasi termasuk kabar tentang potensi gempa bumi.
Dikabarkan bahwa gempa bumi pada zona Megathrust terjadi tinggal menunggu waktu. Kabar tersebut perlu dianalisis, diuji, diklarifikasi untuk mendapatkan perspektif tentang bahaya gempa bumi tersebut sebagaimana pola berpikir kritis.
Zona Megathrust ini merupakan zona yang berpotensi menghasilkan banyak terjadi gempa bumi. Hal ini diakibatkan desakan lempeng tektonik Lempeng Indo-Australia ke lempeng tektonik Eurasia.
Zona Megathrust ini menyimpan potensi gempa bumi dengan magnitudo yang sangat besar dibandingkan dengan zona subduksi pada umumnya.
Pernyataan tinggal menunggu waktu berkaitan dengan daerah seismic gap (kekosongan gempa besar).
Seismic gap ini merupakan daerah yang relatif lebih sedikit terjadi gempa bumi daripada daerah di sekitarnya.
Padahal di daerah tersebut diketahui merupakan daerah sepanjang zona subduksi dengan kegempaan yang aktif.
Energi tektonik yang sangat besar tersimpan di daerah seismic gap tersebut. Energi yang sangat besar dan terakumulasi sangat lama dapat menimbulkan gempa bumi dengan magnitudo yang besar.
Nah, seismic gap di zona megathrust ini ada di area Selat Sunda dan Mentawai-Siberut.
Kabar tersebut bukan merupakan suatu prediksi atau peringatan yang menimbulkan ketakutan.
Gempa Bumi masih belum dapat diprediksi baik waktu, lokasi, maupun magnitudonya. Sesuai rilis dari BMKG bahwa hal tersebut merupakan informasi potensi kegempaan untuk meningkatkan kewaspadaan dan kesiapsiagaan.
Penyiapan tas siaga bencana, pemetaan dan petunjuk jalur evakuasi, sampai dengan simulasi bencana merupakan beberapa kegiatan yang dapat dilakukan.
Dengan berpikir kritis, masyarakat dapat menghindari kepanikan dan terus beraktivitas seperti biasanya.
Edukasi dan persiapan tanggap bencana tetap ditingkatkan terutama di sekolah dan perguruan tinggi.(*)
Penulis: Yudhiakto Pramudya, dosen UAD
Mahasiswa UAD Adakan Pelatihan Pembuatan Manisan Nata de Aloe Vera
Tinjau Tembok Roboh, Pj Wali Kota : “Segera Ditangani Karena Akses Jalan Masyarakat”