Radarjambi.co.id+Surat Kabar Harian (SKH) Kedaulatan Rakyat memasuki usia 79 tahun pada 27 September 2024 lalu. Usia SKH KR, atau populer KR, setara dengan usia Republik Indonesia.
KR mulai terbit sejak 27 September 1945 atau 40 hari setelah Indonesia merdeka. Dengan begitu, KR menjadi media massa tertua di Indonesia yang masih eksis terbit hingga sekarang.
Pertanyaannya, apa hikmah di balik usia 79 tahun KR bagi masyarakat Yogyakarta khususnya, dan Indonesia umumnya?
Salah satu hikmah di balik usia 79 tahun KR bagi masyarakat Yogyakarta khususnya, dan Indonesia umumnya ialah KR menjadi rumah penulis, baik penulis level lokal, nasional, maupun internasional. Lewat sejumlah rubriknya, seperti Analisis (d/h. Analisis KR), Opini, dan Budaya, KR melakukan proses pembinaan sekaligus regenerasi penulis.
Uniknya, para penulis hasil pembinaan sekaligus regenerasi KR bersifat multidisiplin ilmu.
Mengenal KR
Tahun 2000 penulis menginjakkan kaki ke Yogyakarta untuk kuliah di Universitas Negeri Yogyakarta (UNY).
Saat itu, penulis pertama kali mengenal koran KR lewat dosen jurnalistik, Arwan Tuti Artha (alm.). Pak Arwan, begitu ia disapa, mengenalkan KR kepada penulis.
Akhirnya, penulis pun tertarik menulis artikel untuk rubrik Suara Mahasiswa saat itu. Sejak itulah, alhamdulillah, penulis mulai menulis artikel di KR hingga sekarang.
Kemudian pada tahun 2008-2011 penulis menjadi guru honorer di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Yogyakarta III (kini MAN 3 Sleman).
Saat itu, penulis menulis artikel di rubrik Pendapat Guru dan, satu-dua kali menulis artikel di rubrik Opini. Sejak itulah, alhamdulillah, penulis mengenal sejumlah nama beken, seperti Mahfud MD, Denny Indrayana, Rochmat Wahab, Suyanto, Ki Supriyoko, Arie Sujito, AAGN Ari Dwipayana, Indra Tranggono, St. Kartono, dsb.
Di bidang hukum, nama Mahfud MD dan Denny Indrayana dikenal luas. Keduanya berkiprah lama sebagai akademisi. Mahfud MD menjadi guru besar Universitas Islam Indonesia (UII), sedangkan Denny Indrayana menjadi guru besar Universitas Gadjah Mada (UGM).
Keduanya juga sama-sama produktif menulis artikel dan buku. Termasuk menulis artikel bidang hukum di rubrik Analisis dan/atau Opini KR.
Di bidang pendidikan, nama Suyanto, Rochmat Wahab, dan Ki Supriyoko juga dikenal luas. Suyanto dan Rochmat Wahab sama-sama pernah menjadi Rektor UNY.
Sementara itu, Ki Supriyoko menjadi Direktur Program Pascasarjana Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa (UST), Yogyakarta.
Berbeda dengan dua nama lainnya, Suyanto pernah menjabat sebagai Dirjen Mandikdasmen, Kemdikbud RI (2005-2010).
Dari segi produktivitas menulis, ketiga nama di atas terbilang cukup baik. Suyanto, Rochmat Wahab, dan Ki Supriyoko menulis artikel tentang kebijakan pendidikan di Tanah Air.
Meski begitu, ketiga penulis ini memiliki latar ideologi yang berbeda. Suyanto berlatar belakang Muhammadiyah, Rochmat Wahab berlatar belakang Nahdlatul ‘Ulama, dan Ki Supriyoko berlatar belakang Tamansiswa. Ketiganya alhamdulillah masih sehat dan tetap rajin menulis.
Selanjutnya, di bidang sosial politik, nama Arie Sujito, Anak Agung Gde Ngurah Ari Dwipayana, Heru Nugroho, dan Abdul Gafar Karim juga dikenal luas. Arie Sujito dan Heru Nugroho sama-sama sosiolog UGM.
Sementara itu, AAGN Ari Dwipayana dan Abdul Gafar Karim sama-sama dosen Ilmu Pemerintahan UGM.
Arie Sujito banyak menulis artikel sosiologi politik, sedangkan Heru Nugroho banyak menulis artikel sosiologi masyarakat urban.
KR Amat Istimewa
Ari Dwipayana saat ini menjadi Koordinator Staf Khusus Presiden. Sejak tahun 2014 hingga sekarang, Ari menjadi orang kepercayaan Presiden RI Joko Widodo (Jokowi).
Bahkan ia menjadi editor dua buku pidato Presiden Jokowi, Jokowi Anti-Mager untuk Indonesia Maju dan Anti-Mager untuk Indonesia Maju.
Lain Ari, lain pula Karim. Karim memosisikan diri sebagai akademisi. Ia mengamati dunia politik Indonesia dan kemudian menulis artikel di KR.
Kemudian, di bidang sastra, nama Indra Tranggono juga dikenal luas. Indra merupakan penulis cerita pendek (cerpen) dan esai prolifik.
Dia menerima penghargaan Anugerah Kesetiaan Berkarya dari Harian Kompas. Meski namanya sudah menasional, Indra tetap menulis cerpen dan esai di KR.
Bagaimana pun, Indra tetap merasa kesuksesannya saat ini berkat didikan dari redaksi KR pada masanya. Dengan begitu, KR memiliki kesan khusus di perjalanan kariernya.
Demikianlah, di mata para penulis itu, termasuk penulis, KR teramat istimewa. Berkat KR, para penulis tadi (Mahfud MD, dkk.) belajar menata gagasan, cerita, dan karier sebagai penulis, di samping menjadi akademisi/dosen.
Dengan begitu, sahlah jika KR dijuluki sebagai rumah penulis Yogya. Layaknya rumah, KR menghadirkan rasa nyaman dan aman. Pun, KR juga melindungi di kala hujan dan kemarau. Dirgahayu KR, semoga migunani tumraping liyan.(*)
Penulis: Sudaryanto, M.Pd., Dosen PBSI FKIP UAD; Mahasiswa S-3 UNY; Anggota PRM Nogotirto; Divisi Humas ADOBSI
Guru di Maluku Tanggapi Kritikan Jusuf Kalla kepada Mendikbudristek
PTPN I Regional 7 Optimalisasi Aset Rancang KSO Pariwisata Teluk Nipah
KKN UAD Pengembangan Lingkungan dan Pelestarian Budaya di Pedak Wijirejo
Jelang 27 November, Bawaslu Bangun Kolaborasi dengan Tokoh Lintas Agama