Tantangan Mendikdasmen 2024-2029

Selasa, 05 November 2024 - 20:00:05


Sudaryanto
Sudaryanto /

Radarjambi.co.id-Presiden Republik Indonesia (RI) Prabowo Subianto resmi melantik Abdul Mu’ti sebagai Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen) RI pada Senin (21/10).

Pelantikan Mu’ti sebagai Mendikdasmen periode 2024-2029 itu diiringi rasa optimisme. Apa pasal? Dia dianggap sebagai ‘orang pendidikan’ karena menjadi dosen di UIN Jakarta. Selain itu, ia tokoh Muhammadiyah yang concern terhadap bidang pendidikan. Apa saja tantangan Mendikdasmen itu?

Terhadap pertanyaan itu, penulis menjawab tiga tantangan Mendikdasmen periode 2024-2029. Pertama, jebloknya nilai Programme for International Student Assessment (PISA) siswa Indonesia pada 2022 lalu.

Hasil PISA 2022 menunjukkan, siswa Indonesia memperoleh nilai Matematika (366), Membaca (359), dan Sains (383). Dengan hasil itu, Indonesia menempati posisi ke-63. Kita jauh tertinggal dari jiran kita: Singapura (1), Vietnam (28), dan Malaysia (49).

 Inkubator Literasi

Berkaca dari hasil PISA 2022 lalu, kita berharap agar Mendikdasmen dan jajarannya dapat memperbaiki hasil PISA pada 2025 dan 2028 mendatang. Siswa kita didorong untuk meningkatkan daya literasi bidang matematika, membaca, dan sains.

Terkait itu, kita memerlukan inkubator literasi bidang matematika, membaca, dan sains di sekolah. Inkubator yang dimaksud ialah kolaborasi pihak sekolah dan kampus keguruan terkait pembinaan literasi para guru-siswa.

Para guru didampingi oleh dosen dalam pembuatan soal-soal kategori Higher Order Thinking Skills dalam bidang matematika, membaca, dan sains. Demikian halnya dengan para siswa.

Dengan begitu, baik guru maupun siswa, sama-sama memiliki kemampuan literasi yang mumpuni. Kelak, menyambut pelaksanaan PISA 2025 dan 2028 mendatang, para guru dan siswa kita lebih siap dalam menjawab soal-soal dalam tiga bidang terkait.

Kedua, program pemberian makan siang dan susu gratis di sekolah dan pesantren kepada siswa prasekolah, sekolah dasar (SD), sekolah menengah pertama (SMP), dan sekolah menengah atas (SMA).

Program ini merupakan program prioritas dari pemerintahan Prabowo-Gibran. Sebelum diterapkan program ini, alangkah baiknya Mendikdasmen dan jajarannya menyisir data TK hingga SMA yang memerlukan program makan siang dan susu gratis.

Bagi siswa prasekolah atau TK, terdapat Program Makanan Tambahan (PMT). PMT berbeda dengan program makan siang dan susu gratis. Tapi keduanya memiliki tujuan serupa, yaitu peningkatan gizi siswa prasekolah atau TK.

Selama ini, gizi siswa prasekolah atau TK kita cenderung terabaikan, terutama TK negeri. Untuk itu, program makan siang dan susu gratis bagi para siswa prasekolah sangat membantu dalam perbaikan gizi mereka.

Demikian halnya siswa SD, SMP, dan SMA, baik di sekolah maupun di pesantren. Yang pasti, program makan siang dan susu gratis dapat dikolaborasikan dengan pihak usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) lokal.

Tentu, transparansi anggaran program makan siang dan susu gratis perlu dikedepankan agar masyarakat dapat merasakan manfaat program tersebut. Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) perlu memantau hal terkait.

Kualitas Guru

Ketiga, perbaikan kualitas, kompetensi, dan kinerja guru. Kata Anies Baswedan, kurikulum berubah tidak otomatis kualitas pendidikan meningkat. Namun, lanjutnya, jika kualitas guru meningkat, kualitas pendidikan pasti meningkat, itu kuncinya.

Dengan begitu, kualitas guru berbanding lurus dengan kualitas pendidikan. Terkait itu, kampus keguruan perlu berbenah diri untuk memperbaiki kualitas calon-calon guru yang mumpuni.

Kompetensi dan kinerja guru menjadi sorotan berikutnya. Para guru didorong aktif meningkatkan kompetensi dan kinerja profesionalnya. Paling tidak, mereka didesain menjadi guru abad 21 yang memiliki kompetensi 4C (critical thinking and problem solving, creative, communication, dan collaboration).

Tanpa 4C, para guru dinilai tertinggal dan involutif dalam pendidikan. Dengan begitu, Kemendikdasmen wajib mendorong para guru memiliki kinerja yang baik.

Akhir kata, tiga tantangan Mendikdasmen di atas, perlu dijawab secara inovatif dan profesional. Perbaikan skor PISA 2025 dan 2028, pemberian program makan siang dan susu gratis, serta perbaikan kualitas, kompetensi, dan kinerja guru dapat menjadi daya dorong kita menyambut Indonesia Emas 2045.

Kita mendambakan, kualitas pendidikan di Tanah Air maju dan bermanfaat bagi masa depan semua anak bangsa tercinta.(*)

 

Penulis : Sudaryanto, M.Pd., Dosen PBSI FKIP UAD; Mahasiswa S-3 UNY; Divisi Humas ADOBSI; Anggota PRM Nogotirto