3 Alasan Jepang Menjajah Indonesia, Awalnya karena Ini

Selasa, 31 Desember 2024 - 09:27:18


Ilustrasi Rapat kedua KNIP yang diketuai oleh Sutan Syahrir pada tanggal 25-26 November 1945 (Wikipedia.org)
Ilustrasi Rapat kedua KNIP yang diketuai oleh Sutan Syahrir pada tanggal 25-26 November 1945 (Wikipedia.org) /

radarjambi.co.id, Jakarta - Jepang pertama kali datang di Indonesia dan mendarat di Tarakan, Kalimantan Timur pada tanggal 11 Januari 1942. Kedatangan Jepang tidak terlepas dari perang Asia Timur Raya pasca Amerika menyatakan perang terhadap Jepang. Sebelumnya, pada tanggal 8 Desember 1941 Jepang melakukan serangan ke Pearl Harbour (pangkalan terbesar angkatan laut Amerika di Pasifik). Setelah penyerangan tersebut, selanjutnya Jepang dengan cepat melakukan serbuan ke selatan, termasuk ke Indonesia.


Pendudukan Jepang di Indonesia pada tahun 1942-1945 menjadi salah satu babak penting dalam sejarah bangsa. Tentu, kala itu ada beberapa alasan mengapa Jepang menjajah Indonesia. Apa saja?

Mengutip buku Sejarah Kelas XI Kemdikbud yang disusun oleh Irma Samrotul Fuadah, pada awal kedatangannya, militer Jepang bersikap baik kebangsa Indonesia. Bahkan, mereka mengaku sebagai saudara tua bangsa Indonesia.

Namun, ujungnya sikap baik itu berubah setelah sekian waktu Jepang menduduki Indonesia. Salah satunya, dibuat propaganda gerakan tiga 3A (Jepang pelindung Asia, Jepang pemimpin Asia, Jepang cahaya Asia). Segala yang ditetapkan pemerintah Jepang kala itu seolah mendukung kemerdekaan Indonesia. Tapi sebenarnya, hal itu hanya demi kepentingan pemerintahannya. Di mana, Jepang pada saat itu sedang menghadapi perang.

Berikut adalah 3 tujuan awal alasan Jepang menginvasi atau menjajah Indonesia:

1. Ingin Menguasai Sumber Daya Alam Indonesia untuk Industri dan Militer Jepang
Pada zamannya, Jepang menerapkan kegiatan ekonomi diarahkan untuk kepentingan i Perang Asia Timur Raya dengan berbagai kebijakan. Hal ini dilakukan Jepang, karena situasi Perang Dunia II yang membuat Jepang harus melakukan ekspansi ke berbagai penjuru Asia untuk kepentingan perang. Wilayah (yang kini disebut Indonesia) dilirik oleh Jepang karena mempunyai banyak sumber daya alam, untuk bahan mentah dan bahan bakar. Karena itu, Jepang ini melakukan eksploitasi. Alasan Jepang mendaratkan serangannya ke wilayah Tarakan yaitu karena kekayaan sumber daya alamnya, terutama minyak bumi. Sebagaimana kala itu Jepang membutuhkan jumlah minyak yang sangat besar untuk keperluan Perang Pasifik. Jepang juga menerapkan sistem pengawasan ekonomi yang sangat ketat, disertai sanksi berat bagi pelanggar. Di mana sumber daya alam dan hasil pertanian dirampas untuk keperluan logistik perang. Kebijakan ini dijalankan melalui sistem ekonomi perang dan autarki, dengan menggalakkan kampanye penyerahan bahan pangan dan barang secara besar-besaran.

2. Pengerahan Tenaga Pemuda dan Pekerja
Dalam bidang sosial Jepang melakukan pengerahan tenaga kerja yang disebut Romusha. Di mana, tenaga kerja rakyat Indonesia yang diperintah Jepang untuk melakukan kerja paksa. Rakyat indonesia atau Hindia Belanda kala itu dipekerjakan pada proyek-proyek militer Jepang. Di antaranya untuk membuat lapangan terbang, pembuatan jalan, pembuatan gudang persenjataan, serta kubu pertahanan. Dikutip dari buku Sejarah SMA/MA XI-IPS oleh Ignaz Kingkin Teja Angkasa, dkk, supaya bisa memperoleh tenaga Romusha, Jepang membentuk panitia pengerahan tenaga kerja yang disebut Romukyokal yang ada di setiap desa dan melibatkan aparat pamong praja. Panitia desa bertugas untuk menyerahkan tenaga Romusha dalam jumlah tertentu, sesuai dengan jumlah penduduk laki-laki di tiap desa. Wilayah kerjanya sangat luas, tidak hanya di Jawa maupun luar Jawa tapi ada juga yang dipekerjakan ke Malaysia, Muangthai, Burma, dan Vietnam. Diperkirakan ada sekitar 300 ribu orang Romusha. Namun, hanya sekitar 75 ribu orang yang berhasil kembali ke desa-desa, sementara sisanya meninggal akibat penyakit, kelaparan, atau kekejaman yang dilakukan oleh Jepang. Jepang juga melakukan eksploitasi tenaga buruh dalam rangka memenangkan perang, kala itu mereka menjalankan propaganda Gerakan 3A. Tujuan propaganda ini menarik simpati rakyat Hindia Belanda untuk membantu Jepang sebagai sesama bangsa Asia. Untuk meyakinkan rakyat pribumi, mereka akan menjanjikan kemerdekaan kepada Indonesia. Dengan syarat, hal itu bisa tercapai jika Jepang mendapatkan dukungan berupa tenaga buruh dan prajurit dalam melawan sekutu. Selain itu, Jepang juga memaksa perempuan Indonesia untuk menjadi pelayan nafsu para tentara mereka (yang kemudian dikenal dengan istilah Jugun Ianfu).

3. Wilayah Hindia Belanda untuk Dijadikan Tempat Pemasaran Produk Jepang
Tidak hanya dijadikan penyedia bahan keperluan industri dan perang, Indonesia juga dilirik untuk menjadi penstabil perekonomian Jepang dengan memasarkan produk-produknya. Jepang melihat tempat Hindia Belanda strategis. Letak Indonesia yang berada di jalur perdagangan internasional, menjadikannya wilayah penting bagi Jepang untuk memperluas pengaruhnya. Terlebih, jalurnya dekat dengan wilayah Asia Tenggara. Setelah hasil bumi dikeruk, Jepang menjadikan Indonesia sebagai tempat pemasaran hasil industri mereka. Pakaian, sepatu, sabun, rokok, makanan kaleng, hingga mesin adalah produk-produk yang dijual Jepang. Meski begitu, tujuan Jepang ini akhirnya tidak tercapai. Pasalnya, situasi perang yang membuat kondisi ekonomi masyarakat Hindia Belanda menurun. Di mana, saat itu posisinya harga produk Jepang harganya relatif lebih mahal sehingga kurang diminati. (khq/fds)


Editor: Har
Sumber: Detik.com