Radarjambi.co.id-Dalam acara Taklimat Media Akhir Tahun 2024 pada Selasa (31/12), Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) melaporkan Capaian Kemendikdasmen 2024. Salah satu capaian itu adalah bidang literasi.
Terkait itu, tulisan ini berfokus ke capaian bidang literasi yang berkaitan dengan pembinaan bahasa Indonesia.
Apa saja capaian pembinaan bahasa Indonesia pada tahun 2024 dan bagaimana meningkatkannya kembali pada tahun 2025?
Terhadap pertanyaan itu, penulis tiga capaian pembinaan bahasa Indonesia pada tahun 2024.
Pertama, terdapat 80.000 lema yang ditambahkan ke dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) dari kosakata bahasa daerah.
Sebagai contoh, kata kiwari yang berasal dari bahasa Sunda, kini telah resmi masuk ke dalam KBBI Edisi VI. Kata kiwari bermakna zaman yang sedang dijalani saat ini; zaman kontemporer.
Penambahan Lema KBBI
Capaian 80.000 lema dalam KBBI dari kosakata bahasa daerah itu, dapat ditingkatkan kembali pada tahun 2025 sebanyak 10.000 lema.
Rinciannya, 5.000 lema dari kosakata bahasa daerah dan 5.000 lema dari kosakata bahasa asing, terutama bahasa Inggris.
Terkait itu, penulis mendorong agar Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa (Badan Bahasa) dan unit pelaksana teknis (UPT) di provinsi dapat menggelar acara sosialisasi dan lokakarya.
Misalnya, Balai Bahasa Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (BBY) dapat menggelar acara sosialisasi dan lokakarya terkait target penambahan lema dari kosakata bahasa Jawa.
Dalam kedua acara itu, pihak BBY mengundang dosen dan mahasiswa Departemen Pendidikan Bahasa Daerah UNY dan/atau dosen dan mahasiswa Departemen Sastra Nusantara UGM.
Juga para sastrawan Jawa, praktisi budaya Jawa, guru bahasa Jawa, dan tokoh masyarakat.
Demikian halnya dengan target penambahan lema dari kosakata bahasa asing, terutama bahasa Inggris.
Pihak BBY, misalnya, juga mengundang dosen dan mahasiswa Departemen Sastra Inggris UNY dan UGM, juga Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris UAD, UST, USD, dan UPY.
Juga para pengajar bahasa Inggris di lembaga kursus dan penutur jati (native speaker). Semoga target-target tadi dapat tercapai dengan lancar.
Kedua, terdapat 1.395 lembaga meliputi pemerintah, pendidikan, dan swasta yang telah mengikuti pembinaan untuk mengutamakan bahasa Indonesia.
Sekadar contoh, di Masjid Raya Syeikh Zayed Solo, Surakarta, Jawa Tengah terpampang papan petunjuk dalam bahasa Indonesia, bahasa Inggris, dan bahasa Jawa.
Hal ini selaras dengan tiga gatra Badan Bahasa: mengutamakan bahasa Indonesia, melestarikan bahasa daerah, dan menguasai bahasa asing.
Tiga gatra Badan Bahasa di atas, hemat penulis, tidaklah dianggap bahwa pemerintah dan masyarakat Indonesia antibahasa asing.
Alih-alih dianggap antibahasa asing, justru pemerintah dan masyarakat Indonesia didorong memiliki kemampuan bahasa asing, termasuk bahasa Inggris, secara baik.
Buktinya, sertifikat TOEFL selalu digunakan sebagai syarat pendaftaran ujian skripsi dan/atau beasiswa studi lanjut, baik jenjang S-2 maupun S-3.
Di samping itu, Badan Bahasa juga memiliki program penerjemahan buku, baik dari bahasa asing ke bahasa Indonesia, bahasa daerah ke bahasa Indonesia, maupun bahasa Indonesia ke bahasa asing.
Selain Badan Bahasa, terdapat Yayasan Lontar yang aktif melakukan penerjemahan karya sastra Indonesia ke bahasa asing.
Di antaranya, karya sastrawan Indonesia terkemuka, a.l., Sapardi Djoko Damono, Goenawan Mohamad, hingga Rendra.
Berikhtiar Demi UKBI
Ketiga, terdapat 233.451 peserta telah mengikuti Uji Kemahiran Berbahasa Indonesia (UKBI).
Peserta UKBI meliputi siswa, mahasiswa, guru, dosen, wiraswasta, wartawan, hingga kepala sekolah. Contohnya, mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP UAD mengikuti UKBI dan meraih skor 550 sebagai syarat pendaftaran ujian skripsi.
Dengan begitu, lulusan PBSI FKIP UAD dijamin memiliki kemampuan bahasa Indonesia yang baik.
Memang diakui, UKBI masih kalah pamor dibandingkan dengan TOEFL dan English Proficiency Test lainnya seperti IELTS. Namun begitu, Badan Bahasa dan semua pihak, termasuk perguruan tinggi (PT), berikhtiar untuk mengajak seluruh masyarakat Indonesia mengikuti UKBI.
Tak terkecuali mahasiswa asing selaku pemelajar BIPA. Ikhtiar itu harus terus digelorakan agar bahasa Indonesia menjadi tuan rumah di negeri sendiri. Bahkan, bahasa Indonesia menjadi bahasa internasional di pentas luar negeri.
Kini, UKBI telah bertransformasi menjadi UKBI Adaptif Merdeka. Salah satu ciri transformasi UKBI adalah UKBI dapat diikuti/diakses secara daring (online).
Sebelum pandemi Covid-19, UKBI bersifat luring (offline) dan berbasis kertas (paper based test). Saat pandemi dan pascapandemi, UKBI bersifat daring dan berbasis komputer (computer based test). Untuk itu, UKBI Adaptif Merdeka dapat diikuti oleh siapa pun dan di mana pun.
Akhirnya, tiga capaian pembinaan bahasa Indonesia pada tahun 2024 dan kelak dilanjutkan pada tahun 2025. Harapan kita agar lema KBBI Edisi VI dari kosakata bahasa daerah dan asing bertambah.
Demikian halnya lembaga pemerintah, pendidikan, dan swasta tergerak ikut pembinaan bahasa Indonesia. Terakhir, jumlah peserta UKBI bertambah seiring kesadaran kita betapa bahasa Indonesia memiliki peran penting dalam pemajuan bangsa ke depan.(*)
Penulis : Sudaryanto, M.Pd., Dosen PBSI FKIP UAD; Mahasiswa S-3 UNY;
Teknologi Digital? Peluang atau Ancaman bagi Pedagang Pasar Tradisional
Focus Group Discusion Kurikulum OBE di PIAUD UIN SAIZU Purwokerto