Radarjambi.co.id-Transportasi umum memiliki peran yang sangat penting dalam mengurangi kemacetan dan jumlah kecelakaan di kota-kota besar.
Namun, manfaatnya tidak hanya berhenti di sana. Penggunaan transportasi umum juga berkontribusi dalam menekan emisi gas rumah kaca yang menjadi penyebab utama perubahan iklim.
Oleh karena itu, sudah saatnya kita melihat transportasi umum dari perspektif yang lebih luas, yaitu sebagai bagian dari pendidikan iklim sejak dini bagi siswa sekolah.
Saat ini, berbagai sekolah di Indonesia telah memasukkan materi perubahan iklim dan pemanasan global dalam kurikulum mereka. Namun, pendidikan tentang isu ini tidak boleh berhenti di dalam kelas.
Siswa perlu mendapatkan pengalaman langsung yang relevan dengan kehidupan sehari-hari agar konsep yang mereka pelajari lebih dipahami dengan baik. Salah satu cara paling efektif adalah dengan mendorong mereka untuk menggunakan transportasi umum dalam mobilitas harian mereka.
Hal ini sesuai dengan prinsip belajar yang disampaikan oleh Thomas Jefferson bahwa untuk belajar, diperlukan mendengar, sedangkan untuk berkembang, diperlukan mencoba hal yang dipelajari.
Di beberapa kota besar seperti Yogyakarta dan Jakarta, bus umum seperti Trans Jogja telah menjadi pilihan transportasi yang cukup populer di kalangan pelajar.
Tarif yang terjangkau membuatnya lebih mudah diakses oleh siswa, dan yang lebih penting, kebiasaan menggunakan transportasi umum sejak dini akan membentuk pola pikir ramah lingkungan yang akan mereka bawa hingga dewasa.
Menurut penelitian, penggunaan transportasi umum tidak hanya membantu mengurangi polusi udara, tetapi juga membentuk kebiasaan baik dalam perencanaan perjalanan dan disiplin waktu.
Jika sejak usia sekolah mereka sudah terbiasa menggunakan transportasi publik, pada masa depan mereka lebih cenderung untuk memilih moda transportasi yang lebih ramah lingkungan dibandingkan kendaraan pribadi yang berkontribusi besar terhadap emisi karbon.
Namun, terdapat tantangan yang perlu segera ditangani. Misalnya, kebijakan pengurangan jumlah bus program Teman Bus di berbagai kota pada tahun 2025 dapat menjadi ancaman bagi upaya membangun kebiasaan ini.
Jika akses terhadap transportasi umum menjadi lebih terbatas, siswa akan kembali bergantung pada kendaraan pribadi, yang bertentangan dengan upaya mitigasi perubahan iklim. Oleh karena itu, perhatian dari pemangku kebijakan diperlukan untuk memastikan transportasi umum tetap menjadi pilihan utama bagi pelajar dan masyarakat luas.
Selain sebagai sarana mobilitas, transportasi umum juga dapat menjadi alat edukasi bagi siswa untuk memahami konsep perubahan iklim dan upaya mitigasinya.
Misalnya, keberadaan bus listrik yang kini mulai diperkenalkan di beberapa kota di Indonesia dapat menjadi media pembelajaran nyata tentang transisi energi dan teknologi hijau.
Siswa tidak hanya memahami teori tentang emisi karbon dan dampaknya terhadap lingkungan, tetapi juga melihat langsung bagaimana solusi berbasis teknologi dapat diterapkan.
Pendekatan pendidikan berbasis pengalaman seperti ini sejalan dengan konsep Science, Technology, Engineering, and Mathematics (STEM), yang semakin banyak diterapkan di berbagai sekolah.
Melalui pemanfaatan transportasi umum, siswa dapat belajar tentang efisiensi energi, dampak polusi udara, hingga peran kebijakan publik dalam menciptakan sistem transportasi yang berkelanjutan.
Selain itu, kebiasaan menggunakan transportasi umum dapat menciptakan efek berantai dalam keluarga dan masyarakat.
Siswa yang terbiasa menggunakan bus atau moda transportasi lainnya dapat memberikan pemahaman kepada orang tua dan saudara mereka tentang pentingnya mengurangi penggunaan kendaraan pribadi. Dengan demikian, pendidikan iklim tidak hanya berhenti di tingkat sekolah, tetapi juga meluas ke komunitas yang lebih besar.
Saat ini, berbagai negara telah menetapkan target ambisius dalam meningkatkan penggunaan transportasi umum sebagai bagian dari komitmen mereka terhadap Perjanjian Paris.
Sayangnya, Indonesia masih tertinggal dalam hal ini. Menurut data dari World Resources Institute (WRI), dari 177 negara yang memiliki komitmen nasional terhadap iklim (NDC), hanya 68 negara yang memasukkan kebijakan transportasi umum dalam rencana mereka, dan hanya 12 negara yang secara khusus menargetkan penggunaan bus listrik.
Indonesia perlu mengambil langkah lebih serius dalam meningkatkan infrastruktur dan kapasitas layanan transportasi umum. Pemerintah daerah yang kini mulai mengambil alih pengelolaan layanan transportasi di beberapa kota, seperti Yogyakarta dan Bali, harus memastikan bahwa layanan ini tetap dapat diakses oleh masyarakat dengan harga terjangkau dan kualitas yang baik.
Jika tidak, maka upaya untuk menanamkan kesadaran lingkungan sejak dini melalui transportasi umum bisa terganggu.
Selain kebijakan pemerintah, sektor swasta dan institusi pendidikan juga memiliki peran penting. Sekolah-sekolah dapat menjadikan penggunaan transportasi umum sebagai bagian dari program edukasi lingkungan mereka.
Misalnya, dengan memberikan insentif bagi siswa yang menggunakan transportasi umum atau bekerja sama dengan pemerintah daerah untuk menyediakan layanan bus sekolah berbasis listrik.
Kesadaran tentang perubahan iklim dan pentingnya mobilitas berkelanjutan harus ditanamkan sejak dini. Siswa yang memahami pentingnya mengurangi emisi gas rumah kaca melalui penggunaan transportasi umum tidak hanya akan membawa kebiasaan ini hingga dewasa, tetapi juga berpotensi menjadi agen perubahan di masa depan.
Mereka yang saat ini duduk di bangku sekolah suatu hari akan menjadi pemimpin, pengusaha, dan politisi yang menentukan arah kebijakan negara. Jika sejak dini mereka telah memahami keterkaitan antara transportasi umum, emisi karbon, dan keberlanjutan lingkungan, maka mereka akan lebih cenderung mengambil keputusan yang berpihak kepada rakyat dan lingkungan.
Dengan demikian, pendidikan iklim bukan hanya tentang menyelamatkan planet ini, tetapi juga membangun generasi pemimpin yang lebih peduli terhadap masa depan yang lebih hijau dan berkelanjutan.
Sebagai negara yang menghadapi tantangan besar dalam perubahan iklim, Indonesia tidak boleh kehilangan momentum dalam mendorong penggunaan transportasi umum sebagai bagian dari solusi.
Pemerintah, sekolah, dan masyarakat harus bersinergi dalam memastikan bahwa kebijakan transportasi mendukung pendidikan iklim yang berkelanjutan. Dengan demikian, kita tidak hanya mengurangi emisi gas rumah kaca, tetapi juga membentuk pola pikir yang lebih peduli terhadap lingkungan bagi generasi mendatang.(*)
Penulis : Yudhiakto Pramudya