Radarjambi.co.id-Baru-baru ini, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Ahmad Dahlan (FKIP UAD) meluncurkan buku bertajuk Artificial Intelligence dalam Pendidikan: Sebuah Bunga Rampai.
Tahun 2024 lalu, FKIP UAD juga meluncurkan buku berjudul Transformasi Pendidikan Abad XXI: Sebuah Bunga Rampai. Dengan begitu, FKIP UAD telah berhasil menerbitkan dua buah bunga rampai.
Apa dan bagaimana peluang dosen menulis bunga rampai?
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) VI menyebut, bunga rampai berarti ‘kumpulan (tentang cerita, lagu); analekta; antologi’.
Secara istilah, bunga rampai sama dengan antologi atau kumpulan. Dengan begitu, bunga rampai berisikan tulisan-tulisan yang mengulas/mengupas topik tertentu.
Sebagai contoh, bunga rampai terbitan FKIP UAD di atas berisikan tulisan-tulisan tentang transformasi pendidikan abad XXI, terutama di jenjang sekolah dasar, menengah, dan atas.
Peluang Menulis
Bagi dosen, peluang menulis bunga rampai terbuka lebar. Peluang itu selaras dengan darma pengajaran dan penelitian/publikasi dosen.
Misalnya, seorang dosen mengampu mata kuliah Sosiolinguistik. Ia memiliki peluang menulis bunga rampai tentang fenomena sosiolinguistik di kehidupan sehari-hari. Ada fenomena campur kode dan alih kode.
Ada fenomena bahasa makian. Ada fenomena bahasa plesetan. Dan fenomena-fenomena bahasa lainnya.
Fenomena-fenomena tadi dijadikan sebagai topik tulisan bunga rampai.
Secara mudah, kita catat ada 5 bab dalam daftar isi bunga rampai. Bab 1 tentang definisi sosiolinguistik dari sejumlah pakar.
Bab 2 tentang topik-topik menarik dalam bidang sosiolinguistik. Bab 3 tentang konsep dan praktik campur kode dan alih kode.
Bab 4 tentang konsep dan praktik bahasa makian. Dan terakhir, bab 5 tentang konsep dan praktik bahasa plesetan.
Setelah membuat daftar isi bunga rampai, barulah kita kontak dengan kolega dari kampus lain.
Kita tawarkan apakah kolega tadi berkenan menulis bunga rampai atau tidak. Selanjutnya, kita buat lini masa (timeline) untuk waktu penulisan, penyuntingan, dan penerbitan bunga rampai.
Bahkan, jika memungkinkan, ada peluncuran bunga rampai, baik secara daring maupun luring. Dengan begitu, publik mengetahui terbitnya bunga rampai terkait.
Selain bersifat satu bidang ilmu (misalnya, sosiolinguistik, pragmatik, semantik, dll.), bunga rampai juga bersifat lintas bidang ilmu/multidisiplin.
Bunga rampai lintas bidang ilmu/multidisiplin juga menarik dicermati. Topik bunga rampai bersifat lintas bidang ilmu/multidisiplin.
Sebagai contoh, para dosen FKIP dari Perguruan Tinggi Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah (PTMA) ingin membuat bunga rampai. Topik yang dipilih: pendidikan berkemajuan di era VUCA.
Kemudian para dosen FKIP PTMA itu sesuai rumpun keilmuannya berkoordinasi terkait topik bunga rampai di atas.
Rumpun dosen Pendidikan Bahasa Indonesia akan membuat subtopik bunga rampai. Demikian juga rumpun dosen Pendidikan Matematika, Pendidikan Biologi, Pendidikan Fisika, Pendidikan Bahasa Inggris, Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan (PJOK).
Dengan begitu, subtopik bunga rampai dibahas oleh rumpun dosen masing-masing.
Berikutnya, seteleh menentukan topik dan subtopik bunga rampai sesuai dengan rumpun ilmu, barulah dibuat lini masa terkait penulisan, penyuntingan, dan penerbitan bunga rampai.
Salah satu manfaat menulis bunga rampai ialah menumbuhkan rasa percaya diri dalam menulis.
Seringkali penulis pemula (sekalipun yang bersangkutan bergelar doktor) merasa kurang percaya diri dalam menulis karena minimnya pengalaman menulis.
Percaya Diri
Melalui penulisan bunga rampai, penulis pemula tadi akan belajar menumbuhkan rasa percaya diri dalam menulis. Kelak, pelan tapi pasti, penulis pemula tadi akan menjadi penulis profesional.
Salah satu ciri penulis profesional ialah memiliki rasa percaya diri terhadap karya tunggalnya.
Semoga kelak muncul penulis-penulis profesional yang mengawali karier kepenulisannya melalui bunga rampai.
Akhirnya, peluang menulis bunga rampai bagi dosen terbuka lebar. Peluang menulis bunga rampai selaras dengan darma pengajaran dan penelitian/publikasi.
Menulis bunga rampai (atau teks lainnya) meniscayakan terjadinya proses menulis dan rasa percaya diri dalam menulis.
Bagi dosen, proses menulis dan rasa percaya diri dalam menulis sangat diperlukan dalam menjalani profesinya. Tanpa itu, dosen sekadar nama profesi dan tidak memiliki karya apa-apa.(*)
Penulis : Sudaryanto, M.Pd., Dosen PBSI dan PPG Calon Guru FKIP UAD
Jelang Pelantikan, Al Haris-Abdullah Sani Minta Do'a dan Dukungan Masyarakat Jambi