Radarjambi.co.id-Setiap tanggal 21 Februari, kita peringati sebagai Hari Bahasa Ibu Internasional (HBII). Tahun 2025 ini, peringatan HBII memasuki usia 25 tahun sejak UNESCO menetapkannya pada tahun 1999.
Melalui peringatan HBII, kita sebagai anak bangsa telah diingatkan kembali perihal pentingnya bahasa ibu (sebagian ahli menyebutnya: bahasa daerah).
Pertanyaannya kini, apa dan bagaimana peran bahasa ibu (mother language) bagi masyarakat kita ke depan?
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Edisi VI menyebut, bahasa ibu adalah bahasa pertama yang dikuasai manusia sejak lahir melalui interaksi dengan sesama anggota masyarakat bahasanya, seperti keluarga dan masyarakat lingkungannya.
Dari pengertian itu, kita peroleh simpulan: bahasa ibu diperoleh melalui interaksi dengan sesama anggota masyarakat bahasanya. Masyarakat bahasa (language society) melingkupi keluarga hingga bangsa-negara.
Masyarakat Bahasa
Keluarga menjadi lingkup terkecil masyarakat bahasa, sedangkan bangsa-negara menjadi lingkup terbesar masyarakat bahasa.
Dengan istilah lain, keluarga menjadi lingkungan pertama bagi seorang anak belajar bahasa ibu. Bila anak itu terlahir di keluarga Jawa, bahasa ibunya adalah bahasa Jawa.
Bila anak itu terlahir di keluarga Sunda, bahasa ibunya adalah bahasa Sunda. Demikian halnya anak-anak lain yang terlahir di keluarga Lampung, Madura, Bali, Lombok, dan Papua.
Fenomena di atas, kian menegaskan bahwa belajar bahasa ibu dapat menumbuhkan kesadaran akan pentingnya (1) pelestarian bahasa ibu dan (2) promosi multibahasa.
Terkait itu, pemerintah dan masyarakat telah berikhtiar merawat dua kesadaran tadi. Pertama, ikhtiar pelestarian bahasa ibu. Pemerintah, melalui Badan Bahasa, telah membuat Peta Bahasa yang memuat informasi bahasa-bahasa daerah di seluruh wilayah Indonesia.
Selain itu, Badan Bahasa melalui unit pelaksana teknis (UPT)-nya di provinsi, Balai/Kantor Bahasa, rutin melaksanakan kegiatan apresiasi terkait bahasa ibu. Sebagai contoh, Balai Bahasa Daerah Istimewa Yogyakarta mengadakan pelatihan penulisan cerita pendek berbahasa Jawa (cerita cekak/cerkak) dan pentas pembacaan puisi berbahasa Jawa (geguritan). Harapannya, bahasa Jawa di Yogyakarta tetap lestari berkat kegiatan tadi.
Selain pemerintah, ada pula masyarakat, terutama akademisi dan pegiat sastra, yang juga ikut melestarikan bahasa ibu.
Misalnya, Ajip Rosidi, sastrawan cum budayawan itu, rutin tiap tahun memberikan penghargaan Hadiah Rancage untuk para penulis karya sastra dalam bahasa daerah. Berkat itu, sastra Sunda, sastra Jawa, sastra Bali, sastra Batak, dan sastra Lampung lestari.
Moga-moga karya sastra bahasa daerah lainnya akan mendapatkan hadiah terkait.
Lain Ajip Rosidi, lain pula Rachmat Djoko Pradopo. Profesor bidang sastra Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta itu, melalui Yayasan Sastra Yogya (Yasayo), aktif memberikan penghargaan bagi peneliti dan akademisi bidang sastra Indonesia dan sastra Jawa.
Melalui penghargaan itu, Yasayo ingin usaha peneliti dan akademisi tadi dihargai dan diapresiasi oleh publik. Kemudian usaha itu kelak membuat pelestarian sastra Indonesia dan sastra Jawa berjalan terus.
Kedua, promosi multibahasa. Kesadaran akan pentingnya bahasa ibu membawa kita berfokus pada promosi multibahasa. Salah satu ikhtiar promosi multibahasa adalah kegiatan penerjemahan.
Badan Bahasa telah aktif dalam kegiatan penerjemahan. Tahun 2021 lalu, ada 1.375 judul buku cerita anak bahasa asing diterjemahkan ke bahasa Indonesia. Kemudian ada 343 judul buku cerita anak bahasa daerah diterjemahakan ke bahasa Indonesia pula.
Produk penerjemahan di atas dapat diakses secara gratis melalui laman Badan Bahasa, khususnya menu Produk. Harapan kita, berkat penerjemahan buku-buku bahasa asing dan bahasa daerah ke bahasa Indonesia dapat meningkatkan fungsi bahasa Indonesia menjadi bahasa internasional
. Sekadar contoh, ada judul buku cerita anak: Hari yang Mengesankan, Tikus yang Cerdik, Mencuci Pakaian, Bagaimana Pesawat Bisa Terbang, Kisah Hidup, dll.
Promosi Multibahasa
Di samping itu, ikhtiar lain promosi multibahasa adalah penerbitan kamus dwibahasa
Kamus dwibahasa meliputi kamus bahasa daerah dan bahasa Indonesia, atau kamus bahasa Indonesia dan bahasa asing. Badan Bahasa telah menerbitkan Kamus Indonesia-Filipino, Kamus Indonesia-Khmer, Kamus Indonesia-Myanmar, Kamus Indonesia-Thai, dan Kamus Indonesia-Vietnam. Ada pula kamus bahasa daerah dan bahasa Indonesia.
Akhirnya, melalui perayaan HBII, kita menyadari betapa peran bahasa ibu amat penting bagi masyarakat Indonesia ke depan.
Untuk itu, pelestarian bahasa ibu dan promosi multibahasa dapat bertumbuh seiring dengan kesadaran tadi. Kata (mantan) Presiden Joko Widodo (Jokowi), jangan lupakan bahasa ibu.
Sebab, bahasa ibu menginspirasi proses pemajuan masyarakat Indonesia ke depan. Selamat Hari Bahasa Ibu Internasional!.(*)
Penulis: Sudaryanto, M.Pd., Dosen PBSI FKIP UAD
Hermanto, M.Hum., Dosen PBSI FKIP UAD
KKN UAD Gelar Pelatihan Ecoprint untuk Ibu-Ibu di Padukuhan Pranan
Mahasiswa KKN UAD Sosialisasikan Budidaya Maggot di Dusun Karangtanjung