Membedah Diferentasi UN dan TKA

Minggu, 16 Maret 2025 - 11:04:24


/

Radarjambi.co.id-Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah RI akhirnya merilis Tes Kemampuan Akademik (TKA) sebagai pengganti Ujian Nasional (UN).

Pihak Kemendikdasmen mengklaim, TKA bukan standar penilaian kelulusan siswa, seperti UN pada periode sebelumnya.

Hasil TKA menjadi indikator untuk masuk dari SD ke SMP, SMP ke SMA, serta penilaian jalur prestasi di PT. Apa sesungguhnya diferensitas antara UN dan TKA?

Terhadap pertanyaan di atas, penulis menjawab singkat: diferensitas antara UN dan TKA dapat dilihat dari perspektif pendekatan Deep Learning (DL) dan Tradisional (TD).

Dalam perspektif TD, UN bertumpu pada spesialisasi per mata pelajaran/mapel. Ada Matematika, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, dan IPA, atau mapel pilihan jurusan SMA, dan Teori Kejuruan. Begitu juga dengan Ujian Sekolah Berbasis Nasional.

Ujian Berbasis Mapel
Sebagian pihak menilai, ujian berbasis mapel seperti UN dan USBN, cenderung membuat siswa hanya fokus pada mapel tertentu.

Akibatnya, mapel yang tidak di-UN/USBN-kan cenderung disepelekan oleh siswa. Problematika itu ternyata berdampak serius terhadap munculnya kecemasan di kalangan guru.

Guru yang mapelnya di-UN/USBN-kan lebih cemas daripada guru yang mapelnya tidak di-UN/USBN-kan, seperti disampaikan Ayuningtiyas (2012).

Tak hanya guru, siswa juga mengalami kecemasan tatkala menjelang pelaksanaan UN/USBN. Riset-riset karya Mustaqim (2015), Mardiana (2017), Apriliana (2018), dan Zahro & Purwaningsih (2018), membuktikan hal itu.

Dengan begitu, tantangan bagi pihak pemerintah dan sekolah untuk mengatasi kecemasan siswa dan guru menjelang pelaksanaan TKA pada November 2025 mendatang.

Sebaliknya, dalam perspektif DL, TKA bersifat multidisiplin atau beberapa bidang ilmu pengetahuan.

Ada tiga jenis TKA, yaitu TKA tertulis (tes pilihan ganda, esai, atau kombinasi), TKA lisan (wawancara, presentasi, atau diskusi), dan TKA praktik (uji praktik laboratorium atau studio).

Bisa jadi jenis TKA tertulis dan lisan untuk jenjang SD dan SMP/sederajat. Bisa jadi pula jenis TKA tertulis, lisan, dan praktik untuk jenjang SMA/sederajat.
Melalui pelaksanaan TKA, pihak pemerintah dan sekolah dapat mengambil tiga manfaat.

Pertama, TKA meningkatkan kemampuan akademik siswa SD, SMP, dan SMA/sederajat. Terkait itu, sejumlah kemampuan akademik wajib dikuasai oleh siswa kita.

Di antaranya, membaca dan menulis dengan efektif, mengembangkan keterampilan berpikir kritis dan analitis, dan mengembangkan keterampilan berbahasa Indonesia dan Inggris yang lebih baik.

Kedua, TKA membantu siswa mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan diri. Sebagai contoh, melalui TKA lisan, seorang siswa SMA dapat mengidentifikasi kemampuan wicaranya.

Hasil TKA nanti dapat membantu dia untuk menentukan program studi/jurusan di PT.

Apakah dia mantap berkuliah di Ilmu Komunikasi dengan peminatan Public Relations? Sebaliknya, dia lebih mantap berkuliah di program studi/jurusan lainnya sesuai dengan hasil TKA.

Ketiga, TKA memberikan umpan balik untuk perbaikan proses pembelajaran. Sekadar contoh, soal TKA tertulis berupa esai bagi siswa SD. Soal esai menuntut berpikir siswa SD secara komprehensif. Paling tidak, berpikir tentang apa, siapa, kapan, di mana, mengapa, dan bagaimana.

Bila hasil TKA tertulis kurang, perbaikan proses pembelajaran di kelas berupa peningkatan literasi baca-tulis bagi siswa SD.
Diferensitas UN dan TKA
Diferensitas UN dan TKA nyata terjadi. UN tergolong asesmen non-autentik dan terstandarisasi, sedangkan TKA tergolong asesmen autentik dan berbasis kinerja.

Berikutnya, UN mencerminkan sekolah terkait hasil akademik/ujian, sedangkan TKA mencerminkan sekolah terkait perkembangan akademik, sosial, dan emosional.

Tampaknya pemerintah memilih TKA karena selaras dengan pendekatan DL yang sudah diterapkan.
Kita berharap, pelaksanaan TKA untuk jenjang SD, SMP, dan SMA/sederajat dapat berjalan dengan jujur, baik, dan lancar.

Hasil TKA jenjang SD dan SMP/sederajat dapat digunakan untuk jenjang berikutnya. Begitu pula hasil TKA jenjang SMA/sederajat dapat digunakan untuk jalur prestasi di PT.

Tentu, hasil TKA dapat pula memberikan informasi akurat guna perbaikan kurikulum, kualitas pembelajaran, dan tujuan akademik siswa kita.(*)

Sudaryanto, M.Pd., Dosen PBSI FKIP UAD; Mahasiswa S-3 UNY