Aspek Pedagogik Guru Profesional

Kamis, 29 Mei 2025 - 08:09:19


/

Radarjambi.co.id-Salah satu aspek kinerja guru profesional adalah aspek pedagogik. Aspek pedagogik meliputi tiga hal, yaitu

(1) perencanaan pembelajaran, (2) pelaksanaan pembelajaran, dan (3) penilaian pembelajaran.

Terkait tiga hal itu, guru perlu memiliki ilmu dan keterampilan yang mumpuni. Di antaranya, ilmu dan keterampilan perihal perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, dan terakhir, penilaian pembelajaran. Apa dan bagaimana aspek pedagogik itu?

Pertama, perencanaan pembelajaran. Pada tahap ini guru dapat merencanakan pembelajaran yang efektif dan sesuai dengan kebutuhan siswa.

Misalnya, dalam pembelajaran Bahasa Indonesia, guru merencanakan tugas proyek menulis teks drama yang berasal dari cerita pendek.

Siswa diminta membaca cerita pendek terlebih dahulu, kemudian mengalihwahanakan ke teks drama. Dengan begitu, guru memilih dan melaksanakan pembelajaran proyek.

Pembelajaran Berdiferensiasi

Selain itu, dalam pembelajaran serupa, guru dapat menerapkan pembelajaran berdiferensiasi.

Diferensiasi yang diterapkan oleh guru selaras dengan kebutuhan siswa. Dengan demikian, ada diferensiasi proses, diferensiasi konten, dan diferensiasi produk.

Ketiga jenis diferensiasi itu, sekali lagi, selaras dengan kebutuhan siswa. Kelak, kemandirian belajar siswa akan bertumbuh dengan penerapan pembelajaran diferensiasi yang tepat di kelas. 

Kedua, pelaksanaan pembelajaran. Pada tahap ini guru dapat melaksanakan pembelajaran yang interaktif, inspiratif, dan menyenangkan.

Sebagai contoh, dalam pembelajaran Matematika, guru dapat mengajak siswa praktik berhitung saat kegiatan market day.

Siswa akan belajar menghitung biaya pengeluaran, biaya hasil penjualan, dan keuntungan. Melalui kegiatan market day, siswa akan memiliki kemampuan literasi numerasi yang mumpuni.

Dalam kegiatan market day, siswa akan aktif berinteraksi dengan penjual/pembeli. Interaksi itu akan mendorong terjadinya jual beli antarsiswa.

Bahkan, bisa juga memunculkan inspirasi bagi siswa lain saat dirinya ikut kegiatan market day di lain waktu.

Akhirnya, kegiatan market day menjadikan pembelajaran Matematika terasa menyenangkan dan jauh dari kesan menakutkan. Singkat kata, pembelajaran apapun dapat interaktif, inspiratif, dan menyenangkan.

Ketiga, penilaian pembelajaran. Pada tahap ini guru dapat melakukan penilaian yang objektif dan adil untuk mengukur kemampuan siswa.

Ambil contoh, guru dapat menerapkan penilaian otentik (Authenthic assessment) dalam pembelajaran di kelas.

Penilaian otentik adalah pendekatan penilaian yang mengukur kinerja siswa dalam konteks yang relevan dengan kehidupan nyata, bukan hanya sekadar kemampuan mengingat informasi.

Sejumlah referensi menyebutkan, penilaian otentik meliputi penilaian kinerja, penilaian proyek, dan penilaian portofolio. Penilaian kinerja terwujud saat siswa melakukan presentasi tentang topik yang telah dipelajari.

Atau siswa mempraktikkan keterampilan tertentu, seperti bermain musik atau melakukan eksperimen ilmiah. Di SD Muhammadiyah Sapen, Yogyakarta, siswa bermain pianika, biola, dan alat musik lainnya dalam ujian keterampilan.

Beda jenjang pendidikan, beda pula jenis penilaian kinerjanya. Di SMA, siswa melakukan kegiatan membaca dan meresensi buku, serta mempresentasikannya di depan guru Bahasa Indonesia.

Baik guru maupun siswa sama-sama dapat menunjukkan kinerja terbaik dalam penilaian kinerja. Dengan begitu, penilaian kinerja mampu mendorong guru dan siswa lebih berfokus pada praktik atau keterampilan tertentu. Menarik bukan?

Proses Pembelajaran

Penilaian proyek terwujud saat siswa melakukan penelitian tentang topik tertentu, menulis artikel, atau mengerjakan proyek yang relevan dengan materi pembelajaran.

Dalam pembelajaran Biologi, misalnya, siswa diminta mengamati terjadinya siklus hujan, atau pemilahan sampah organik dan anorganik di lingkungan rumah. Melalui penilaian proyek, siswa belajar proses pembelajaran yang sistematis, bertahap, dan terukur.

Terakhir, penilaian portofolio. Penilaian portofolio terwujud saat siswa mengumpulkan bukti-bukti pembelajarannya, seperti karya tulis, presentasi, atau hasil proyek untuk menunjukkan kemajuan dan pencapaiannya.

Semua penilaian itu pada akhirnya, sekali lagi, membuat guru dapat melakukan penilaian yang objektif dan adil untuk mengukur kemampuan siswa. Kelak, jika guru telah menguasai aspek pedagogik, dirinya layak menjadi guru profesional.(*)

 

Penulis: Sudaryanto, M.Pd., Dosen PBSI FKIP UAD

Dr. Puguh Wahyu Prasetyo, M.Sc., Kaprodi Pendidikan Matematika FKIP UAD

Dr. Nani Aprilia, M.Pd., Kaprodi Pendidikan Biologi FKIP UAD