Radarjambi.co.id-Pendidikan merupakan pondasi penting dalam proses pembentukan kepribadian dan pengembangan potensi anak. Dalam kerangka psikologi humanistik, Abraham Maslow mengemukakan bahwa manusia memiliki kebutuhan dasar yang harus dipenuhi secara berjenjang agar mampu mencapai tahap aktualisasi diri.
Kebutuhan-kebutuhan tersebut mencakup kebutuhan fisiologis, rasa aman, cinta dan memiliki, penghargaan, serta aktualisasi diri. Ketika kebutuhan-kebutuhan ini tidak terpenuhi, proses belajar dan perkembangan pribadi anak dapat terhambat. Oleh karena itu, pendekatan pendidikan yang berorientasi pada kebutuhan anak menjadi krusial.
Novel Totto-chan: Gadis Cilik di Jendela menawarkan gambaran konkret mengenai penerapan pendidikan berbasis humanistik tersebut. Sekolah TomoeGakuen, sebagai latar utama cerita, memperlihatkan bagaimana seorang pendidik, yakni Kepala Sekolah Kobayashi, mampu menciptakan lingkungan belajar yang mendukung pertumbuhan anak secara holistik.
Melalui metode pembelajaran yang fleksibel, penghargaan terhadap keunikan individu, serta hubungan emosional yang hangat antara guru dan murid, sekolah ini menjelma menjadi contoh ideal dari pendidikan yang memanusiakan manusia.
Kajian ini bertujuan untuk menelaah bagaimana pendekatan pendidikan di TomoeGakuen merepresentasikan pemenuhan kebutuhan dasar anak menurut teori Maslow, serta implikasinya terhadap pengembangan potensi anak secara utuh.
Pendidikan ideal adalah pendidikan yang mampu mengembangkan potensi anak secara menyeluruh, tidak hanya secara intelektual, tetapi juga emosional dan sosial. Teori Abraham Maslow tentang hierarki kebutuhan dasar manusia menjelaskan bahwa individu hanya dapat tumbuh dan berkembang secara optimal apabila kebutuhan dasar mereka terpenuhi secara berjenjang, mulai dari kebutuhan fisiologis hingga aktualisasi diri.
Novel Totto-chan: Gadis Cilik di Jendela karya TetsukoKuroyanagi merepresentasikan penerapan pendidikan yang berlandaskan pemenuhan kebutuhan tersebut, sebagaimana tergambar dalam metode pengajaran dan pendekatan yang digunakan di sekolah TomoeGakuen.
Sekolah ini, di bawah kepemimpinan Kepala Sekolah Kobayashi, menunjukkan bagaimana lingkungan belajar yang aman, penuh kasih, dan menghargai keunikan anak dapat membentuk pribadi yang mandiri, percaya diri, dan berdaya.
Kajian ini bertujuan untuk menguraikan keterkaitan antara pendekatan humanistik dalam pendidikan dan perkembangan anak melalui analisis naratif terhadap novel tersebut, dengan fokus pada pemenuhan kebutuhan dasar menurut teori Maslow.
Di dalam novel digambarkan dengan pihak sekolah yang mewajibkan anak-anak sekolah Tomoe ini membawa bekal, bekal tersebut terdiri dari makanan dari “darat” dan “laut”, dengan begitu tergambarkan bahwa pihak sekolah memiliki perhatian lebih mengenai gizi yang seimbang. Tidak hanya itu, sekolah Tomoe juga mengajarkan dan memfasilitasi para muridnya untuk melakukan aktivitas fisik seperti: Berenang dan Jalan-jalan di alam
Kepala sekolah (Pak Kobayashi) memahami bahwa kebutuhan fisik mendasari semua aktivitas belajar. Tanpa makanan yang sehat, tidak akan ada tubuh yang bugar. Anak-anak tidak bisa tumbuh secara optimal intelektual dan emosionalnya jika kebutuhan fisik tidak terpenuhi.
Adapun kutipan yang berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan fisik:“Anak-anak boleh membuka bekal makan siangnya dan memperlihatkannya kepada Kepala Sekolah. Ia selalu berkata, ‘Tidak ada satu pun dari kalian yang salah. Semuanya bagus.“
Kepala Sekolah Kobayashi memastikan bahwa semua anak merasa tidak kekurangan secara fisik, terutama makanan, dan tidak dipermalukan. Ini memenuhi kebutuhan dasar: fisiologis (makan) dan rasa aman secara emosional.
Di sekolah Tomoe, pihak sekolah memberikan rasa aman dengan tidak adanya hukuman fisik dan diskriminasi. Anak-anak yang memiliki keterbelakangan fisik juga diterima dengan baik. Walaupun latar cerita ini di masa perang, sekolah tetap berusaha menciptakan rasa aman dan tenang bagi muridnya.
Tottochan di sekolah lamanya dianggap sebagai anak yang bermasalah, akan tetapi ia dapat berkembang di sekolah yang baru. Ini menunjukkan pentingnya keamanan psikologis dan emosional dalam proses pembelajaran.
Kutipan yang berkaitan dengan rasa aman:“Banyak anak di Tomoe berkebutuhan khusus, tapi semuanya diajak beraktivitas bersama-sama.”
Anak berkebutuhan khusus juga membutuhkan perlindungan dari diskriminasi dan penerimaan sosial.Lingkungan inklusif ini membangun rasa aman dan keterikatan sosial, yang penting untuk kesehatan psikologis dan perkembangan sosial mereka.
Peran seorang ibu sangat terlihat, dari mencarikan Tottochan sekolah baru yang cocok dengan keadaannya, lalu mempersiapkan bekal dan segala hal yang diperlukan untuk sekolah juga keperluan di luar sekolah.
Para ibu juga sangat menunjukan rasa cinta terhadap anaknya, seperti hal yang dilakukan oleh ibu Yasuaki, ia sangat sabar dalam menjaga anaknya yang memiliki penyakit dan sangat mendukung anaknya ketika mengikuti perlombaan yang diadakan oleh sekolah Tomoe.
Anak-anak di sekolah ini didorong untuk saling membantu tanpa memandang perbedaan, sekolah juga menekankan kebersamaan.
Adapun kutipan lain yang menggambarkan rasa cinta ini: “Hari pertama di Tomoe, Pak Kobayashi mendengarkan Totto-chan berbicara selama hampir empat jam tanpa menyela.”
Anak membutuhkan penerimaan tanpa syarat dan perasaan dicintai. Dengan mendengarkan Totto-chan bicara lama tanpa menghakimi, Pak Kobayashi memenuhi kebutuhan emosionalnya.Hal ini menjadi dasar penting bagi perkembangan kepribadian dan kepercayaan diri anak.
Semua murid mendapatkan perlakuan yang setara, tidak ada dibanding-bandingkan. Setiap anak bebas memilih pelajaran apa yang ingin dikerjakan. Hal ini memberikan kepercayaan diri dan tanggung jawab.
Adapun kutipan yang berkaitan: “Kau anak yang baik, Totto-chan. Kau hanya belum menemukan sekolah yang cocok.”
Anak membutuhkan pengakuan dan rasa dihargai agar memiliki kepercayaan diri. Kata-kata Pak Kobayashi memperbaiki cara pandang Totto-chan terhadap dirinya sendiri, yang sebelumnya dianggap ‘nakal’ oleh sekolah lamanya. Ini mendorong perkembangan jati diri dan mental yang sehat.
“Pak Kobayashi percaya bahwa setiap anak punya potensi. Ia hanya perlu menemukan jalan untuk mengeluarkannya.”
Memberikan kepercayaan dan pengakuan pada anak membentuk harga diri (self-esteem). Anak yang dihargai akan lebih percaya diri dan mampu berkembang.
Para murid sekolah Tomoe ini bebas berekspresi seperti, berpidato, bermain drama, bernyanyi bersama, menggali minat, dan sistem belajar yang fleksible.
Dengan sistem pembelajaran seperti ini, sekolah Tomoe membantu anak-anak menyadari potensi dirinya melalui keunikan yang dimiliki. Tidak ada penekanan tentang “anak pintar” seperti hal yang dipikirkan oleh masyarakat luas, tetapi menjadi “diri ssndiri” secara utuh adalah tujuan dari pengajaran ini.
Kini Tottochan tumbuh menjadi sosok yang percaya diri. Adapun kutipan yang terkait:“Di Tomoe, anak-anak boleh memilih sendiri pelajaran mana yang ingin mereka kerjakan lebih dulu.”
Kebebasan memilih pelajaran memberi anak kemandirian, tanggung jawab, dan ruang untuk menyesuaikan belajar dengan minat pribadi. Ini adalah bagian dari proses aktualisasi diri, yaitu menjadi versi terbaik dari dirinya sendiri.
Novel Totto-chan: Gadis Cilik di Jendela karya TetsukoKuroyanagi menggambarkan secara konkret bagaimana pendidikan yang humanistik mampu memenuhi kebutuhan dasar anak sebagaimana diuraikan dalam teori Abraham Maslow.
Melalui lingkungan belajar yang aman, penuh kasih sayang, dan menghargai keunikan individu, sekolah TomoeGakuen menjadi contoh ideal dari sistem pendidikan yang tidak hanya berorientasi pada capaian akademik, tetapi juga pada perkembangan psikologis dan emosional peserta didik.
Kebutuhan fisiologis, rasa aman, cinta, penghargaan diri, hingga aktualisasi diri yang dipenuhi secara utuh telah memungkinkan Totto-chan dan teman-temannya bertumbuh menjadi pribadi yang percaya diri dan mandiri.(*)
Penulis : Rista Yolanda mahasiswi Sastra Jepang dari Universitas Andalas,
Analisis Pendidikan Berbasis Alam Menggunakan Ekokritik Teori William Ruckert
Pendekatan Humanistik dalam Novel Totto-chan Berdasarkan Teori Abraham Maslow
Represi dan Ketakutan dalam The Memory Police Tinjauan Psikoanalisis Sigmund Freud
Analisis Karakter Tokoh Totto-chan Dalam Tinjauan Sigmund Freud
"Menumbuhkan Potensi Anak: Perspektif Maslow dalam Totto-chan