Radarjambi.co.idGerakan Literasi Sekolah (GLS) merupakan bagian dari Gerakan Literasi Nasional (GLN). Bedanya, GLS diterapkan di sekolah atau madrasah, sedangkan GLN diterapkan di masyarakat luas, termasuk kampus.
Tulisan ini berfokus pada penerapan GLS, terutama strategi giat literasi di sekolah yang dilaksanakan oleh siswa, guru, tenaga kependidikan, dan kepala sekolah atau madrasah. Terkait itu, muncullah pertanyaan: bagaimana strategi giat literasi di sekolah?
Terhadap pertanyaan di atas, penulis menjawab ringkas: ada empat strategi giat literasi di sekolah. Pertama, strategi giat literasi dalam kegiatan pembelajaran di kelas.
Misalnya, pembelajaran Bahasa Indonesia berorientasi literasi baca tulis. Para siswa didorong untuk aktif keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Terkait karya sastra, para siswa menulis puisi, pantun, dan cerita pendek. Kemudian karya-karya sastra tadi diterbitkan menjadi sebuah antologi.
Menerbitkan Buku
Di Yogyakarta, sejumlah sekolah telah rutin menerbitkan buku antologi karya siswa. Sebagai contoh, SMAN 1 Yogyakarta telah menerbitkan buku antologi esai/artikel ilmiah karya siswanya.
Contoh lainnya, SMPN 7 Yogyakarta juga menerbitkan buku antologi cerpen karya siswanya. Masih banyak sekolah di Yogyakarta yang proaktif dalam giat literasi siswanya.
Terkait itu, guru dan siswa menjadi faktor pendorong giat literasi dalam pembelajaran di kelas.
Kedua, strategi giat literasi dalam kegiatan nonpembelajaran di luar kelas. Kegiatan nonpembelajaran di luar kelas juga dapat didesain berfokus pada giat literasi.
Sebut saja, kegiatan ekstrakurikuler Kelompok Ilmiah Remaja (KIR) di SMP/SMA. KIR menjadi wahana bagi siswa dalam melatih berpikir ilmiah, kritis, dan inovatif. Melalui KIR, siswa dapat mengembangkan ide-idenya yang solutif terhadap suatu permasalahan nyata di masyarakat.
Selain KIR, ada pula kegiatan ekstrakurikuler Jurnalistik. Melalui ekstrakurikuler Jurnalistik, siswa dapat berlatih menjadi jurnalis (muda) yang disiplin, kreatif, dan berintegritas.
Pengalaman penulis menjadi guru pembimbing ekstrakurikuler Jurnalistik di SMK SMTI Yogyakarta, para siswa antusias dalam melaksanakan program majalah dinding/mading. Mereka berdisiplin, berkreasi, dan berintegritas dalam mengerjakan mading, reportase, dan lain-lain.
Ketiga, strategi giat literasi dalam kegiatan komunitas guru. Komunitas guru dapat diarahkan aktif giat literasi.
Contohnya, Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) Bahasa Indonesia SMA Provinsi DI Yogyakarta pernah bekerja sama dengan Prodi PBSI FKIP UAD dalam kegiatan Festival Bahasa dan Sastra Indonesia (Febasi) 2024.
Kegiatan itu melibatkan para siswa dan guru Bahasa Indonesia dalam berkreasi esai, cerita pendek, dan puisi.
Contohnya lagi, MGMP Bahasa Inggris SMP Kabupaten Bantul pernah menggelar lokakarya penulisan artikel ilmiah populer bagi guru. Dari lokakarya itu, kelak dihasilkan buku kumpulan artikel ilmiah populer.
Dengan begitu, guru mendapatkan wawasan dan pengalaman menulis artikel ilmiah populer, selain rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), bahan ajar, dan soal evaluasi. Harapannya, MGMP menjadi faktor penumbuh giat literasi guru di masa depan.
Keempat, strategi giat literasi dalam kebijakan (para) kepala sekolah/madrasah, baik di tingkat sekolah maupun di tingkat kota/kabupaten.
Kepala sekolah/madrasah berperan penting dalam membuat kebijakan giat literasi. Misalnya, kebijakan pemberian insentif artikel bagi guru per artikel Rp50.000.
Atas kebijakan itu, para guru dapat berlomba-lomba menulis artikel. Tentu, tujuan yang utama bukanlah insentif, melainkan semangat dalam menulis.
Kebijakan giat literasi tak hanya di lingkup sekolah, tetapi juga di lingkup kota/kabupaten. Misalnya lagi, para sekolah di kabupaten tertentu mengadakan Festival Bulan Bahasa dan Sastra yang diikuti oleh para siswa.
Ada lomba menulis puisi, cerita pendek, esai, dan poster bagi siswa. Ada pula lomba video pembelajaran, artikel ilmiah, dan quote bagi guru. Melalui gelaran itu, para siswa dan guru antusias dalam menyambut hadirnya Bulan Bahasa dan Sastra.
Etos Literasi
Empat strategi giat literasi di atas mudah-mudahan dapat menumbuhkan etos literasi para siswa dan guru kita. Etos literasi, bagaimana pun sedikit-banyaknya, tetap perlu didukung oleh semua pihak.
Siswa dan orang tua siswa dapat mendukung etos literasi melalui perpustakaan di rumah dan penumbuhan minat baca di lingkup keluarga. Guru dapat mendukung etos literasi melalui pembelajaran yang berorientasi literasi baca tulis.
Kemudian kepala sekolah/madrasah dapat mendukung etos literasi melalui kebijakan giat literasi, seperti pemberian insentif karya bagi guru dan penyelenggaraan festival literasi.
Kelak, dukungan semua pihak tadi berdampak nyata terhadap penumbuhan etos literasi di kalangan siswa dan guru. Dari situlah, kita dapat berharap bahwa penumbuhan etos literasi siswa dan guru meningkat, diikuti penumbuhan etos literasi bangsa juga meningkat. (*)
Penulis : Sudaryanto, M.Pd., Dr. Siti Salamah, M.Hum., Dr. Purwati Zisca Diana, M.Pd., dosen PBSI FKIP UAD
Mahasiswa PLP-KKN UAD Rancang Alat Penyiraman Otomatis di SMK Muhammadiyah Prambanan
Pengembangan Mading Literasi dan Numerasi Di MTs Muhammdiyah Karangkajen
Membentuk Jiwa Pengusaha di Perguruan Tinggi, Langkah Nyata Dorong Ekonomi Bangsa