Rendahnya Literasi Siswa dalam Proses Pembelajaran di Sekolah

Kamis, 18 Desember 2025 - 21:48:37


Gustiana
Gustiana /

Radarjambi.co.id-Rendahnya literasi siswa dalam proses pembelajaran di sekolah masih menjadi persoalan serius dalam dunia Pendidikan Indonesia hingga saat ini. Dimana dalam kurikulum yang berlaku saat ini, khususnya kurikulum mardeka, lliterasi siswa dipandang sebagai sebagai kemampuan dasar yang sangat penting dalam menunjuk keberhasilan proses pembelajaran. 

Literasi tidak hanya dimaknai sebagai kemampuan membaca dan menulis, tetapi juga mencakup kemampuan memahami, mengelolah dan menggunakan innformasi skritis kontekstual dalam kehidupan sehari-hari dan proses pembelajaran.

Kurikulum mardeka menempatkan literasi sebagai fondasi  pembelajaran yang terintegrasi dalam setiap mata Pelajaran, sehingga peserta didik di dorong unntuk aktif membaca, berdiskusi, bernalar, serta mengekspresikan gagasan secara llisan maupun tulisan. Melalui penguatan literasi, siswa diharapkan mampu berpikir kritis, kreatif, dan reflektif, sejalan dengan tujuan pembuatan profil belajar Pancasila.

Namun, fakta di lapangan menunjukkan bahwa banyak siswa masih kesulitan memahami bacaan, merangkum isi teks, serta mengaitkan informasi dengan konteks pembelajaran. Kondisi ini berdampak langsung pada rendahnya kualitas proses dan hasil belajar siswa di sekolah.

Salah satu penyebab rendahnya literasi siswa adalah kebiasaan belajar yang masih berorientasi pada hafalan. Proses pembelajaran di kelas cenderung menekankan pencapaian nilai dan penyelesaian materi, sementara aktivitas membaca kritis, diskusi, dan analisis teks belum menjadi budaya belajar yang kuat. Akibatnya, siswa mampu menjawab soal secara mekanis, tetapi kesulitan ketika dihadapkan pada pertanyaan yang menuntut pemahaman mendalam dan penalaran.

 Selain itu, pengaruh teknologi dan media sosial juga turut memengaruhi kemampuan literasi siswa. Akses informasi yang cepat dan instan membuat siswa terbiasa membaca teks singkat tanpa proses pemahaman yang mendalam.

Minat membaca buku, baik buku pelajaran maupun bacaan pendukung, semakin menurun. Di banyak sekolah, perpustakaan belum dimanfaatkan secara optimal, bahkan masih terdapat keterbatasan koleksi buku yang relevan dan menarik bagi siswa.

 Rendahnya literasi siswa juga mencerminkan belum optimalnya sinergi antara sekolah, keluarga, dan lingkungan masyarakat. Budaya membaca seharusnya tidak hanya dibangun di sekolah, tetapi juga di rumah dan lingkungan sekitar. Tanpa dukungan orang tua dan lingkungan yang literat, upaya sekolah dalam meningkatkan literasi siswa akan berjalan kurang maksimal.

Oleh karena itu, peningkatan literasi siswa harus menjadi prioritas bersama dalam dunia pendidikan. Sekolah perlu menyediakan sarana pendukung literasi, guru perlu terus meningkatkan kompetensi pedagogik, dan orang tua perlu terlibat aktif dalam menumbuhkan minat baca anak. Dengan literasi yang baik, siswa tidak hanya mampu mengikuti proses pembelajaran dengan lebih efektif, tetapi juga siap menghadapi tantangan pendidikan dan kehidupan di masa depan.(*)

 

 

Penulis : Gustiana