RADARJAMBI.CO.ID, KOTA JAMBI, - Terganggunya produksi dan distribusi beras nasional satu bulan terakhir menyebabkan kelangkaan dan kenaikan harga beras di sejumlah wilayah di Indonesia, namun hal itu tidak berlaku di Provinsi Jambi.
Sebagaimana yang diungkapkan Kepala Biro Administrasi Perekonomian dan Sumber Daya Alam (SDA) Provinsi Jambi, Masherudin, kepada sejumlah awak media (25/2) kemarin, bahwa ada pengaruh harga pasar nasional terhadap harga beras di Jambi.
Dikatakannya, berdasarkan koordinasi Pemerintah Provinsi Jambi bersama pihak Bulog Divisi Regional (Divre) Jambi , stok beras Jambi dalam kondisi aman. Dimana beras yang akan dipasarkan ke masyarakat dalam gudang Bulog berjumlah 5.000 ton dan dalam waktu dekat akan masuk lagi 2.500 ton.
"Stok beras kita aman, khusus untuk Jambi kelangkaan beras ini bisa kita antisipasi," katanya.
Masherudin juga menerangkan, dampak kelangkaan beras nasional mengakibatkan harga beras di Provinsi Jambi saat ini ikut mengalami kenaikan. Hanya saja, kenaikan harga beras tersebut tidak begitu tinggi. Apalagi, ditopang dengan operasi pasar yang dilakukan pemerintah hingga ke kabupaten/kota dalam Provinsi Jambi.
"Saat ini kita rutin menggelar operasi pasar, hari ini (kemarin.red) kita gelar operasi pasar di Pasar Induk Angsoduo dan Talang Banjar, dengan harga beras per kilogramnya kita patok Rp 7.500 per kilogram. Diharapkan dengan operasi pasar ini, harga beras kita bisa stabil kembali," jelasnya.
Dirinya menjelaskan, berdasarkan informasi dari Kementerian Pertanian pusat, kelangkaan beras ini disebabkan permasalahan dalam pendistribusian ke masyarakat melalui mekanisme pasar.
"Mentri sudah mengintruksikan Bulog se-Indonesia, untuk melakukan pendistribusian hingga ke titik serah yang tepat," Sebut Masherudin.
Berdasarkan hasil monitoring harga yang dilakukan oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Desperindag) Provinsi Jambi tertanggal 25 Februari 2015 di Pasar Induk Angso Duo, Pasar Tradisional Simpang Pulai dan Pasar Tradisional Talang Banjar Kota Jambi, untuk beras merek Anggur (IR.42) mengalami kenaikan harga dari Rp 12.000 menjadi Rp 12.500 atau sebesar 4.2 persen. Sedangkan beras merek King (IR.64) mengalami kenaikan harga dari Rp 10.000 menjadi Rp 10.500 atau sebesar 5 persen.
Sementara untuk beras Padi Burung justru mengalami penurunan harga dari Rp 9.500 menjadi Rp 9.000 dengan persentase penurunan sebesar 5,3 persen, yang disebabkan oleh berkurangnya permintaan.
Namun untuk beras Sepat Siam justru ikut mengalami kenaikan harga dari Rp 10.000 menjadi Rp 10.500 atau sebesar 5 persen, di ikuti Beras (Setara dengan Beras Bulog) Arjuna Rp 8.500 naik menjadi Rp 9.000 atau sebesar 5,8 persen.
Menurut Kasi Bina Usaha dan Produksi Disperindag Provinsi Jambi, M Zaini, persentase kenaikannya hampir sama di setiap pasar induk tradisional.
"Khusus dalam Kota Jambi persentase kenaikannya hampir sama, kenaikan tersebut juga bukan dipicu oleh kelangkaan, namun pengaruh tahun baru Imlek, sehingga banyak gudang-gudang produksi yang belum beroperasi," ujarnya.
Disinggung mengenai pendistribusian Gas Elpiji 3 Kilogram yang mulai langka di sejumlah titik dalam Kota Jambi, Masherudin mengatakan, bahwa kelangkaan gas tersebut disebabkan oleh informasi kenaikan harga gas, sehingga ada pihak-pihak yang menimbun gas tersebut.
"Sebenarnya gas 3 kilogram di Jambi tidak ada masalah. Namun, karena informasi kenaikan harga, sehingga ada pihak-pihak yang menimbun gas," tutupnya. (cr11/flh)
Â
KPU Gelar Debat Publik Kedua Calon Bupati dan Wakil Bupati Merangin