Radarjambi.co.id - KUALATUNGKAL - Pemerintah Kabupaten Tanjung Jabung Barat (Tanjabbar) dibawah kepemimpinan Dr Safrial dan H Amir Sakib saat ini sedang fokus menggenjot pembangunan infrastruktur jalan dan jembatan baik dalam kota maupun di wilayah perdesaan.
Namun, hampir setiap tahun proyek pembangunan peningkatan jalan perencanaan selalu mendapat sorotan dari tokoh masyarakat setempat karena hasil pekerjaan tidak sesuai harapan masyarakat, karena hampir semua proyek pembangunan infrastruktur jalan rigit beton dalam Kota Kuala Tungkal diduga kurang terkaji saat perencanaannya.
Seperti diutarakan tokoh masyarakat, Endy Avian, bahwa pemerintah daerah sudah berusha menperjuangkan pembangunan infrastruktur untuk masyarakat. Namun, sampai di instansi terkait seperti Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) dan Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman (Perkin) maupun konsultan perencanaan dinilai kurang tepat dalam melakukan perencanaan pembangunan.
"Dinas terkait melaui bidangnya dan konsultan perencana tidak mengkaji secara detail. Sehingga berimbas hasil pekerjaan kontraktor pelaksana tampak tak rapi, padahal bukan salah rekanannya melainkan perencanaannya tidak matang, rekanan hanya melakukan pekerjaan sesuai spek yang ada," ungkap Endy kepada wartawan, Minggu (23/12).
Dicontohkannya, pembangunan Rigit Beton Jalan Kesejahteraan (Pelindo) Kota Kualatungkal yang rigit betonnya jauh lebih tinggi dari drainase.
"Padahal kan drainase itu juga baru dibangun, karena jalan rigitnya terlalu tinggi sehingga keindahan drainase yang baru hilang, kalaupun Drainase ditinggikan lagi tentuk butuh anggaran yang tak sedikit dan jadunya kerja duakali. Kita masyarakat yang melihat seolah-olah pekerjaanya amburadul, padahal rekanan sudah mengikuti spek yang ada," jelasnya.
Selain itu, jarak antara bahu jalan dan drainase untuk hampir rata-rata pembangunan jalan aspal overlay maupun rigit beton baru yang ada dalam Kualatungkal juga tampak tidak rapi dan tidak teratur.
"Contohnya jika di titik awal jarak antara bahu jalan dengan drainse setengah meter, di pertengahan bisa mencapai satu meter atau lebih, ini dampak dari perencanaan yang terkesan asal jadi," ujarnya.
Dia juga menilai, Konsultan Perencanaan tidak mempelajari kondisi di lapangan. "Sepertinya konsultan perencanaan sama sekali tidak tau kondisi lapangan, mereka hanya berada didepan komputer," sebutnya.
Dia mengharapkan instansi terkait maupun konsultan perencanaan kedepannya harus lebih tau kondisi lapangan dan mengkaji secara matang agar tidak ada istilah kerjaan duakali.
Hal senada juga disampaikan Tokoh Masyarakat LSM Lembaga Misi Reklasering (LMR) RI, Syahril kepada wartawan. Dirinya juga mempermasalahkan profesionalisme perencanaan peningkatan jalan rigit beton Jalan Kesejahteraan Kota Kualatungkal.
"Disitu drainasenya baru dibangun, semntara jalan jauh lebih tinggi dari drainase, seharusnya kan jalan lebih rendah dari drainase," ungkapnya.
Dia menyayangkan pengguanaan anggaran yang terkesan percuma untuk pembangunan drainase. Karena tidak ada unsur keindahan dan azas kemanfaatan yang maksimal.
"Jika sudah seperti itu, terpaksa secara otomatis pemerintah harus mengalokasikan anggaran lagi untuk menambah tinggi drainase dari badan jalan. Jikapun begitu kan anggaran miliaran rupiah untuk bangun drainase terkesan sia-sia," sebutnya.
Reporter : Kenata
Editor : Ansori
Tingkatkan Perlindungan Konsumen, Satgas PASTI Lakukan Soft Launching Indonesia Anti-Scam Centre