Menelusuri Jejak Purbakala Geopark Merangin Sembari Menikmati Dahsyatnya Jeram Batang Merangin

Jumat, 12 Juli 2019 - 15:08:10


Poto by Hendi Fresco.
Poto by Hendi Fresco. /

 

Mulanya saya tidak percaya bahwa di Geopark Merangin dulu kalanya berada di 0 Meter Dari Permukaan Laut (MDPL), atau tepatnya adalah dasar lautan, setelah berkunjung kesana, mengarungi kurang lebih 14 Km Geopark Merangin, dan melihat bukti yang ada dengan mata kepala sendiri barulah saya percaya. Sayang Fasilitas Umumnya tidak terawat dan dibiarkan hancur terbengkalai

 Jam menunjukkan angka 8.30 WIB saat mobil yang dikendarai keluar dari SPBU Muara Tebo, setelah mengisi minyak mobil full tank, tidak memperdulikan hujan yang turun, mobil yang saya kendarai bersama Ramayani istri saya mulai melaju menuju Bangko, guna memenuhi undangan Hendi Fresco sang owner Fresco Tripp dan Rafting Geopark Merangin untuk menikmati indahnya Geopark Merangin sekaligus menikmati dahsyatnya jeram disana.

Dengan berbekal share lokasi dari aplikasi WhatsApp yang dikirimkan oleh Hendi Fresco dan setelah menempuh perjalanan kurang lebih 150 Km dari Kota Muara Tebo, akhirnya saya dan istri sampai di markas Rafting Geopark Merangin dengan operator Rafting 2 Sahabat yang terletak di Dusun Baru Desa Air Batu Kecamatan Renah Pemberap Kabupaten Merangin.

Sayang jalan masuk menuju lokasi dari simpang desa Merkeh kondisinya rusak parah, ditambah lagi tidak adanya jaringan sinyal telpon seluler di Desa Air Batu Kecamatan Renah Pemberap, cukup membuat kami kesulitan untuk berkomunikasi dengan Hendi Fresco, terpaksa untuk memastikan jalan yang ditempuh adalah rute yang benar, kami terpaksa menggunakan GPS (Gunakan Penduduk Sekitar), alias bertanya kepada masyarakat yang melintas dan berpapasan dengan kami.

Setibanya ditempat tujuan, Karena waktu sudah menunjukkan saatnya untuk makan siang, kami bersama tamu lainnya langsung dijamu untuk makan siang yang tentunya dengan menu khas setempat. Kami disuguhkan Nasi ibat, yaitu nasi yang dibungkus dengan daun pisang, sambal teri, dan "Gulai Terjun" yang merupakan masakan khas setempat yang terdiri dari Ayam kampung yang digulai dengan santan dipadukan rempah-rempah serta diberikan nangka muda sebagai campurannya. Selain itu juga terlihat ada gulai jantung pisang ikut disajikan.

Setelah memanjakan lidah dan perut dengan berbagai menu khas setempat, sebelum turun mengarungi Geopark Merangin kami sholat Dzuhur dimasjid terlebih dahulu.
Setelah itu kami dipersilahkan oleh para kru Rafting Geopark Merangin dan operator 2 Sahabat untuk untuk memilih perlengkapan safety yang akan digunakan dalam mengarungi jeram di Sungai Batang Merangin yang terdiri dari helem, dan pelampung, serta pembungkus Telpon Seluler kedap air, agar bisa tetap mengabadikan momen selama diperjalanan nanti.

Rafting Geopark Merangin menyediakan 2 Rute perjalanan yang berbeda, yaitu rute pendek, hanya 4 Km pengarungan dikenakan biaya sewa perahu karet plus kru sebesar Rp 400 ribu, selanjutnya adalah rute panjang, yaitu sepanjang 14 Km mengarungi Sungai Batang Merangin dengan biaya yang dikenakan untuk sewa perahu plus operator sebesar Rp 800 ribu.

Hari itu kami menggunakan 2 perahu karet yang berisikan dua keluarga, yaitu pak Dicky beserta istri bersama 2 orang putra dan 1 orang putrinya, kemudian saya dan bersama istri, kebetulan kami memilih rute panjang, untuk lebih puas menikmati jeram dan keindahan alam Geopark Merangin.

Setelah menggunakan perlengkapan safety dan mendengar arahan dari Samsul operator 2 Sahabat, Pria yang mempunyai julukan "Antu Aek" ini dan merupakan kru berpengalaman profesionaltentang bagaimana jika nanti perahu yang kami tumpangi terbalik atau terpental dari perahu, apa yang musti dilakukan.

"Tidak perlu panik dan takut tenggelam, karena pelampung yang bapak ibu gunakan mempunyai daya apung sampai 100 kg, jadi jika nanti perahu terbalik, atau ada yang terjatuh akibat dihantam jeram, jangan panik, tetap tenang dan segeralah berusaha merapat keperahu, selama berada di perahu berpegangan ke BB tali yang disediakan, karena ini adalah perjalanan keluarga, kita akan mengambil rute nyaman nantinya," jelas Samsul kepada kami.

Sebelum memulai perjalanan adventure ini, kami menyempatkan diri untuk berdoa, baru kemudian menaiki perahu untuk memulai perjalanan mengarungi Geopark Merangin yang terletak di Sungai Batang Merangin, salah satu sungai besar yang ada di Kabupaten Merangin.

Perahu kami berisikan tiga orang penumpang yang terdiri dari saya beserta istri, kemudian istrinya pak Dicky, dan perahu kami dikemudikan oleh Samsul.
Sayang kami beserta rombongan agak sedikit kecewa karena kondisi air Sungai Batang Merangin yang debitnya naik dan warnanya butek coklat susu.

Namun disatu sisi kondisi debit air sungai yang naik sangat menguntungkan, karena jika terpental dari perahu akan memperkecil terjadinya benturan ke bebatuan dilokasi jeram, namun kurang mengasikan bagi yang menyukai tantangan dilokasi arung jeram terbaik no 2 di Indonesia tersebut setelah Sungai Asahan Sumatera Utara.

"Semalam turun hujan didaerah huluan bang, jadi airnya keruh dan naek,"ujar Samsul yang mengerti kekecewaan kami tersebut.

Kedua perahu mulai bergerak, dan jeram pertama yang menyambut kami diberi nama "Jeram Amin", sedikit horor penjelasannya, karena menurut keterangan Samsul sang pemandu perahu kami, jeram tersebut diambil dari nama wartawan TVRI Jambi yang meninggal saat terjatuh dari perahu saat meliput acara disana, perahu kami tidak melewati titik tempat jatuhnya Amin.

"Kita ambil rute nyaman saja, dan kita tidak melewati tempat Amin terjatuh,"lanjut pria berperwakan pendek gempal dan berkulit hitam ini lagi sembari mengarahkan perahu ke sisi kanan Sungai Batang Merangin.

Jeram Amin berhasil kami lewati dengan mulus, hantaman dan ayunan arus sungai di jeram tersebut saat menghantam perahu yang kami tumpangi, mulai memicu adrenalin didalam tubuh, selanjutnya hanya berjarak 100 meter, kami beserta rombongan kembali disambut oleh jeram Ganteng, Adrenalin semakin terpacu, ditambah lagi istri saya yang duduk dibagian depan bersama salah seorang kru terpental dari perahu.

"Jangan panik buk, tetap tenang, cepat merapat keperahu,"teriak Samsul kepada istri saya yang terjatuh dari perahu.

Mendengar instruksi tersebut istri saya yang terpental tidak jauh dari perahu dengan tenang langsung berpegangan keperahu, kemudian Samsul bersama kru lainnya langsung menarik istri saya keatas perahu. Setelah berhasil naik perahu, istri sayapun tertawa sumingrah.

"Asik dan seru, kalo dak jatuh rasanya kurang seru,"ujarnya sembari tertawa.
Kamipun melanjutkan perjalanan, tak berapa lama perahu yang kami tumpangi kembali disambut oleh jeram susu yang kembali memacu adrenalin, jeram susu berhasil dilewati dengan sukses, kemudian kamipun memasuki kawasan fosil Geopark Merangin, oleh para kru kami diajak singgah kebeberapa spot lokasi fosil yang menjadi ikon Geopark Merangin untuk bisa berswapoto.

"Kita akan melihat fosil kerang laut dan fosil lainnya, dengan bukti fosil yang ada kita sekarang ini dulunya berada di 0 Meter Dari Permukaan Laut (MDPL), artinya kita berada didasar samudera yang hilang karena letusan gunung berapi kuno dulu, itulah kelebihan dari Geopark Merangin, mempunyai bukti sejarah yang otentik,"jelas

Samsul kepada rombongan kami sambil menepikan perahu menuju spot fosil yang diterangkannya.

Setelah puas berswapoto sembari menyaksikan bukti-bukti peninggalan purba prasejarah yang ada di Geopark Merangin, barulah saya percaya bahwa Geopark Merangin memang berada di 0 MDPL seperti yang diterangkan Samsul.

Perahu kembali bergerak mengarungi Sungai Batang Merangin, sebelum sampai ketitik persinggahan di Air Terjun Muara Kari, perahu kami kembali disambut oleh "Jeram Tipu" yang lumayan dahsyatnya, dan lagi-lagi membuat istri saya bersama 2 orang kru terpental dari perahu, ketiganya pun berhasil kembali naik keperahu dan kamipun singgah dititik peristirahatan di Air Terjun Muara Kari untuk menikmati keindahan air terjun tersebut sembari berswapoto.

Menariknya kita bisa menikmati kopi dan makanan yang disediakan oleh Tim diwarung persinggahan dengan membayarnya sesudah sampai dititik terakhir jika kita tidak membawa uang.

Setelah puas beristirahat sambil berswapoto menikmati keindahan air terjun tersebut, kami melanjutkan perjalanan beriringan mengarungi sungai Batang Merangin dengan seribu misterinya. Kami kembali diajak menyinggahi beberapa spot yang tak kalah mengasikkan untuk berenang dan bermain air.

"Sekarang kita berada dispot berenang, bagi bapak dan ibu yang ingin berenang dipersilahkan,"teriak Samsul kepada kami semua sambil melompat kedalam sungai. Tak mau kalah dengannya setelah melihat lokasi yang memang aman untuk berenang, sayapun langsung lompat kesungai untuk berenang mengikuti Samsul, tentu saja tanpa membuka baju pelampung yang saya pakai.

Ternyata tidak hanya saya dan Samsul yang terjun, dari perahu satu lagi terlihat Pak Dicky beserta putranya yang paling kecil berusia 10 tahun terlihat seperti ikut lompat dari perahu untuk ikutan berenang, hampir setengah jam lamanya kami berenang mengikuti aliran sungai, setelah puas berenang kamipun akhirnya naik kembali keatas perahu.

Sebelum sampai dititik finish yang terletak di Teluk Wong Sakti, kami beserta rombongan kembali disambut dua jeram lagi, yaitu "Jeram Hore" dan "Jeram Godbye", kedua berhasil dilewati dengan mulus dan pertualangan mengarungi Geopark Merangin pun tuntas sudah, kamipun sampai dititik finish. Sebelum pulang kamipun menyempatkan untuk berswapoto di Air Terjun Jodoh yang ada disitu.

Namun sayangnya kondisinya terlihat kotor kumuh bekas orang berkemping, tidak hanya itu saja banyak terlihat puing-puing bangunan tidak terawat yang katanya dibangun pemkab merangin disekitar Air terjun tersebut, menambah suram suasana.
"Sayang ya lokasinya bagus dan indah tapi kurang perhatian dari pemerintahnya,"ujar

Dicky kepada saya disaat kami berjalan menelusuri tangga menuju jembatan untuk keluar dari lokasi tersebut menuju kendaraan kami masing-masing yang telah dibawa tim menuju titik finish yang terletak didesa Biuku Tanjung Kecamatan Renah Pemberap, setelah bersalin pakian dan saling berpamitan, kamipun pulang kerumah masing-masing dengan membawa seribu kenangan dalam benak kami.

Sebelum pulang ke Tebo, kami menyempatkan diri untuk menyicipi Gulai Ikan Semah yang merupakan ikan khas diKabupaten Merangin di Kota Bangko. Semoga Pemkab Merangin benar-benar bisa lebih serius untuk memperhatikan Geopark Merangin yang mempunyai ribuan situs purbakala kedepannya (**)

 

Penulis  : Riance Juskal