Tragis ! Petani di Pelawan Tewas dengan Kondisi Tangan dan Kaki Diikat

Rabu, 08 April 2020 - 13:45:42


Proses identifikasi yang dilakukan polisi di TKP
Proses identifikasi yang dilakukan polisi di TKP /

Radarjambi.co.id-SAROLANGUN-Ditengah pandemi Corona, warga Pelawan, Kabupaten Sarolangun dikejutkan dengan peristiwa tragis dan mengenaskan.

Surman bin Muhammad Saleh (63), warga asal Ogan Komering Ulu (Oku) Selatan, Provinsi Sumsel berdomisili di Desa Pelawan Jaya, Kecamatan Pelawan, Kabupaten Sarolangun ditemukan tewas oleh anaknya bernama Amirudin (32) pada Selasa (7/03) sekitar pukul 14.30 WIB di dalam kebun karet milik Amirudin yang berlokasi di seputaran jalan arah menuju PT GUN, Desa Pelawan, Kecamatan Pelawan, Kabupaten Sarolangun.

Berdasarkan informasi yang dirangkum di lapangan, tewasnya korban diduga akibat aksi tindak pidana pembunuhan dan pencurian dengan kekerasan. Mulanya Korban ditemukan dengan kondisi terlentang diatas tanah, kaki diikat, tangan diikat, leher diikat dan mulut disekap dengan menggunakan baju kaos berwarna oranye.

Selain itu, dibagian kaki, tangan, dada, punggung dan kepala korban juga ditemukan bekas pukulan benda tumpul dan tusukan Senjata Tajam (Sajam).

Bukan hanya itu, motor jenis Honda merek Revo Nomor Polisi BH 5052 VD tahun 2015 berwarna hitam kolaborasi warna merah milik korban raib digondol pelaku.

Kasat Reskrim Polres Sarolangun, IPTU Bagus Faria SIK membenarkan telah terjadi dugaan tindak pidana  pembunuhan atau pencurian dengan Kekerasan mengakibatkan kematian sebagaimana yang dirumuskan dalam Pasal 338 KUHP Atau Pasal 365 Ayat (3) KUHP.

“Menindaklanjuti laporan dari pelapor bernama Amir telah dilakukan Olah Tempat Kejadian Perkara (TKP), melengkapi alat bukti. Kasus ini dalam proses penyelidikan dan penyidikan,”katanya.

Terpisah, anak korban bernama Amirudin (32) saat dikonfirmasi mengatakan, jika ayahnya sudah satu bulan setengah tinggal bersamanya di Desa Pelawan Jaya. Selama ini ayah beraktivitas memotong karet di kebun miliknya, jika sebelumnya ayahnya bekerja di Lampung.

“Si pengetahuan saya, sang ayah tidak pernah bertengkar dan mempunyai masalah dengan orang lain selama sebulan setengah bersama saya,” katanya dengan nada bahasa yang mengharukan.

Dijelaskannya, seperti biasanya sang ayah pulang motong itu sekitar pukul 12.30 WIB, namun berbeda dengan hari Selasa (07/04), kemarin. Lantas, ia curiga dengan lambatnya sang ayah pulang motong, lalu ia ke kebun melihat ayah.

“Setiba di kebun saya sangat terkejut, ketika melihat ayah sudah meninggal dengan kondisi yang tragis, kemudian saya melihat luka bekas senjata tumpul dan senjata tajam di tubuh ayah yang ketika itu sudah mengiring ,”tandasnya. (ciz)

 

EDITOR : ANSORY S