Candi dan Duku Dalam Puisi

Senin, 15 Februari 2021 - 21:56:33


/

Radarjambi.co.id-JAMBI-TANGGAL 14 JUNI 2021 mendatang, tepat 108 tahun usia Oudheidkundige Dienst in Nederlandsch Indie (ODNI) Dinas Arkeologi Hindia Belanda atau lembaga kepurbakalaan yang didirikan pada 14 Juni 1913 itu.

Sebuah lembaga khusus menangani peninggalan kepurbakalaan yang kemudian dikembangkan sesuai Undang-Undang Nomor 11 tahun 2010 tentang Cagar Budaya, yang isinya ada upaya pelestarian untuk mempertahankan keberadaan Cagar Budaya dengan cara melindungi, mengembangkan, serta memanfaatkannya.

Sehubungan dengan hal diatas Situs Kawasan Cagar Budaya Percandian Muara Jambi, sebagai Kompleks Percandian Buddha terluas di Asia Tenggara yang dalam hal ini telah diusulkan ke UNESCO untuk dicatat sebagai Warisan Dunia.

Bisa didorong untuk penobatannya melalui berbagai cara selain mengembangkan potensinya untuk diperkenalkan di dunia Internasional, termasuk melalui “penulisan puisi” dengan melibatkan masyarakat umum, penyair dan sastrawan manca Negara, bekerjasama dengan ODNI.

Gagasan baik Sakti Alam Watir yang sedianya menggerakkan penyair serta para pelajar Jambi untuk penulisan puisi tentang Percandian Muaro Jambi sudah jelas mendapat apreasiasi Pemda Muara Jambi.

Namun alangkah lebih baiknya jika gerakan menulis puisi tentang Percandian Muaro Jambi ini dikembangkan dalam skup yang lebih luas. Yakni melibatkan masyarakat umum, pelajar, mahasiswa dan para penyair Asia Tenggara.

Sebagai upaya menggugah dan mendorong pihak UNESCO untuk sesegara mungkin mencanangkan Percandian Muaro Jambi sebagai warisan dunia.

Kerja besar dimasa pendemi ini cukup dilakukan dengan gerakan menulis, mendokumentasi, mempublikasi dan menyebarluaskannya ke para penulis serta pihak-pihak terkait yang berhubungan dengan UNESCO dan pelestarian cagar budaya di dunia internasional.

Dengan menggandeng ODNI, Pemkab Muara Jambi dan berbagai pihak lain yang dianggap berkepentingan dalam hal ini.

Rencana kerja besar ini sudah bisa dilakukan dari mulai sekarang dengan menyusun kepanitiaan, memilih kurator dan anggaran penerbitan serta menyebarluaskan maklumat tersebut melalui internet.

Yang tujuannya tidak hanya menguntungkan pihak kepurbakalaan, cagar budaya, pemerintah kabupaten tapi juga dunia kesusastraan Jambi.

Setiap peserta disarankan mengirim 3 buah puisi, satu puisi wajib khusus mengenai Percandian Muaro Jambi sebagai Warisan Dunia dan dua puisi lainnya bebas.

Sedangkan launching, bedah buku bisa dilakukan secara webinar, selain mengehamat biaya tanpa harus mengundang para penulis dan penyairnya dalam sebuah perhelatan budaya.

Rekam jejak sejarah melalui karya sastra atau puisi dengan berbagai gagasan didalamnya akan semakin memperkaya nilai objek yang menjadi sumber inspirasi penulisnya.

Sehingga dapat menambah ide-ide actual guna memoles, menyegarkan serta menghidupkan kembali keberadaan situs kawasan cagar budaya Percandian Muara Jambi yang dulunya pernah menjadi pusat kegiatan agama dan kajian intelektual dimasa itu.

Misalnya seperti keberadaan buah duku atau lansium domesticum, tanaman berkayu yang hidup menahun tanaman asli Indonesia ini, diperkirakan sudah ada sejak berdirinya kawasan percandian Muaro Jambi, sebagai salah satu menu vegetarian Budhis.

Termasuk buah durian yang mengandung potassium yang diperlukan untuk menjaga kadar natrium di tubuh itu.

Hal ini tentu akan semakin membuka mata pemerintah pemprov untuk terus membudidayakan kedua buah tersebut serta merangsang para pekebun duku dan durian yang selama ini lebih vokus pada perdagangan untuk memnuhi kebutuhan pasar yang dating dari luar daerah.(Acep Syahril/Saw)