Belajar dari Kisah Tara Westover, Pendidikan Bisa Mengubah Kehidupan Seseorang

Selasa, 18 Mei 2021 - 19:30:27


/

Setiap tanggal 17 Mei kita memperingati Hari Buku Nasional.Beragam buku pilihan dapat kita jadikan sebagai bahan diskusi untuk meningkatkan keilmuan tentang pendidikan.

Momentum tersebut dimanfaatkan guru dan kepala sekolah di Provinsi Jambi mengikuti kegiatan bedah buku yang berjudul Educated, karya Tara Westover, Senin, (17/5/2021).

Hadir sebagai pembicara Adi Marthen Walesa Sinaga, Koordinator Tanoto Foundation Kabupaten Tanjung Jabung Timur.

Kegiatan yang dikemas dalam format zoom meeting dihadiri 147 peserta. Hadir juga peserta dari Sumatera Utara, Riau, Jawa Tengah, hingga Kalimantan Timur.

"Nilai yang ada di dalam buku tersebut sangatlah tak terkira. Seperti semangat Tara belajar dengan segala cara, tidak menyerah walaupun tidak sekolah secara formal. Bagi Tara tidak ada kata terlambat untuk belajar," ujar Margaretha Ari Widowati, Direktur Pendidikan Dasar Tanoto Foundation, dalam sambutannya.

Buku yang ditulis oleh Tara sejalan dengan semangat Nadiem Makariem selaku Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi bahwa pendidikan harus diperjuangkan dan Tara membuktikannya, dengan segala keterbatasannya sampai ia meraih doktor.

"Ceritanya autentik, tidak fiksionis, jadi apa yang ditulis sepanjang cerita di buku tersebut juga sama dengan nilai yang dianut oleh Tanoto Foundation bahwa hidup harus selalu berkembang, selalu belajar, dan bekerja keras," tambahnya.

Tak Pernah Sekolah Formal

Adi Sinaga memulai bedah bukunya dengan menyampaikan bahwa Tara Westover lahir di Buck’s Peak, Idaho pada tahun 1986.

Tara dibesarkan oleh keluarga yang kolot seperti tidak percaya dokter dan rumah sakit. Bahkan Tara juga dilarang mengenyam pendidikan di sekolah.

Dalam bukunya diceritakan Tara hidup dalam lingkungan yang naif di mana Ayahnya seorang fundamentalis agama dan anti pemerintah serta anti sekolah.

"Walhasil Tara mengalami dilema untuk memilih antara sekolah atau tetap di rumah, sehingga hal ini membuat Tara tidak dapat mengikuti perkembangan budaya di sekitarnya," ujar Adi Sinaga.

Namun dengan kegigihan Tara dan dukungan saudara laki-lakinya Tyler yang telah lebih dulu memilih masuk ke perguruan tinggi.
"Membuka paradigma dan persepaktif baru untuk mendapatkan pendidikan yang lebih baik," katanya.

Kemudian, dalam memoarnya diceritakan bahwa Ayahnya sangat dominan. Tara juga melukiskan ayahnya sebagai sosok yang otoriter dan paranoid.

Ayahnya sangat fanatik dan hidup dibayang-bayangi rasa takut dan ancaman pemerintah yang akan membumihanguskan keluarganya.

Tara menceritakan bagaimana ayahnya membangun ruang bawah tanah dan menyimpan bahan makanan, bbm, hingga amunisi sebagai cadangan bila pemerintah menyerbu atau menghancurkan keluarganya.

Namun, di dalam buku tersebut diceritakan bahwa Tara berhasil keluar dari belenggu yang dibangun kedua orangtuanya. Pendidikanlah yang mengubah dan menyelamatkan hidup Tara.

Tara yang dididik melalui sekolah rumah, berhasil meraih gelar Doktor bidang sejarah dan politik di Universitas paling elit di dunia, Trinity College di Cambridge.

Testimoni Peserta

Sejumlah peserta mengaku bedah buku ini sangat bermanfaat. Testimoni peserta disampaikan sepanjang acara, seperti peserta dari Sumatera Utara yang mengatakan bahwa buku Educated, cerita utamanya bukanlah tentang aliran tertentu.

Melainkan sudut pandang Tara terkait apa saja yang terjadi dalam hidupnya dan besar di keluarga survivalis.

"Kisah Tara merupakan perjuangan seseorang yang terkungkung akan akses pendidikan yang seharusnya menjadi hak anak. Ia mengira takdirnya akan menjadi seperti ibunya, seorang bidan yang belajar otodidak," ujar Fransisca Tobing yang juga training specialist MBS Tanoto Foundation Sumatera Utara.

Ia menambahkan kuliah merupakan langkah pertama Tara mengenal tentang kesehatan mental, khususnya bipolar.

"Dosennya yang menjelaskan tentang kesehatan mental di kelas menjabarkan ciri-ciri gangguan yang dialami ayahnya, yaitu paranoid, mania, delusi, dan depresi," katanya.

Hebatnya seorang ibu yang mendidik anaknya melalui home schooling dengan tantangan yang luar biasa dari orang terdekat yaitu ayahnya Tara.

"Tetapi dengan hambatan yang hebat inilah menjadikan tara luar biasa dan berhasil," ujar Mutia Lafrida, Kepala SDN 173 Tanjung Benanak Tanjab Barat.

Sedangkan menurut Natariva Sembiring bahwa tokohnya dari mana saja tidak bermasalah, yang penting tokoh di dalamnya sangat menginspirasi yaitu Faye, ibu Tara dengan 7 anak tetapi mampu mendidik anak-anaknya dengan luar biasa.

"Faye seorang ibu yang kuat dan tangguh bahkan belajar otodidak mengenai medis," ujar Natariva yang juga kepala SDS Permata Agri Batang Hari.

Sedangkan menurut Sasmiati, guru SDN 027 Tenggarong Kalimantan Timur mengatakan bahwa ada wawasan yang Tara dapatkan dari tekanan-tekanan yang dia terima dari proses yang Tara lewati.

"Pengalaman Tara memberikan beberapa solusi untuk menjadi seorang pembelajar di tengah keadaan yang hampir tidak mungkin untuk dilewati," pungkasnya.(ria/akd)